Sally dijodohkan dengan mantan pacar yang meninggalkannya tanpa sebab 10 tahun lalu. Satu per satu fakta terkuak di balik rasa benci Sean pada Sally. Sean menyesal dan mencoba menggapai hati Sally yang sudah dikecewakan oleh ucapan menusuknya sejak mereka bertemu lagi. Semakin mengenal Sally, Sean semakin paham penderitaan Sally dan merasa bodoh karena tidak mencoba mencari tahu tentang keluarga Sally. Saat hidup Sally dibuat hancur, seseorang dari masa lalunya muncul dan merubah dunianya. Mungkinkah Sally akan menerima Ben yang adalah Sean setelah tahu identitas Sean yang sebenarnya?
View MoreAku menatap topeng wajah Ben yang kupakai ketika bertemu dengan Sally. Ada rasa bahagia sekaligus kecewa dengan pertunanganku dengan Sally. Di satu sisi, mulai sekarang aku bahagia bisa mendekati Sally tanpa merasa canggung namun hati ini berdenyut sakit karena dia menerimaku sebagai Ben bukan diriku yang sebenarnya.Katakanlah aku tengah bersikap egois dengan menjebak Sally melalui perjodohan ini meskipun aku membencinya karena fakta yang kuketahui sepuluh tahun lalu. Setidaknya aku bisa membalaskan dendamku pada Sally dengan pernikahan ini, menjebaknya dengan cara menikahi pria berwajah buruk rupa.Di kantor aku bersikap senormal mungkin memposisikan diri sebagai atasan dan Sally adalah salah satu anak buah yang membantuku mengembangkan perusahaan. Seperti kata Mark, kinerja Sally memang harus kuakui. Caranya melobi partner dan bernegosiasi sangat cerdik bahkan dengan mudah proyek yang sudah dikembangkan disetujui oleh pemerintah.Sejak pertemuan itu, aku dan Sally
Mendengar cerita Mark tentang penderitaan Sally menimbulkan rasa bersalah dalam hati Sean. Dulu dia pernah berjanji pada Sally untuk selalu bisa bersandar kepadanya jika gadis itu sedang bersedih. Nyatanya cobaan demi cobaan yang Sally lalui selama ini tidak satupun Sean ada di sana.‘Apa pantas aku melindungimu, Sal. Kalau John memang pernah mengganggumu lantas kenapa dulu kamu bilang aku ini hanya mainanmu saja.’Jauh dalam hati, Sean tahu rasa cintanya pada Sally masih ada bahkan menyala semakin besar ketika menatap dua netra saat bertemu tadi.Sebenarnya Sean pernah membuka hatinya pada perempuan lain namun perasaannya seperti mati rasa dan akhirnya ia pun mengakhiri hubungannya itu.Sifat Sean yang sangat tertutup, dingin sekaligus mandiri itu memang selalu menutupi kehidupan pribadinya meskipun pada orang tuanya sendiri. Bagi Sean, Samuel menginginkan kelahirannya hanya sebagai penerus keluarga namun tidak memikirkan beban mental yang dibawanya sejak ia kecil berhadapan dengan d
Dari pembahasan cocoklogi curhatan Sean dan Sally, keduanya menyimpulkan bahwa ada kesalahpahaman yang mengakibatkan Sean marah besar dan meninggalkan Sally. Hanya saja baik Ceri maupun Mark masih belum bisa memastikan analisa mereka tentang kesalahpahaman ini."Sayang, kamu yakin tetap meminta bantuan Sean dan Sally untuk menjadi pendamping di pernikahan kita? Kamu yakin Sean tetap mau kalau tahu pasangan dia Sally?" Ceri mulai meragu dengan situasi sekarang. Pernikahan mereka tidak lama lagi dan tidak mungkin mencari penggantinya karena kebetulan sahabat mereka berdua adalah mantan pacar dulunya jadi baik Ceri maupun mark tetap menginginkan Sally dan Sean sebagai pendamping pengantin di acara besar mereka."Kita berdua sahabat mereka Sayang. Anggap saja sekarang kita membantu mereka bersatu melalui nikahan kita. Yah walaupun aku harus kena ocehan Sean mulai dari sekarang tapi ngakpapa demi dia juga. Kamu kasih semangat yah ke aku." Goda Mark diakhir ucapannya.
Sejak bertemu Sean dan tahu pria itu adalah CEO di kantornya bekerja, Sally lebih banyak diam dan tidak banyak bicara.“Gua mau mandi trus tiduran bentar, Cer. Kepala gua rasa pusing.” Ucap Sally ketika mereka baru sampai di apartemen.“Yah sudah. Gua pesenin makan malam yah, jadi nanti loe tinggal makan.”Sally hanya mengangguk sambil berjalan gontai masuk ke dalam kamar kemudian menutup pintu.Menyalakan pancuran di kamar mandi dengan membiarkan dirinya basah masih berpakaian lengkap, Sally melanjutkan tangisannya. Rasa sakit sepuluh tahun lalu hadir kembali, ia sendiri merutuki dirinya kenapa masih saja merasakan getaran dan debaran yang sama ketika menatap mata itu.Saat makan malam, Sally hanya mengorek-ngorek makanan di piringnya sedangkan Ceri tidak berusaha menghibur sahabatnya itu karena akan sia-sia saja kalau Sally sudah dalam mode seperti ini."Cer, sepertinya gua mau mengundurkan diri besok. Gua ngak bisa kerja di kantor itu kalau Sean yang jadi atasan langsung kita. Dia
Sean penasaran dengan suara dibalik telepon tadi, dadanya terus berdegup kencang. Setelah makan siang, ia mencoba turun ke lantai staff, berjalan menuju ruangan PR yang bertuliskan nama Sally. Seperti orang linglung memikirkan Sally, ia sampai lupa kalau sekarang sedang jam istirahat. Saat tiba di sana, ruang kerja itu tertutup dan tidak ada orang.Bodohnya lagi, pria itu sampai naik turun beberapa kali menghampiri ruangan yang masih nampak sepi itu. Sean berdiri cukup lama di depan ruangan tersebut. Untung saja ruangan PR hanya beda satu lantai dan terpisah dari kubikel staf lainnya jadi kelakuan Sean tidak sampai menarik perhatian karyawan lainnya.“Hais, gua ngapain juga sih. Bego banget!” Rutuknya pelan kemudian berbalik menuju lift untuk kembali ke ruangannya.Namun langkahnya terhenti mematung ketika melihat seseorang keluar dari lift sambil berjalan tanpa menyadari kehadirannya sampai Sean membiarkan orang itu menabrak dirinya.."Aduh!!"
Mark menunggu Ceri di depan gerbang bergegas menuju ke restoran. Untuk menghemat waktu, sebelumnya Mark sudah melakukan reservasi dan memesan menu utama jadi tidak akan memakan waktu lama untuk menunggu makanan keluar. Bagaimanapun ia memikirkan tanggung jawab Ceri sebagai staf di perusahaan.Sejak kembali ke Jakarta dan bertemu dengan tunangannya, sikap Mark pada Ceri semakin menjadi bahkan tidak lagi malu memperlihatkan sisi liarnya sebagai seorang laki-laki.Ceri menggerutu ketika sampai ke restoran yang dituju tidak seperti dugaannya. Ia pikir Mark akan mengajaknya ke restoran siap saji nyatanya tunangannya itu malah mengajakanya ke sebah restoran mewah tidak jauh dari gedung kantor mereka."Kita makan di tempat cepat saji juga sudah oke, Mark. Ngak perlu tempat mewah begini, lagian makan waktu mesen makanannya. Pacar kamu ini bukan asisten CEO kayak kamu yang bisa seenaknya sama jam kerja."Mark terkekeh melihat bibir cemberut Ceri yang sedang mengge
“Masih ingat pulang loe!” Sapa Dania sambil mendorong bahu Sally.“Biasa, Nia. Udah bisa cari duit yah gitu lupa sama kulitnya dia dulu.” Sindir Bianca menikmati sarapan pagi buatan Sally.Diperlakukan seperti itu sudah biasa bagi Sally sejak pindah kembali ke kediaman ayah tirinya. Ia hanya menghela nafas panjang menahan diri untuk tidak terpancing emosi karena memang itu keinginan Bianca dan anaknya yang sengaja mencari keributan denganya.Carol hanya menunduk diam sambil menyuapi suaminya yang tidak berdaya di kursi rodanya. Bola mata Raka menyipit tajam sebagai bentuk rasa tidak sukanya melihat kelakuan istri sah dan putrinya itu. Namun ia juga tidak bisa melakukan apapun mengingat kondisinya setelah struk.Kesal karena tidak digubris oleh Sally, Dania malah meradang. “Heh! Gua nanyain loe. Masih punya kuping kan loe!” Bentaknya sambil memukul meja melotot seperti ingin menelan adik tirinya itu.Hanya bisa menghela nafas panjang, Sally berusaha mengikuti permainan dua wanita iblis
Sean akhirnya memutuskan untuk pindah ke apartemen dengan alasan lebih dekat ke kantor daripada rumah. Hal ini juga dilakukan sebagai alasan untuk menghindari perjodohan sang Mama. Apartemen yang mereka beli saling berhadapan dan dalam satu lantai hanya terdapat dua apartemen. Sean memang menginginkan privasi agar tidak mencolok publik.Sally dan Ceri berangkat ke kantor bersama-sama, keduanya sudah bekerja di perusahaan yang menawarkan pekerjaan itu pada Sally sebelum Mark datang ke Jakarta. Karena jarak kantor dari rumah mereka jauh, mereka memutuskan menyewa sebuah apartemen sederhana dengan 2 kamar tidur.Mark sebenarnya mengajak Ceri untuk tinggal bersamanya, Apartemen Mark sangat besar, luasnya seperti sebuah rumah tinggal dengan tiga kamar jadi Ceri bisa menempati salah satu kamar di apartemen tersebut. Namun Ceri menolak dan menginginkan mereka baru tinggal bersama saat menikah nanti.Sally mulai mempelajari pekerjaan barunya dan langsung mendapatkan tug
Kejadian patah hati sesaat sebelum keberangkatanku ke Amerika merubah hidupku kembali menjadi Sean si introvert dan dingin. Bersama Sally dulu aku bisa menjadi diriku sendiri dan merasa bahagia karena rasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Namun semua itu ternyata hanyalah rasa semu sementara yang membuatku kecewa dan akhirnya menjadikanku semakin tidak mempedulikan orang lain. Aku kuliah di Amerika selama 3 tahun, kemudian melanjutkan gelar master selama 2 tahun lalu. Sesampainya di Amerika aku memutuskan langsung bekerja dengan papa sambil membangun usaha baru milikku sendiri dan akhirnya menjadi sebuah perusahaan yang cukup dikenal. Menjalankan dua perusahaan sekaligus tidak membuatku kewalahan meskipun harus melakukannya dari Amerika. Hampir sepuluh tahun aku berada di negeri adi kuasa ini. Papa sebenarnya sering menggerutu memintaku kembali ke Jakarta segera, namun entah rasanya masih malas sekali ke kota di mana aku memberikan cinta pertamaku kepada Sally dan mera
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.