Binar tak pernah menyangka, pria yang menolongnya di malam penuh badai itu, malah memangsanya sendiri! "Aku pikir, dia seorang pahlawan yang menyelamatkanku dari beberapa preman pemangsa. Tapi ... siapa sangka, dia malah menjadikanku korban mangsanya sendiri! Sampai aku mengandung benih dari pria asing bertampang kaukasoid itu." Malam kelam itu, membawa Binar pada persimpangan hidup, antara harus meminta pertanggungjawaban pada pria yang telah merenggut mahkotanya atau malah membiarkannya. Sebab dia merasa berhutang budi pada istri dari pria tersebut yang begitu baik, sudah menolongnya dari terlunta-lunta di jalanan. Akibat diusir oleh keluarganya karena hamil di luar nikah. Jangan lupa kasi bintang dan ulasannya 🙏💛
View More"Ada apa, Pak? Kenapa kita malah ke sini?" Chelsi melipat tangan di dada. Sambil menatap Abimanyu kesal, gadis itu menghempaskan bokong di bangku taman.Chelsi pikir, Abimanyu akan memberikan dia pekerjaan kantor. Tetapi siapa sangka, atasannya yang terkesan misterius itu malah mengajaknya ke taman. Chelsi jadi tak enak hati dengan Angkasa tadi, terlebih ketika mengingat Angkasa ingin membicarakan sesuatu yang penting. Berurusan dengan utangnya pula."Kamu benaran punya utang sama Angkasa?" Abimanyu mengikuti arah pandang Chelsi yang memandang ke arah gedung kantor Group Adipati.Chelsi tak menjawab, dia hanya memindai penampilan pria berkemeja lengan pendek dan dibalut rompi itu. Lantas, Chelsi menghembuskan napas kasar."Kenapa Anda membawa saya kemari? Pak Direktur tadi sepertinya ingin membicarakan hal yang penting denganku. Siapa tau saja, dia
Friska yang melihat Chelsi memilih ikut Angkasa ketimbang Abimanyu, membuat wanita itu tersungging senyum miring, mengejek sang pria. "Bagaimana, apa dia sudah berhasil kamu dapatkan, Abi?" Friska memukul lengan berotot Abimanyu. Pria itu melirik tajam seraya membersihkan lengannya yang sehabis dipukul Friska, seolah wanita itu meninggalkan bekas noda di sana. "Pasti bisa. Gadis seperti dia gampang dapatinnya." Tak ingin berlama-lama dengan wanita seperti Friska yang selalu membuat Abimanyu gerah, pria itu memutuskan mengejar langkah Chelsi dan Angkasa yang belum jauh. "Abii ...." "Berhenti mengikutiku, atau saya akan menyuruh penjaga keamanan untuk menandai wajahmu agar tak diizinkan lagi masuk ke sini!" ucap Abimanyu penuh penekanan. Bahkan, Abimanyu bingung harus dengan cara apa agar wanita seperti Friska itu menjauhinya. Memang Friska lumayan cantik, tetapi gaya pakaian, make-up, dan tingkahnya yang dibuat-buat berlebihan, membuat Abimanyu ilfeel setengah mampus. Muak! "Tung
Masih dengan menutup mata dikarenakan kantuk, Affandi membelai sisi ranjang di sampingnya. Kosong. Sosok yang dicari-carinya itu tak tertangkap oleh telapak tangannya. Sambil memijit pangkal hidungnya, pria yang mulai beruban itu bangun dari tidur. Pandangannya mengedar ke sekitar, mencari-cari wanita paling berharga di hidupnya."Binar?" Affandi menuju ke kamar mandi. Mengetuknya, tetapi tak terdengar sahutan. Pandangan Affandi terlempar ke jam dinding. Pukul 00.30, dan istrinya tak ada di kamar."Dia pasti berada di sana lagi," gumam Affandi sambil mengembuskan napas kasar. Segera dia melangkahkan kaki ke ruangan yang dimaksud tersebut.Dalam ruangan temaram yang hanya disinari lampu tidur, Binar terduduk sambil memeluk sebuah boneka berwarna pink. Sesekali mata yang mulai menua itu tergenang air, lalu meluncurlah anak-anak sungai."Nona." Suara A
"Abi."Langkah Abimanyu yang melewati ruang tengah, terhenti ketika mendengar suara ibunya--Binar. Pria itu menoleh ke meja makan. Alisnya langsung mengernyit. Pasalnya, di meja makan sana terdapat anggota keluarga besar. Aiman, Syeira, Angkasa, bahkan wanita tua bergaya melebihi ABG, yang terkadang membuat mata Abimanyu panas, juga ada di sana---Susan. Affandi dan Ambar pun berada di sana. Sepertinya, mereka memang sejak tadi menunggu kedatangan Abimanyu. "Sini dulu, Abi!" Binar lagi-lagi memanggil. Abimanyu menyunggingkan senyum, sedikit melonggarkan dasi lalu mengayunkan kaki ke meja makan, memenuhi panggilan cinta pertamanya itu. Dalam hati Abimanyu bertanya-tanya, kenapa keluarga pamannya tiba-tiba makan malam bersama malam ini? Biasanya, jika keluarga besar dipertemukan seperti ini, akan ada hal penting yang mau dibahas. Apa itu? "Malam, Mah." Abimanyu menyalimi wanita berbaju terusan hijau itu. Tak lupa dia mendaratkan kecupan di pipi sang ibu, kebiasaannya. Lalu beralih meny
Dalam ruangan temaram, di papan yang hanya disinari lampu proyektor yang menampilkan gambar grafik dan angka keuntungan perusahaan bulan ini, berdiri seorang pria dengan kemeja lengan hitam juga rompi yang membalut tubuh atletisnya. Abimanyu menjelaskan dengan seksama, tentang penjualan dan keuntungan properti di luar kota. Sesekali pria itu melayangkan tatapan membunuh pada gadis yang duduk di samping sana, membuat si gadis memutuskan kontak mata dan menunduk dalam.Kejadian bodoh beberapa menit yang lalu, kembali menganggu pikiran pria itu dalam menjelaskan."Jangan jual saya ke om-om jelek itu. Saya mohon, Pak!""Saya memang gadis miskin, tapi saya nggak rela dijual hanya karena uang!""Saya pikir, Anda orang yang mempunyai hati, tapi ternyata pria breng---hmp!"Abimanyu terpaksa mendaratkan bibirnya ke bibir comel Chelsi yang terus-teru
Mobil hitam mengkilap itu meluncur ke area pekarangan gedung yang menjulang tinggi. Chelsi meremas jemari tangannya, sesekali memandang sang manajer dingin di sampingnya."Kenapa Anda membawa saya kemari, Pak?" Tak tahan gadis itu ingin bertanya."Kita akan melakukan rapat." Abimanyu turun dari mobil.Sementara Chelsi masih terdiam di mobil. Dia memandang gedung yang tak lain adalah hotel mewah tersebut."Apa harus saya gendong?" Pria itu membungkuk, memandang Chelsi dari jendela mobil. Abimanyu memicingkan matanya, sedikit kesal.Chelsi segera menggeleng. "Rapat apa, Pak? Kenapa tidak bilang sebelumnya?" tanyanya tak sepenuhnya percaya pada sang manajer.Abimanyu mengerling malas sambil membuang napas kasar. "Kenapa? Apa kau takut? Apa saya semenakutkan itu di matamu?" Bukannya menjawab, Abimany
Mata Chelsi yang basah itu membulat sempurna melihat Abimanyu juga berada dalam lift yang dia gunakan. Pandangannya mengedar sekejap, lalu dia mundur perlahan dengan gelengan ketakutan. Sadar, dia telah lancang lagi masuk ke lift khusus petinggi perusahaan."Sa-saya nggak sengaja masuk ...."Setelah mendengar suara sosok buruk rupa yang penuh cemong wajahnya itu, Abimanyu baru meyakini sosok itu adalah Chelsi.Tangan Chelsi yang telah menghitam itu, bergerak menekan-nekan tombol lift. Dia tak mau dianggap lancang lagi karena masuk ke lift khusus. Abimanyu memerhatikan bagaimana paniknya gadis itu memencet tombol lift. Seakan takut dengan dirinya di dalam ruangan tersebut. Abimanyu juga memindai penampilan Chelsi yang seperti baru bangkit dari kubangan, lalu matanya sedikit membulat, sesaat sebelum dia membuang muka ke samping.Pintu lift terbuka. Ketika k
Revi menarik Chelsi menuju bagian belakang kantor, lebih tepatnya ke toilet yang telah lama tak dipakai. Chelsi hendak berontak, tetapi dia tak ingin membuat keributan di sepanjang jalan, juga dia tak mengerti kenapa Revi sampai semarah itu padanya.Sesampainya di toilet yang sangat sepi itu, Chelsi dikejutkan oleh beberapa wanita yang dia duga teman-temannya Revi. Mereka tampak menanti Revi dengan orang yang diseretnya itu. Revi mengempaskan lengan Chelsi kasar, membuat gadis itu terhuyung."Jadi, dia mangsa baru kita, Bos?"Sama halnya di waktu sekolah yang suka melakukan pembullyan pada anak baru, ternyata Revi juga suka melakukan hal tersebut di tempat kerjanya ini. Sangat mudah untuk mendapat dukungan beberapa staff di bawahnya, selain memang suka menindas orang lain, mereka juga patuh pada Revi yang sebagai sekretaris seorang sang direktur."A
Gadis berwajah manis itu memerah basah wajahnya. Di bawah pohon akasia di sebuah taman, dia mencurahkan isi hatinya pada seorang pria berjas rapi di sampingnya itu."Sudah, tenang saja. Sekarang, 'kan, utangmu sudah lunas." Angkasa tersenyum simpul sambil menyerahkan sapu tangannya pada Chelsi.Gadis itu mendongak sedikit sambil menerima pemberian Angkasa. Dia merasa malu juga bersyukur, sebab Angkasa telah membantu membayar semua utang-utangya.Sudah satu tahun sekarang, Chelsi terpaksa meminjam uang ke rentenir demi membiayai pengobatan ibunya juga membayar uang kuliahnya waktu itu yang hampir selesai. Segala pekerjaan Chelsi ambil waktu itu. Dia kuliah sambil bekerja paruh waktu untuk membayar utang tersebut. Tapi, bukannya berkurang, utang Chelsi malah tambah menggunung sebab bunga yang tak tertutupi. Hampir setiap hari, Chelsi dikejar-kejar oleh si penagih hutang. Termaksud hari ini.&
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.