Share

02. Manusia Jahil

Dua hari sebelumnya ...

"Azura," panggil Naina sambil berlari menyusul gadis yang ia panggil.

"Kenapa lari? kan belum bel."

"Gue mau kasih sesuatu sama lo," sahutnya sabil menggelayut manja di tangan Azura.

"Ra, bokap gue kemarin pulang dari Jerman. Dia bawa beberapa oleh-oleh. Salah satunya ini-"

Naina menunjukkan gantungan kunci berbentuk boneka beruang putih kecil yang lucu.

"Ini buat gue?" tanya Azura dengan mata berbinar.

"Iya, gue baik kan?" Naina menaik turunkan alisnya narsis.

Azura menggerlingkan matanya, "tapi tunggu-"

"Apa?"

"Lo ... pasti mau nyontek kan?" tebak Azura menampilkan senyum miringnya.

"Kok lo tempe sih, Ra." Naina bersandar manja di bahu Azura. sang empu yang merasa geli pun menjauhkan kepala Naina dari bahunya.

"Mumpung gue lagi baik hati juga, lo boleh nyontek hari ini."

"Beneran?"

"Iya beneran."

"Serius? Mie apa?"

"Ck, lo mau gue berubah pikiran?"

Naina menggeleng cepat, kemudian membawa buku Azura yang tadi di sodorkan olehnya.

Sedangkan seorang pria tampan yang kini asyik berdiri di ambang pintu tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Karena ia tahu, bahwa sahabatnya itu sangat menyukai beruang kutub putih. Menurutnya itu adalah hal yang lucu dan menggemaskan.

Pria itu berjalan menghampiri Azura dengan langkah santi. Yang di hampiri tidak melihat karena fokus menatap pemberian Naina yang begitu menggemaskan baginya.

"Apaan sih?" Azura berdiri, kemudian menatap pria yang mengambil gantungan kunci lucu itu dari tangannya.

"Lo! Balikin ngga?"

pria itu hanya menanggapi dengan senyuman tengil dan gelengn saja, kemudian berlari sekencang mungkin keluar.

"LEON BALIKIN BERUANG GUEEEE!" teriak Azura sambil berlri tak kalah kencang menyusul si manusia jahil dalam hidupnya.

Semua yang ada di kelas dan di luar kelas hanya menatap geli interaksi kedua manusia itu. Mereka selalu menjadi pusat perhatian karena selain Leon yang suka menjahili Azura, dia juga merupakan salah satu siswa yang di idam-idamkan oleh kaum hawa.

Siapa yang tidak akan terpikat pada sosok Leon Syam Perwira? Pria tampan semapan, tinggi, putih, bersih, wangi, humoris, terlebih lagi ia merupakan anak dari ketua yayasan sekolah.

* * *

Bel istirahat berbunyi, semua siswa berbondong-bondong pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta-ronta meminta asupan.

Termasuk Azura dan juga Naina. Mereka duduk di bangku paling pojok di kantin karena tidak ada tempat yang tersisa.

"Giliran gue yang pesankan? Lo mau pesan nasi goreng sama minuman es teh manis kan?" tebak Naina dengan lancar.

"Itu tahu, sana pesanin babu," ujar Azura dengan memasang wajah jahil.

"Awas ya lo, gue kepret armet."

Azura hanya terkekeh pelan sambil fokus menonton bimbel online di ponselnya.

Tiba-tiba dua orang duduk di hadapannya. Namun Azura acuh akan hal itu. Karena ia sudah tahu siapa yang duduk di sana.

"Liat hp mulu," cibir Leon.

Azura tidak merespon sama sekali.

Leon yang kesal karena di abaikan merebut ponsel Azura sehingga sang empu menggeram marah.

"Kenapa Leon? Gue lagi belajar," keluh Azura menahan amarah.

"Ini tuh jam istirahat, Ra, bisa ngga sih lo fokus aja makan? Kan bisa nanti belajar lagi di rumah?" Leon berucap degan tatapan lembut.

"Iya deh," jawab Azura pasrah.

Kemudian Naina datang membawa nampan berisi dua piring nasi goreng dengan es teh manis.

"Kenapa lo harus ajak dia, Le?" Naina memberenggut kesal.

"Dia yang ikutin gue," jawab Leon.

"Pesanan gue mana?" tanyanya kembali.

"Pesan aja sama babu lo!"

"Lo bilang apa? Babu?" Kali ini Farhan yang menggubris.

"Gue ngga nyebut nama lo. Kalo lo tersinggung sih, bagus," sindir Naina sambil melahap nasi gorengnya.

"Sialan! Awas aja ya lo tante girang!" sungut Farhan tidak mau kalah.

Suasana malah semakin memanas. Leon tebak pasti Naina akan mengeluarkan tanduknya sekarang juga.

"Tante girang? Lo aja yang om-om girang!" balas Naina.

"Terserah lo deh tante."

"Kalian kalo mau berantem mending di lapang gih! Gue mau fokus makan, tolong ya!" Azura menengahi perdebatan yang tak lazim itu.

"Awas aja lo."

"Apa hah?"

Naina dan Farham mendelik sebal kemudian melanjutkan aktivitas masing masing.

* * *

Seorang gadis cantik yang terkenal badas dan merupakan most wonted sekolah SMA Karya Sastra iu berjalan dengan anggun melewati beberapa siswa siswi di lorong menuju kantin.

Dia adalah Amira Putri Pratama Mahendra. Putri pertama Keluarga Mahendra sekaligus saudara kembar Azura.

Mereka berpisah sekolah karena ketidak harmonisan diantara keduanya. Entah apa yang terjadi karena dulu mereka tidak pernah seperti ini. Hampir seperti saudara kembar biasa. Yang bisa merasakan kebahagiaan, berbagi kesedihan, bisa merasakan firasat dan feeling satu sama lain. seakan terhubung oleh sesuatu.

"Ini bukannya adik lo ya, Mir? Kok bisa sih dia sedekat ini sama Leon?" tanya Raya sambil menunjukkan postingan i*******m terbaru Leon di ponselnya.

Amira hanya menatap datar, "hm," jwabnya singkat.

"Bukannya lo naksir sama dia? Confes aja, gue yakin kok dia gak bakal nolak. Lo juga pernah cerita kan kalau lo punya firasat dia juga suka sama lo? Tunggu apa lagi, Mir, gue pasti dukung lo paling terdepan," tutur Raya sambil menyemangati Amira.

"Makasih Aya, nanti pikir gue lagi deh." Amira tersenyum.

Setelah perbincangan singkat itu, Raya kembali menyodorkan ponselnya antusias pada Amira.

"Gila? Mereka beneran cuma sahabatan kan?"

Amira menahan amarah yang menggejolak, tanpa sadar kedua tangannya mengepal erat.

Di dalam foto itu, terlihat Leon memposting story di sosmednya diam-diam memfoto Azura dari samping yang tengah fokus membaca dengan kata-kata *Si paling lucu kalau fokus* dengan emoji tersenyum.

"Liat aja lo Azura!" gerutu Amira dalam hati.

Sedangkan di sisi lain, Leon duduk di sebelah Azura yang tengah fokus membaca novel sedikit terkekeh saat mengotak-atik ponselnya.

Azura menoleh sebentar, lalu menggelengkan kepala heran. Tingkah laku Leon selalu membuatnya tersenyum.

Entah apa yang di rasakannya, namun Azura sangat sayang sebagai sahabatnya Leon. Setiap Leon bersedih, bahagia, tertawa, itu akan menular pada Azura.

"Le,"

"Ra, Sorry-"

"Gue gak bakal bisa bareng lo? Amira butuh gue? Itukan yang mau lo bilang?" potong Azura seraya menatap Leon dengan datar.

Leon menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Gapapa, gue bisa pulang sendiri," jawab Azura seadanya.

"Besok bareng gue, ya?" pinta Leon dengan raut wajah yang merasa bersalah.

"Iya."

"Hati-hati di jalannya, Ra. Take care."

"Hm."

Punggung Leon semakin menjauh dari pandangannya, kemudian Azura menghela nafasnya.

"Gue suka bingung dengan sikap lo, Le, kadang gue berfikir lo punya perasaan sama gue kadang juga gak sekedar lebih dari sahabat."

* * *

Next Part

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status