WARNING!!! Mengandung unsur 21+++. Terdapat adegan DEWASA dan kata-kata KASAR yang tidak pantas dibaca anak di bawah umur. *** Nayla Rahmawati terpaksa menikahkan suaminya dengan seorang gadis Sholehah demi keinginannya mempunyai keturunan. Pernikahannya yang menginjak angka delapan tahun namun dia tak kunjung hamil. segala upaya telah dilakukan namun hasil tetap nihil. Mampukah Nayla berbagi suami dengan sang Madu? Ada apakah gerangan yang membuat Nayla tak kunjung hamil? Ikuti kisah rumah tangga Nayla dan Burhan serta Bella yang unik dan penuh dengan air mata dan kekompakan. Ini kisah poligami yang berbeda dari yang lain.
Lihat lebih banyakHari baru telah terlahir menyisakan genangan air di sela rerumputan. Menandakan semalam langit memuntahkan kandungannya sangat dahsyat.Dua wanita beda generasi tengah sibuk berjibaku ditempat membuat pengisi lambung untuk mengawali hari. Mereka bangun kesiangan, sholat subuh hampir terlewat. Sesekali terdengar gelak tawa dari obrolan ringan pengusir jenuh yang menggelitik di pendengaran.“Selamat pagi,” sapa Nana yang baru turun dari lantai atas. Aroma parfum menguar seiring kedatangannya. Rambut hitam legam miliknya dibiarkan terurai menandakan baru dikeramas.“Hmm, Bi ternyata hujan bukan hanya diluar loh. Tapi di lantai atas juga,” sindir Bella memasang kembali penutup wajahnya yang sengaja dibuka.
“Kenapa saya yang dilimpahkan, saya tidak tahu apa-apa. Suami istri kok aneh,” timpal Bella.“Suamimu juga tu,” tunjuk Nana. “Berdosa jika mengabaikannya. Ambil tuh.”“Hehe, Kakak aja dech. Aku mau kekamar,” elak Bella.“Kamu saja. Aku masih ingin istirahat,” ujar Nana melirik sang suami yang bingung karena perdebatan mereka.“Diam, emangnya Aku ini bola, main opor sana sini. Tetap ditempat kalian. Astaga, mengapa nasibku menyedihkan sekali,” gerutu Burhan. “ Aku sedang tidak ingin bersama siapapun.”“Alhamdulillah,” jawab mereka serentak membuat bola mata pria y
“Keluar,” pekik Nana sesaat sepeninggalan Bella.“Dik-“ belum selesai Burhan berucap tubuhnya telah didorong keluar dan pintu dibanting sangat kuat. Menimbul suara yang keras, memancing semua penghuni rumah mengerumuninya.Sorot mata penuh tanya dan selidik seakan mengulitinya hidup-hidup. Menyadari yang menjadi sasaran lagi tidak bersahabat. Satu persatu meninggalkan tempat itu tanpa ada yang mengeluarkan suara.Menyisakan wanita paruh baya yang telah mengabdikan hidupnya untuk keluarga ini. Berjalan mendekat dan berkata “Sabarlah, turunkan ego dan jangan cepat terpancing emosi.”“Aku, Aku ntahlah Bi. Sulit untuk dijelaskan,” ucap Burhan melabuhkan tubuhnya pada anak
“Jawab Bang, jangan diam saja,” lanjut Nana.“Iya, dan itu semua salahmu, Dik,” jawab Burhan pasrah.“Ternyata seperti itu wajah asli suami yang selalu aku banggakan,” tuduh Nana sengit.“Dan ini wajah asli istriku yang berhati mulia. Memaksa suami menikah tapi dia yang kabur,” timbal Burhan yang tak mau kalah.“Jadi Abang menyalahkan Aku?” hardik Nana.“Semua ini berawal darimu, Dik. Andai tidak ada pernikahannya itu. Kamu tidak kabur. Dan Aku juga tidak akan seperti itu. Mengerti? Atau perlu diulangi,” terang Burhan.
“Trus dimana? Ya udah dikamar Kakak aja,” timpal Burhan.“Ya dikamar istri mudamu. Enak sambil istirahat bisa celup-celup,” cicit Sopie tersenyum.“Iii, ogah.” Burhan tergidik.“Loh kenapa. Bukannya barusan kamu ditolak Nana. Tuntaskan saja dengan yang lebih legit,” saran Sopie. Membuat mama dan adiknya tertawa ngakak.“Bodo amat. Jika kalian ingin kalian aja sama dia. Aku gak mau.” Burhan tetap melangkah menuju kamar yang ditempati Amel.“Mari kita hitung satu, dua dan-“ kata Amel yang terhenti.“Amel !!!” teriak B
Nana yang mengetahui bahwa sang suami sudah pulang. Sengaja menunggu dikamar, banyak hal yang harus diselesaikan.Burhan membuka pintu kamar melihat wanita yang sangat dicintainya itu berdiri menatap pantulan wajahnya di cermin.“Abang kangen, Dik,” bisik Burhan tangannya melingkar di pinggang ramping sang istri.Nana memejamkan mata membuang getaran halus yang mengharapkan lebih dari ini.“Apa yang Abang lakukan selama Aku tidak ada?” Nana melepaskan dekapannya dan berbalik menatapnya penuh selidik.Burhan tidak menyiakan kesempatan, mengabaikan pertanyaan Nana. Mengecup bibir ranum dihadapannya yang dua minggu tidak dilakukan.“Lepas." Nana mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke kasur. Karna tidak menjaga keseimbangan tubuh Nana ikutan terjatuh menimpanya.“Sok, marah. Tapi dia yang mulai duluan,” goda Burhan tersenyum nakal.“Abang jangan lakukan jalan curang untuk mengelabuiku. Ingat, kita tidak boleh tidur sekamar selama istri mudamu belum hamil." Nana buru-buru berdiri. Pipinya m
Refleks dia membalas menimbulkan kegaduhan. Memancing Burhan dan Amel ikutan yang semakin ribut. Tidak akan berhenti jika marwa tidak menghentikan dengan jurus andalan. Memukul mereka satu persatu dengan tangkai sapu.Lalu mereka lari kocar-kacir menghindari serangannya sang mama.“Ini minumlah nak,” Bi Siti memberi segelas jus jeruk membuyarkan lamunannya.“Oh, terima kasih. Bi.” Nana meneguknya hingga setengah gelas. “Apa Bella dan Bang Burhan sudah tidur sekamar?”“Kayaknya tidak pernah. Orang Burhan selalu marah dan menyalahkan Bella. Setiap bertemu pasti adu mulut.”“Jadi, mereka belum-““Hihi, itu Bibi tidak tahu.”“Ah, Bibi mah gitu.”“Tapi, belakangan Burhan selalu pulang larut. Yang terakhir itu dia pulang pagi. Malamnya ribut ama Bella. Paginya nyonya datang. Dia mabuk sama merokok.”“Kok bisa, Bi?”“Frustasi, karna kamu pergi.”“Sehancur itu.”“Ho’oh, Bibi sama Bella terpaksa minta tolong nak Ferdi. Hampir tiap hari kami meneleponnya. Urusan perkebunan pun Bella serahkan pa
“Apa Aku pelakor, Kak,” ungkap Bella mencari pembenaran dalam manik wanita yang telah mengubah nasibnya.Mengambil tas usang miliknya. Tekadnya sudah bulat. Tetap bertahan akan membuat semua orang membencinya.“Aku mohon Bel, jangan. Jangan tinggalkan Aku. Apa kau lupa pada janjimu? Untuk tetap bertahan apapun yang terjadi," Nana memohon dan merebut tas di tangannya.“Maaf kak, aku tidak bisa. Tolong biarkan aku pergi.” Bella memalingkan wajah.“Demi aku, yang telah menjadi saudaramu. Jangan pergi. Aku tidak punya saudara selain kamu. Jika kamu pergi pada siapa lagi Aku akan berbagi. Dari kecil aku hidup sendiri. Orang tuaku telah berpulang. Hanya Bi Siti yang setia menemaniku. Memiliki harta berlimpah bukan berarti Aku tidak kesepian. Apa kau ingin aku mengulang masa itu kembali,” terang Nana.“Aku tidak mau menjadi perusak rumah tangga Kakak. Seperti yang dikatakan Kak Sopie. Aku pelakor. Pelakor, Kak,” imbuh Bella terisak.“Tidak, tidak. Kamu tidak pelakor. Aku yang memintanya. Hub
Serendah itukan dirinya demi uang rela menyewa rahim. Dia masih dapat mentolerir jika disebut pelakor tapi ini lebih menyakitkan.“Mama, dia juga tidak menginginkan hal ini bahkan dia sempat meminta membatalkannya. Dia gadis baik, tidak serendah itu,” sela Nana menggenggam erat tangan gadis yang telah menjadi madunya.“Jadi apa alasan kamu menerimanya. Kamu bisa saja menolak. Atau kabur sekalian. Jangan jadi duri dalam daging,” cerocos Marwa sengaja menyudutkan menantu barunya itu lebih tepatnya menantu yang tidak diinginkan.Jauh dalam hatinya, dia juga ingin cucu dari anak laki-laki semata wayangnya. Tetapi, bukan seperti ini jalannya. Toh, selama ini Nana belum pernah periksa, hanya mendengarkan dari ibu tirinya.“Saya hanya tidak ingin mengecewakan kak Nana,” jawab Bella singkat.“Baiklah, Mama punya satu syarat untuk kalian bertiga.” Marwa menatap Nana, Bella dan Burhan bergantian.“Syarat?” sanggah Burhan yang sedari tadi tidak berniat untuk mendengar pembicaraan. Lebih memilih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.