Share

The Impossible Wedding
The Impossible Wedding
Author: Anka05

01. Berita hot

"Ra, lo tahu nggak? Kemarin geger di sosmed kalau Amira sama Leon jadian!" Celotehan Naina di senin pagi ini membuat Azura semakin lesu.

Azura menghela nafasnya perlahan, "Terus gue harus bilang wow gitu? Gue kan cuma anggap dia sebagai sahabat, Na. Kenapa sih orang-orang curhatin itu ke gue?" juteknya sambil mendelik malas.

Azura dan Amira adalah saudara kembar tak identik. Merekat tumbuh dan bersekolah berbeda karena selalu sering bertengkar di rumah.

Amira tumbuh menjadi sosok anak kesayangan kedua orang tuanya. Selalu di nomor satukan. Namun Azura, dia sebaliknya.

Dari kecil, mereka memang selalu dibandingkan. Azura ingat ketika dia mendapat juara Satu di kelasnya begitu pula dengan Amira, karena mereka berbeda kelas keduanya sering mendapatkan juara satu di kelas masing-masing. Orang tua mereka hanya membanggakan Amira. Namun, satu-satunya yang ada di sisi Azura saat itu hanyalah Leon.

Sejak saat itu, Azura tidak pernah lagi membicarakan hal apapun tentang dirinya kepada kedua orang tuanya. Ia menjadi pribadi yang lebih tertutup dan lebih memendam semua masalahnya sendirian.

"Lo kan sahabat Leon dari kecil, Ra. Dan ini kan juga soal saudara kembar lo. Ya ampun! Siapapun bakalan tahu kalau orang-orang lihat kalian itu sudah kaya sepasang kekasih," greget Naina yang ingin menerkam Azura sekarang juga.

"Apa sih, Na males deh."

"Ayo buruan turun nanti di panggil ketos lo marah-marah lagi," cibir Azura seraya menarik Naina yang kini menampikkan wajah cemberutnya karena tak di gubris oleh sahabatnya.

Setelah menuruni tangga, mereka akhirnya sampai di lapangan. Para siswa yang sudah di lapangan juga segera membariskan diri dengan rapi. Di pimpin oleh ketua kelas masing-masing.

Ada juga beberapa siswa yang sedang resah karena pakaian mereka kurang lengkap. Seperti dasi, topi, sepatu hitam, dan yang lainnya. Ada juga kaum yang kesiangan sedang bernegosiasi dengan satpam di gerbang masuk.

"Ra," sapa Leon sambil menepuk pundak Azura. Kemudian merangkulnya tanpa aba-aba.

Begitulah sosok Leon Syam Perwira. Sosok most wonted sekolah Bina Harapan Bangsa sekaligus anak ketua yayasan.

Leon orang yang green flag, tampan, cerdas, takjir, anak tunggal, siapa yang tidak akan terpikat olehnya?

"Le, gue gak mau kaya gini," keluh Azura.

"Kaya gini gimana? Ngerangkul? Emang salah? Dari dulu kita kan kaya gini? Jangan-jangan lo-"

"APA?" sungut Azura melotot.

"Baper ya sama gue?" Narsisnya sambil menaik turunkan alis menggoda.

"NAJIS," tekan Azura lalu ikut berbaris di belakang Naina.

Upacara pun seketika di mulai. Lapangan mulai hening. Petugas upacara benderahari ini bagian kelas delapan B. Minggu delanjutnya kelas Azura sendiri yaitu kelas delapan C.

* * *

Bel pulang sekolah telah berbunyi 5 menit yang lalu. Seluruh para siswa Sma BHB berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing.

Begitu pula dengan seorang gadis cantik dengan rambut panjang indahnya yang terurai itu berjalan sambil memegang ponsel sepanjang jalan menuju halte bus.

Namun saat sampai di depan gerbang, tangannya di tahan oleh seseorang yang ia kenal.

"Naik," titah Leon sambil tersenyum hangat pada Azura.

"Duluan aja, gue mau naik bus." Azura menjawab tanpa menatap Leon sedikit pun.

"Lo kenapa sih, Ra?"

"Kenapa apanya?"

"Lo kenapa hari ini dingin banget sama gue?"

Azura menghela nafasnya. Tanpa menjawab ia naik ke atas motor Leon.

"Jalan," pinta Azura.

Leon hanya memasang wajah murung. Dalam benak ia bertanya apakah ia melakukan kesalahan?

Sepanjang perjalanan, hanya keheningan dan suara kendaraan lain yang menerpa. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut masing-masing. Terdiam dan hanyut dalam pikiran.

Biasanya mereka akan berceloteh hal-hal yang terjadi di sekolah dari pagi hingga pulang. Meskipun mereka sekelas, tapi topik pembicaraan selalu saja ada dan menjadi bahan untuk pendekatan persahabatan mereka.

Waktu tak terasa karena keheningan, Azura turun dari motor Leon.

"Makasih Leon." Ucapan yang selalu Leon dengar selama 16 tahun lebih ini.

Leon tersenyum, kemudian pergi menuju rumahnya yang tak jauh dari rumah Azura.

"Lo tahu kan gue pacar Leon?"

Azura mendongak, menghela nafas sejenak.

Pertengakaran lagi, pertengkaran lagi, lagi, dan lagi. Ia muak menghadapi kakaknya yang egois.

"Setiap hari kakak selalu lihatkan aku di antar jemput sama Leon? Aku cuma sahabat dia ngga lebih jadi stop overthinking yang ngga-ngga sama aku!" Azura melengang pergi setelah mengucapkan hal itu.

Namun Amira tidak tinggal diam. Ia menarik rambut Azura sekencang mungkin hingga Azura meringis kesakitan.

Azura yang tak mau kalah memegang tangan kakaknya yang sedang mrnjambak rambutnya. Lalu tak sengaja ia mendorong Amira hingga kepalanya sedikit terbentur pada tumpul meja ruang tamu.

"AMIRAAA!" teriak Anita yang berada di ambang pintu. Tas kerjanya terjatuh saat tak sengaja melihat pertengkaran mereka.

"Kamu tidak apa-apa kan, nak? Mau ke rumah sakit? Kepala kamu berdarah sayang," ringis Anita saat melihat darah menetes dari kepala Amira.

Anita mendongak, dengan wajah yang penuh amarah. Ia mendekati Azura dan ...

PLAKKK!

"Dia itu kakak kamu Azura! Bisa-bisanya kamu mendorong kakak kamu sendiri hanya karena lelaki!" teriak Anita murka.

Gadis yang terkena tamparan keras itu terisak tanpa suara. Menahan rasa sakit di pipi terlebih di hatinya. Padahal bundanya melihat detail kejadiannya namun ia hanya menyalahkan Azura.

Tanpa sepatah katapun, Azura pergi sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

"Dasar anak tidak tahu di untung!" gerutu Anita yang masih bisa terdengar jelas oleh Azura.

* * *

Ke esokan harinya di pagi hari minggu ini, Aris memanggil seluruh keluarga kecilnya untuk berkumpul di ruang keluarga.

"Ada yang mau ayah bicarakan sama kalian," tutur Aris membuka percakapan.

"Ayah mau mejodohkan kedua putri Ayah. Apa kalian keberatan?"

Azura dan Amira melamun sejenak.

"Amira tidak apa-apa Ayah, tapi Amira punya syarat!" usul Amira membuat ia menjadi pusat perhatian.

"Amira mau di jodohkan sama Leon."

"Amira, dengarkan Ayah dulu, nak," pinta Aris dengan lembut.

Azura hanya bisa tertawa dalam hati. Keadaan macam apa ini?

"Kamu akan di jodohkan dengan keluarga Prasetya, Angga Prasetya." Aris menunjuk Amira yang memasang ekspresi terkejut.

"Lalu Azura, kamu Ayah jodohkan bersama keluarga Perwira yaitu Leon."

Deg!

* * *

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status