Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante

Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante

By:  Adissutria Adiss  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
15Chapters
144views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tidak ada wanita yang bisa menerima pengkhianatan dari pernikahan yang sudah ia putuskan bersama seorang laki-laki. Begitu lah yang terjadi pada pernikahan Elisa dan juga Bima yang berujung perceraian, ketika ia mengetahui bahwa ia sudah dibohongi dan dikhianati oleh suaminya yang memilih menjadi simpanan para tante-tante. "Maaf Mas, aku menyerah menjadi istrimu, aku memilih menjadi janda daripada harus hidup dengan seorang pengkhianat seperti mu!"

View More
Ternyata Suamiku Simpanan Tante-Tante Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
15 Chapters
Part 1, Mencari Pekerjaan
Di sebuah kota yang dipenuhi dengan kebisingan dan banyaknya kesibukan, tinggal lah sepasang suami istri di sebuah kontrakan yang tidak begitu luas, bersama seorang anak yang baru berusia tiga tahun. Suara tangis seorang bocah membangunkan Bima, pria berusia dua puluh lima tahun yang menikah dengan Elisa, dan dikaruniai seorang putri bernama Gendhis. "Arrrghhh! Apa-apaan si ini, kenapa berisik sekali, apa tidak tahu kalau aku baru aja mau tidur!"Suara Bima memecah gendeng telinga Elisa yang mendengar, pun rasanya sangat geram, karena setiap hari suaminya bersikap seperti itu. Pulang pagi lalu tidur sampai siang hari, tak ia pikirkan jika istri dan anaknya butuh makan dan susu. Elisa masuk ke kamar dan melemparkan bantal tepat di wajah suaminya, merasa geram lantaran masih asik memejamkan mata sementara peran suami di luar sana sudah sibuk mencari nafkah. "Mas, bangun kamu Mas! Beras di dapur itu sudah habis, tidak ada stok bahan yang bisa aku olah menjadi makanan, Gendhis nangis
Read more
Part 2, Hari Pertama Bekerja
"Gimna Mas, kamu udah dapet kerja belum? Kenapa kamu pulang jam segini!" protes Elisa saat menyadari bahwa suaminya telah kembali. "Udah, tapi aku butuh modal buat beli baju yang bagus-bagus, aku nggak mungkin kerja pakek baju gembel kayak gini. Elisa, apa bisa kamu membuat ruangan ini menjadi sedikit tenang, dan menghentikan tangisan anak kita, aku benar-benar lelah," celetuk Bima yang menarik kaos yang ia kenakan, pria itu juga menatap sinis ke arah Elisa yang justru mengerutkan kening kala mendengarnya. "Baju Bagus? Memangnya kamu bekerja sebagai apa Mas? Kenapa harus pakai baju bagus?" tanya Elisa penasaran. Tanpa mengindahkan permintaan suaminya yang kedua. "Aku dapat kerjaan di klup malam, Elisa. Dan salah satu syarat masuk ke sana ya berpenampilan menarik juga rapi, sekarang aku nggak mau tahu, kamu yang nyariin aku modalnya, kamu kan yang menyuruhku untuk kerja." celetuk pria itu menyerahkan semua tanggung jawab pada Elisa. Wanita yang berusia dua puluh tiga tahun itupun n
Read more
Part 3 Menerima Gaji Pertama
"A-apa ini maksudnya, Nona?" "Nikmatilah peran mu, aku menginginkan status lebih, bisa, kan?!" "Status? Status apa maksudnya?"Bima benar-benar tidak mengerti dengan percakapan yang baru saja ia dengar dari wanita bernama Joilen itu, namun Joilen justru tertawa menanggapi kebingungan pria yang begitu memikat hatinya. Gegas ia menarik pergelangan tangan Bima menuju pintu keluar, membawanya pergi ke sebuah mobil mewah yang terpakir dengan rapi. "Jalan Pak!"Titah wanita itu pada pria paruh baya yang sudah menjadi supir pribadi nya selama bertahun-tahun, lima belas menit kemudian mereka tiba di sebuah pusat perbelanjaan, membebaskan Bima untuk memilih apa saja yang ingin ia beli. Bima terhenti sejenak, menoleh ke arah Joilen yang saat itu membalas tatapannya."Ada apa?""Apa ini maksdnya Nona, kau tidak suka dengan penampilan ku malam ini? sehingga kau membawaku ke toko baju seperti ini?!""Malam ini ada acara penting, penampilan mu sudah cukup sempurna, tapi aku ingin malam ini kau
Read more
Part 4, Maukah Kau Menjadi Simpanan ku?
"Mas, bangun Mas.. Kita antar Gendhis ke dokter yuk, semalam dia kejang, aku takut kenapa-kenapa." "Alah, cuma sakit gitu aja kamu sibuk mau antar Gendhis ke dokter, biasanya juga kamu obatin di rumah. Elisa, jangan mentang-mentang kamu baru terima nafkah dari aku, terus kamu mau seenaknya pakai uang itu,""Astagfirullah Mas, bukannya kamu kerja nyari uang itu memang untuk kebutuhan rumah tangga kita? Lagi pula pilihan aku buat bawa Gendhis ke dokter bukan berarti aku nggak usaha sebelumnya, aku udah kompres dia, tapi ini udah hampir empat hari Mas,""Alah, alasan kamu aja, ya udah ayo."Bima nampak kesal dan tidak ikhlas ketika Elisa memaksanya untuk ikut mengantar ke dokter, namun Elisa tidak peduli, baginya Gendhis adalah tanggung jawab berdua yang harus Bima sadari, apalagi kehadiran Gendhis menjadi putusnya harapan bagi Elisa untuk mengejar cita-cita nya. Karena bujuk rayuan Bima lah, akhirnya Elisa melanggar batasan dan lahir lah gadis kecil yang mereka namai Gendhis Julianti.
Read more
Part 5, Bersedia Menjadi Simpanan
"Oh Tuhan, kepalaku sepertinya mau copot karena memikirkan hal semalam, sampai jam segini pun aku tidak mampu memejamkan mataku."Pria itu nampak bergeming pada dirinya sendiri, rasanya begitu sulit untuk memutuskan, ingin rasanya menolak, tetapi ia membutuhkan uang yang tidak sedikit untuk biaya pengobatan putrinya. Apalagi yang sepuluh juta pertama juga sudah ia ganti dengan sebuah pakaian mahal sebagai modal baginya dalam bekerja, dan sisa lainnya ia gunakan untuk biaya rumah sakit. Pergi ke dapur, berharap jika di sana ada sesuatu yang bisa mengganjal perutnya yang sedang kelaparan, sebuah mie instan tinggal satu bungkus saja, terpaksa Bima masak agar perutnya bisa terisi. Ting.... Sebuah pesan diterima oleh Bima, ia yang sedang menyantap makanannya harus mengalihkan pandangan sejenak untuk melihat pesan dari seseorang di ponsel jadulnya. [Aku menunggu mu di kafe bintang, datang lah. Jolien]Bima terdiam, nampaknya pria itu harus siap memberikan jawaban, karena Joilen menuntut
Read more
Part 6, Harus Melakukan Kemoterapi
Tring.... Tring... Suara ponsel berdering, Bima langsung mengeluarkan ponsel barunya yang begitu terlihat mewah dan mengkilap, ponsel itu sudah terhubung langsung dengan Joelin sehingga membuat Bima akan selalu terikat kontrak perjanjian dengan wanita itu. Menatap ke arah Elisa, tentunya Bima harus bermain cantik, tidak mungkin mengangkat telpon dari kekasih simpanannya itu di hadapan istrinya, saat itu Elisa tengah tidur di kursi tunggu, sehingga membuat Bima merasa aman dan langsung melangkah jauh. [Halo, ada apa?] tanya pria itu sambil bersikap mencurigakan. [Loh, kok judes sekali si sayang, kau terpaksa ya menjawab telpon dariku] Joelin yang merasa sedikit tersentuh itupun merasa sedih. [Oh, maaf... Tidak, aku tidak terpaksa mengangkat telpon darimu, maafkan aku sayang. Gimana? Ada apa?] Bima pun menurunkan suara dan kembali bersikap seolah ia begitu mencintai Joelin. [Tidak ada, hanya saja aku merindukan mu. Ya, aku tah ini berlebihan, aku sendiri sudah berusaha menghilangk
Read more
Part 7, Dinner Bersama Tante-tante
"Mas, apa kamu serius mau mengambil tindakan kemoterapi untuk anak kita?" tanya Elisa memastikan, tatapannya berbinar seolah memiliki suatu harapan lain. "Iya, aku serius. Untuk apa aku bercanda," singkat Bima yang memantapkan keputusannya. "Baik lah, aku akan berusaha membantumu, Mas." telak Elisa yakin, jika keputusan yang sudah dipilih oleh suami adalah keputusan yang tepat. Bima mengerutkan kening, hatinya bertanya apa yang akan dilakukan oleh Elisa yang katanya ingin membantu, namun Bima lebih memilih diam dan tidak menanyainya, pria itu fokus pada ponselnya kembali dengan pikiran yang melalang buana. 'Setidaknya aku bisa mengandalkan ketampanan ku untuk ku jadikan uang, Elisa tidak perlu tahu dari mana aku akan mendapatkan uang.' batin pria itu nekat. Tepat pukul tujuh malam, Bima bangkit dari tempat duduknya, menyadari hal itu Elisa pun menanggapi sang suami. "Elisa, aku harus bekerja, dan malam ini jangan menungguku, mungkin aku akan mengambil jatah libur, agar aku bisa
Read more
Part 8, Beri Aku Ciuman!
"Bagaimana dengan malam ini, apa kamu menyukainya?" tanya Joelin setelah membawa Bima pergi makan-makan mewah. "Sangat terkesan sayang, aku menyukainya," ucap Bima mengulas senyum manis. "Jika kau selalu berhasil membuat hatiku bahagia, maka aku akan pastikan hidupmu seperti di surga," tandas Joelin menatap Bima buas. "Benarkah, aku sangat terharu sekali. Oh ya, apa malam ini aku akan mendapatkan gaji setelah aku menemanimu sampai jam segini?" tanya Bima mulai merayu, tentu saja ia tidak mau jika pekerjaannya itu sia-sia. "Tentu saja, aku akan membayar mu mahal, karena kau sudah sukses membuat teman-teman ku cemburu." jawabnya tanpa ragu. Lalu tak lama kemudian Joelin mengeluarkan segepok uang di dalam tasnya, dan memberikan pada Bima secara cuma-cuma. Pria itu tentu saja merasa sangat senang, meskipun ia harus menemani wanita tua itu sampai pagi menjelang. Mengucapkan terima kasih rupanya tidak cukup bagi Joelin yang mulai meminta lebih, wanita itu memejamkan kedua matanya dan
Read more
Part 9, Diner Bersama Indah
"Kalau Joelin bisa mendapatkan pria setampan Bima, harusnya aku juga bisa mendapatkan hal yang sama." Tiba-tiba Indah mengulas senyum kala menatap wajah tampan yang terpasang di foto profil WA Bima, diam-diam wanita itu memiliki niat ingin mendekati Bima, dan tidak memperdulikan jika pria itu sebenarnya milik temannya sendiri. Siang itu, kembali Indah mengirimkan sebuah pesan pada Bima, dan saat itu Bima baru saja menikmati waktu santainya setelah beberapa jam istirahat, perut yang terasa begitu lapar membuat pria itu harus bangun dan membuat sarapan pagi, sementara Elisa sendiri masih berada di rumah sakit. [Bima, apa kau sudah bangun? Bagaimana kalau siang ini kita makan di luar. Tenang, soal biaya biar aku yang nanggung.] Pesan itupun langsung tercentang biru, dan tawaran dari Indah membua Bima tiba-tiba mengulas senyum lalu bangkit dari tempat duduknya. "Kebetulan banget, aku memang lagi laper. Dan karena Elisa sibuk di rumah sakit, dia sampai lupa bahwa ada aku yang h
Read more
Part 10, Datang ke Rumah Mama
Tring... Tring.. Dering telpon membuyarkan pikiran Bima, gegas ia menatap ke layar HP lalu menyadari siapa yang telah mengusik lamunannya. [Halo mas, kamu ke mana si? Kenapa kamu nggak ke sini, aku lapar mas, Gendhis nggak mau di tinggal, dia rewel] protes Elisa yang merasa begitu kelaparan, lantaran sejak tadi ia fokus menjaga Gendhis. [Iya, ini aku masih di jalan, kau mau aku belikan makan apa? Biar sekalian aku bawakan] tanya Bima yang sebenarnya lupa bahwa ia harus berganti sip dengan Elisa. [Kebetulan aku lagi pengen makan ayam bakar mas, kamu bawain ya,] jawab Elisa yang merasa senang kala suaminya memberikan pilihan. Tanpa menjawab lagi, Bima segera mematikan sambungan telepon dan memesan makanan yang diinginkan istrinya itu. Tiba di rumah sakit, Elisa dengan lahap menikmati makannya, sementara Bima nampak sedang menggendong Gendhis yang masih terpasang selang di punggung tangannya. Setelah tertidur, Bima merebahkan kembali putri kecilnya itu di brankar, duduk
Read more
DMCA.com Protection Status