Menjadi istri pengganti adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang wanita cantik bernama Larisa Maheswari (20th). Menikah dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya bagaikan mimpi buruk baginya. Namun, karena ancaman dari ibunya membuat Risa terpaksa menerima pernikahan itu. Adi Chandra Winata. Pria yang terkenal kasar dan arogan yang sangat mencintai kekasihnya. Namun, sayangnya sang kekasih justru melarikan diri tepat di hari pernikahan mereka akan dilangsungkan. Demi menjaga nama baik dan reputasinya sebagai seorang pengusaha ternama, maka dengan sangat terpaksa Adi menerima wanita lain sebagai pengganti calon istrinya yang telah pergi. Tidak ada cara lain selain menerima pernikahannya dengan Risa, tapi dalam hatinya ia berjanji akan membuat wanita itu menderita dan menyesal karena telah menjadi istrinya. Akankah pernikahan mereka berakhir dengan kebahagiaan? Apakah kebencian dalam diri Adi akan berubah menjadi cinta? Mampukah Risa memenangkan hati suaminya? Baca cerita selengkapnya hanya di: Takdir Istri Pengganti.
View MoreSuara adzan maghrib telah berkumandang. Seruan bagi seluruh umat muslim di seluruh penjuru dunia untuk segera menunaikan kewajiban menghadap Sang Pencipta.Risa dan Adi juga sudah bersiap-siap untuk melaksanakan kewajiban mereka. Sebelum shalat, Risa sudah menyiapkan semua keperluan untuk dirinya dan juga sang suami.“Kamu sudah siap?” tanya Risa seraya menoleh ke arah Adi yang sudah berdiri di sampingnya.“Yes, My Wife,” sahut Adi sambil membenarkan pecinya. “Ayo, kita mulai!” serunya dengan semangat.Risa tersenyum melihat suaminya tampak bersemangat untuk melaksanakan ibadah, meskipun belum bisa bertindak sebagai imam karena bacaan ayat-ayat suci al-qur’an yang ia ucapkan belum begitu fasih.Setelah selesai beribadah, Adi membawa Risa duduk di sofa yang ada di kamar itu. Menggenggam erat tangan istrinya, lalu menatap wanita itu dengan lekat.“Sayang, aku boleh bertanya sama kamu?” tanya Adi tanpa mengalihkan pandangannya dari dua bola mata indah milik Risa.“Kenapa harus minta izin
Tok, tok, tok!“Assalamu’alaikum, Ma. Risa bisa minta waktu Mama sebentar?” tanya Risa dari luar kamar ibu Airin.“Wa’alaikum salam,” sahut ibu Airin seraya membukakan pintu kamar.“Maaf, Ma. Risa ganggu Mama, nggak?” tanya Risa lgi.“Nggak, Sayang. Mama memang mau keluar dari kamar, ada apa?” tanya ibu Airin seraya menatap Risa.“Hm, Risa mau bicara sesuatu sama Mama,” ujar Risa.“Oke, kamu mau kita bicara di mana? Di kamar Mama atau di tempat lain?” tanya ibu Airin lagi.“Kita bicara di taman aja, ya, Ma. Sambil menunggu waktu magrib tiba,” ujar Risa, Ibu Airin pun menyetujuinya.Mereka bertiga berjalan keluar dari rumah menuju taman yang terletak di samping rumah. Duduk di taman ditemani secangkir teh dan cemilan yang telah disediakan oleh asisten rumah tangga, menambah suasana sore hari menjadi lebih indah dan penuh kehangatan.“Sayang … ayo, cepat kasih tahu siapa orang yang akan menerima hadiah dari kamu itu. Jangan bikin aku penasaran, awas saja jika itu laki-laki. Akan aku han
Awalnya ia ingin masuk ke kamar. Namun, saat mendengar Risa berbicara dengan seseorang, Adi mengurungkan niatnya karena penasaran siapa yang tengah menghubungi istrinya. Ia juga ingin tahu apa yang sedang dibicarakan istrinya bersama seseorang di telepon.Setelah mendengar Risa menyebut nama Anita, ia sedikit lega ternyata bukan laki-laki lawan bicara istrinya. Namun, di beberapa detik kemudian Adi sedikit kaget saat Risa menyebut nama Reyhan, laki-laki yang ia anggap sebagai saingan karena masih menyimpan perasaan terhadap istrinya.“Kenapa ada nama Dokter Modus itu juga yang dia sebut?” gumam Adi sangat pelan. Ia kembali menguping pembicaraan istrinya bersama seseorang ia yakini adalah dokter Anita.“Anita, aku tidak bisa mencegah Kak Rey untuk mencintaiku karena itu soal hati seseorang. Tapi kamu tenang saja, aku akan bantu kamu. Semoga Kak Rey bisa membalas perasaan kamu, aku senang banget karena kamu mau cerita sama aku. Kak Rey berhak bahagia, Nit. Aku yakin kamu bisa membahagia
Kriet!Suara pintu kamar dibuka, Adi masuk ke kamar dan melihat istrinya duduk di atas tempat tidur dengan kepala ditenggelamkan di antara kedua lututnya. Menyembunyikan butiran bening yang keluar dari pelupuk netra coklat yang bulat.“Sayang … hei, kamu jangan sedih lagi, ya. Ini susunya diminum dulu,” ujar Adi sambil berjongkok dengan sebelah tangan yang memegang segelas susu khusus ibu hamil dan satu lagi membelai lembut kepala istrinya.Risa mendongakkan menatap suaminya, kemudian mengulas senyum meski air mata masih saja menetes di pipinya yang mulus. Sungguh, Adi tidak suka dengan keadaan ini. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan membiarkan air mata wanita itu jatuh lagi. Tetapi kenyataanya, hari ini mata indah itu kembali menangis bahkan sudah terlihat membengkak.“Terima kasih,” ucap Risa sembari meraih gelas susu yang ada di tangan suaminya.Pintu kamar kembali dibuka oleh seseorang, Adi menoleh ke arah pintu dan melihat kedua orang tuanya tengah berdiri di sana
Bu Yulia bertengkar hebat dengan Pak Mahes waktu itu. Karena ia ketahuan telah berselingkuh di belakang suaminya, ia mencoba berkilah dan tidak mengakui perbuatannya, tetapi Santos datang ke rumah itu dan mengakui semuanya. Makanya pada hari itu terjadi keributan yang membuat nyawa Pak Mahes melayang di tangan laki-laki selingkuhan istrinya.“Jadi, itu alasan kamu mencabut tuntutan terhadap saya?” tanya pak Arya. Sekarang ia jadi mengerti kenapa selama ini Bu Yulia tidak pernah membencinya, meski ia sudah ditetapkan sebagai tersangka atas pembunuhan Pak Mahes.“Risa, maafkan Mama. Kamu orang yang sangat baik, kamu pasti mau memaafkan Mama. Mama tahu kamu memiliki hati yang begitu lembut seperti almarhum papa kamu, kamu pasti tidak akan tega jika Mama berada di penjara,” ujar Bu Yulia dengan memohon.“Tapi hari ini hati itu sudah mati, Ma. Dulu, Mama adalah segalanya bagi Risa. Mama seperti rembulan yang selalu menerangiku di kala malam, Mama adalah matahari yang memberikan kehangatan
“Adi, cukup!” bentak Bu Yulia seraya melotot tajam.Ia menyeret langkah yang terasa berat, membantu laki-laki itu untuk berdiri. Sebagai seorang istri, Bu Yulia tidak tega melihat keadaan suaminya yang sangat menyedihkan seperti itu. Darah segar masih mengucur dari rongga hidung laki-laki itu, akibat pukulan keras yang dilayangkan Adi.Suasana di ruangan itu jadi mencekam. Adi sudah tidak bisa menahan emosinya yang sudah sampai ke ubun-ubun saat melihat laki-laki paruh baya itu selalu berkilah dan membalikkan fakta. Sementara Erik yang juga ikut geram karena Santos sangat pintar memainkan perannya.“Biarkan aku menghajar laki-laki ini, Sayang.” Adi sudah bersiap untuk melayangkan kembali pukulan ke wajah Santos, tetapi Risa menggelengkan kepalanya seraya menatap Adi dengan tatapan sendu.“Aku mohon, jangan lakukan itu! Aku tidak mau suamiku jadi pembunuh,” ujar Risa dengan mata berkaca-kaca.Adi terenyuh mendengar ucapan istrinya, lalu mendekap wanita itu, menghujani kepalanya dengan
Ibu Airin pun mengizinkan Risa pergi ke kantor polisi untuk menemani ibu kandungnya.“Pergilah, Sayang. Kamu hati-hati, ya,” kata ibu Airin dengan sendu, ia merasa kasihan pada Bu Yulia karena telah dibohongi oleh suaminya sendiri.“Terima kasih, Ma,” ucap Risa seraya mengulas senyum, meskipun senyuman itu menyimpan seribu duka.“Rik, lo ikut, ya.” Adi menepuk pundak Erik, membuat sang empunya tersentak kaget, lalu mengangguk cepat sebagai jawaban atas permintaan sahabatnya.Mobil Pak Arya baru saja memasuki gerbang rumah utama keluarga Winata, ia melihat seseorang yang tidak asing keluar dari rumahnya dengan terburu-buru.“Tunggu!” ucapnya kepada sopir.“Iya, Tuan. Ada apa?” tanya sopir seraya menghentikan laju mobilnya.“Saya turun di sini saja,” ujar pak Arya sembari membukakan pintu mobil.“Baik, Tuan.” Sang sopir pun bergegas turun dari mobil.“Yulia, kamu di sini? Ada apa?” tanya pak Arya.“Iya, saya ada urusan sama anak kamu. Tapi sekarang sudah selesai, saya harus pergi.” Bu Y
Sebelum keluar dari ruang rawat Sonya, Erik melihat sekilas ke arah wanita itu. Entah kenapa hatinya merasa iba melihat keadaan mantan kekasih sahabatnya saat ini.“Permisi, Nyonya,” ucap Erik dengan sedikit membungkuk di hadapan ibunya Sonya.“Iya, terima kasih karena sudah membantu putri saya,” balas ibunya Sonya. Erik hanya mengangguk pelan, lalu keluar dari ruangan itu untuk menyusul sahabatnya.Selama di perjalan menuju parkiran, Adi terus memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Seandainya Risa tetap datang ke rumah sakit, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Santos kepada istrinya.“Ada apa lagi, Bro?” tanya Erik seraya membukakan pintu mobil.“Kepala gue sakit mikiran masalah yang terjadi beberapa hari ini,” sahut Adi sembari memijat pelipisnya, lalu masuk ke dalam mobil.“Sabar, Bro. Itulah alasannya kenapa gue nggak mau terikat dengan pernikahan, ada-ada aja masalah yang terjadi. Mending kayak gue, sendiri, bebas, dan gue happy-happy aja.” Mendengar perkataan Erik, Adi m
Sementara di rumah sakit, seseorang yang tadi menghubungi Risa dengan nomor ponsel Bu Yulia, tampak gelisah menunggu kedatangan sasarannya. Ia sangat yakin kali ini rencananya akan berhasil karena Risa sangat menyayangi ibunya.“Sial! Kenapa lama sekali itu anak,” gerutu orang itu sambil terus memantau keadaan di sekelilingnya. “Lebih baik aku temui wanita buta itu aja dulu,” ucapnya seraya masuk ke dalam rumah sakit.Saat sampai di tempat tujuannya, laki-laki itu mengetuk pintu, lalu masuk ke dalam ruangan itu. Ibunya Sonya kaget saat melihat seseorang yang tidak dia kenal masuk ke ruang rawat putrinya.“Siapa kamu?” tanya ibunya Sonya seraya melihat penampilan laki-laki itu dari ujung kaki hingga kepala.“Siapa, Buk?” tanya Sonya.“Ibu juga tidak tahu,” jawab Bu Lasmini.“Kamu lupa sama saya? Mata kamu boleh saja tidak bisa melihat, tapi ingatan kamu masih berfungsi, ‘kan?” tanya orang itu.“Pak Santos? Ngapain Bapak ke sini lagi? Saya sudah tidak ada urusan sama Anda, lebih baik An
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.