Jentra Kenanga adalah salah seorang anggota perajurit khusus (Sandi/Mata-mata) Medang dan berpangkat panglima. Ia memiliki tugas dan misi khusus untuk mengawasi pergerakan Wangsa Sanjaya yang dianggap sebagai pemberontak oleh Maharaja Rakai Garung. Namun disamping itu, ia juga mengemban misi rahasia dari Mahamentri I Halu atau keluarga raja yang berasal dari wangsa Syailendra untuk menemukan mustika yang terletak di Puncak Udarati(Gunung Arjuna saat ini). Mustika ini konon memiliki kesaktian di dalam mengendalikan Chakramandala atau penguasaan atas semesta. Di dalam upayanya mencari mustika itu, Jentra yang ditemani Rukma (anak yang diselamatkannya saat banjir bandang) tidak hanya harus bertempur dengan para Raja yang menginginkan mustika itu. Ia juga dipertemukan kembali dengan Candrakanti, gadis yang pernah sangat dicintainya namun karena dendam yang mendalam atas kematian keluarganya, Jentra berusaha melupakan gadis itu. Namun ternyata ia tidak bisa menghapus gadis itu dari setiap perjalanan hidupnya yang rumit. Perseteruan untuk memperebutkan mustika itu juga menempatkan dirinya dan Candrakanti di dalam posisi yang saling bermusuhan, karena Candrakanti mendapatkan tugas khusus dari Maharaja sendiri. Akankah cinta mereka kembali bersatu? Dan siapakah yang akan memenangkan mustika Udarati? Mampukah Rukma meyakinkan Jentra untuk tidak hanya memperjuangkan mustika Udarati tetapi juga cintanya?
View MoreMegarana, Laturana dan Pawana mengendap-endap diantara tembok penjara istana Walaing. Wajah mereka ditutup dengan topeng dari tembaga. "Kau yakin, Gusti Ranuhmaya dan Gusti Mpu Kumbhayoni ditahan di sini?" Tanya Megarana. "Gusti Mpu Kumbhayoni yang ditahan di sini. Tetapi Gusti Ranuhmaya, aku tidak bisa memastikannya. Saat dibawa beliau terluka sangat parah." Jawab Pawana. "Latu, kau bisa melompati tembok yang setinggi itu tidak?"Tanya Megarana "Ah, Mega. Kau kan tahu badanku berat. Mana bisa aku melompati itu. Itu sebabnya aku tidak pernah berhasil menguasai ilmu Brama Muluk."Katanya dengan wajah memelas. "Ah dasar gembul. Tahunya makan saja. Kurangi makan celeng hutan, itu yang membuatmu tidak bisa menguasai ilmu Brama Muluk. Sekarang kau tunggu disini, karena hanya itu yang bisa kau lakukan. Sementara aku dan Megarana akan mencoba membebaskan Mpu Kumbhayoni dan kawan-kawan kita yang lain jika mungkin." Sahut Pawana kesal. "Benar. Kau beri tanda dengan suluk geni jika ada baha
" Jadi ini lontar Anarghya itu?" Tanya Maharaja Rakai Garung. "Benar yang Mulia." Jawab Nagarjuna dan Karuna Sankara, bersamaan. " Dan ini adalah kotak berisi kepala Mpu Pugat Liwung, Rakai Walaing." Nagarjuna menyerahkan sebuah kotak lagi. Rakai Garung membukanya disaksikan hampir semua Mahamentri dan pejabat yang hadir. Wiku Wirathu dan Sasodara menunduk sedih. Dan beberapa pejabat wangsa Sanjaya mulai menitikan air mata. Entah esok giliran siapa dan Rakyan yang mana akan menemui nasib yang sama dengan Mpu Pugat Liwung. "Bagus. Jadi tidak ada lagi duri di dalam daging yang bisa merongrong keamanan Medang. Dan untuk mengisi kekosongan pemerintahan Sima Walaing akan dipegang oleh Mahamentri I Halu, dengan catatan dalam waktu dekat harus sudah ada minimal calon pendampingnya. Karena Seorang Rakyan harus memiliki keturunan." Kata Maharaja Rakai Garung. Bagai disambar petir di siang bolong saat mendengar keputusan Maharaja itu. Namun Pangeran Balaputeradewa langsung berlutut mengha
“Aku sama sekali tidak mengerti, ke mana anak itu menghilang? Prilakunya juga aneh sebelum ini.” Kata Jentra. “Wajar saja. Ini adalah pengalaman pertamanya berperang. Namun aku juga tidak mengira ia bisa begitu ceroboh dengan pedati itu.” Kata Amasu. “Seharusnya dengan ilmu yang dimilikinya ia mampu mengatasi jurang di Ngijo. Dia memiliki aji angin-angin dan tapak banyu. Jurang sedalam itu pasti bukan masalah. Apalagi kalua kulihat lagi di bawah ada Sungai. Dia adalah pengendali air yang baik dan juga jago berenang. Saat kutemukan saja, ia mampu melawan arus banjir yang hebat.” Kata Jentra lagi “Kecuali dia memang ingin menghilang.” Kata Amasu “Apa maksudmu?” Jentra mengernyitkan dahinya. Kasihnya yang besar pada Rukma, menolak untuk berpikir yang buruk pada anak itu. Apalagi selama ini bahkan Rukma selalu melindunginya dari banyak hal terutama dari kegenitan Sriti. “Bukankah kau bilang bahwa Rukma sebenarnya gamang dengan peperangan ini. Wiku Sasodara-pun sangat marah mendengar s
Ganika sedikit lebih beruntung. Saat terjatuh dari tebing, ia langsung masuk ke dalam kedung Sungai yang dalam sehingga lolos dari kematian. Tubuhnya diseret arus ke tepian dan dengan susah payah ia menggapai kayu pohon besar yang hanyut. “Ke mana Sungai ini akan membawaku?” Tanya Ganika di dalam hati Sungai itu memang mengalir menjauhi pusat perkemahan prajurit Medang di Utara. Sungai itu terus mengalir ke Selatan menuju tempat bernama Randu Gumbala. Ganika sadar bahwa ia belum sepenuhnya lolos dari bahaya karena semua Sungai menuju muara, dimana semua muara Sungai besar pasti berbuaya. “Aku harus segera berenang ke tepian. Supaya darah di tubuhku tidak menarik binatang buas mengejarku.” Kata Ganika. Dugaan Ganika tidak salah. Kecipak air yang dihasilkan Ganika mengundang seekor buaya besar mendekat. Ganika berusaha sekuat tenaga berenang ke tepian. Ia berhasil mencapai daratan, namun buaya itu masih tetap mengejarnya. “Binatang kurang ajar!” teriak Ganika saat buaya itu menerka
Rukma terkejut saat melihat Ganika dan Gaurika begitu mudah dijatuhkan oleh Jentra Kenanga hanya dengan sebuah perkelahian main-main menurut Rukma. Jadi Jentra memang sesakti itu, maka wajar saja jika karirnya begitu cepat menanjak dan membuat iri hati seniornya. "Rukma, biar aku menghadapinya. Kau urus saja wanita-wanita itu supaya tidak diperlakukan tidak senonoh oleh para perajurit." Kata Jentra. "Baik!" Sambut Rukma gembira. "Hei bocah tengik. Jangan coba lari dariku. Tapak geni!" Teriak Mpu Kumbhayoni dengan mengerahkan pukulannya kepada Rukma. Dengan sigap Jentra mendorong Rukma ke samping dan mengibaskan jubahnya sehingga pukulan api itu memantul ketika mengenai jubahnya dan pukulan api yang terlontar hampir mengenai wajah Mpu Kumbhayoni sendiri. "Tameng Sangara!" Teriak Jentra. Jubah itu-pun terlepas dari tubuh Jentra dan mengejar Mpu Kumbhayoni. "Ditya kala dahana." Teriaknya menghalau jubah itu dengan semburan api. Namun jubah itu terus merangsek ke arah tubuh Mpu Ku
Kerusuhan yang terjadi di Wanua Song telah memicu berbagai spekulasi politik yang luar biasa keras. Para pejabat Medang berwangsa Sanjaya mulai panik. Karena setelah mendengar laporan bahwa wanua Song dibakar habis oleh pembesar Walaing sendiri untuk menutupi kegagalan mereka melindungi Song dari keganasan perampok, Maharaja Rakai Garung mengambil tindakan dengan mengumumkan perang pada Walaing. Rencana Pangeran Balaputeradewa menguasai Walaing-pun tinggal selangkah lagi. Para Panglima perang termasuk Jentra diperintahkan untuk menenggelamkan Walaing dan menangkap seluruh pejabatnya. Serangan akan dilakukan fajar hari sebelum mereka siap menghadapi tentara Medang. "Kenapa kau begitu gelisah?" Tanya Jentra pada Rukma. "Entahlah, kakang. Aku hanya merasa ini tidak benar." Katanya. "Sudah kukatakan. Jangan menilai apapun dalam sebuah pusaran politik. Kita perajurit. Kita hanya menjalankan tugas." Kata Jentra menghibur Rukma yang terpukul dengan penghancuran wanua Song beberapa malam
Sriti kesal sekali karena Jentra tetap begitu keras kepala untuk bisa menikahi Candrakanti. Sementara ia yang rela berkorban apapun untuk Jentra hanya akan dianggap angin lalu dan ditinggalkan. Ia semakin marah saat rumor perkawinan Jantra dan Candrakanti sampai ke telinganya. "Kau sungguh keterlaluan, Kakang Jentra. Apa kurangku dari perempuan itu. Jika alasanmu, perempuan itu memberikan segalanya padamu termasuk keperawanannya, apakah aku tidak?Namun Perempuan itu dan keluarganya bahkan telah menyakitimu. Mengapa masih juga memilihnya."Tanya Sriti. Sriti mondar-mandir di selasar rumah Jentra yang besar. Ia seperti orang yang senewen dan kebingungan karena ia masih ingat kata-kata Jentra yang menyakitinya. "Kau telah menjebakku, Sriti. Namun satu hal yang harus kau tahu adalah bahwa di dalam hidupku tidak ada wanita yang akan selalu kucintai dan kurindukan seperti Candrakanti. Meskipun ia telah menghancurkan hatiku seremuk itu. Dan aku tidak berniat menggantikannya dengan wanita
"Baginda sudah mendengar tentang beberapa Sanditaraparan yang kembali dari gunung Udarati?" Tanya Mpu Ghek Sang Pati. "Sudah. Namun Balaputeradewa menyembunyikan keberadaannya. Dia pikir aku bodoh. Tetapi aku merasa tidak enak hati jika harus mengambil tindakan terhadapnya karena aku sangat mencintai permaisuri." Kata Maharaja Rakai Garung. " Yah, Pangeran muda itu kelak akan jadi batu sandungan kita, Yang Mulia." Pangeran Aswangga menimpali. "Tidak juga selama kita bisa mengendalikannya." Kata Maharaja sambil menghirup minuman manis yang terbuat dari gula aren dan asam Jawa. "Apakah paduka punya rencana untuk Pangeran Balaputeradewa?"Tanya Pangeran Aswangga "Tidak secara langsung. Namun aku akan menggunakan orang-orang sekitarnya untuk mengendalikannya." Kata Maharaja begitu tenang. Tiba-tiba di tengah obrolan mereka, seorang abdi datang dan berbisik kepada Maharaja. Maharaja tersenyum sambil mengangguk. Mpu Ghek Sang Pati dan Pangeran Aswangga penasaran dengan yang dikatakan ab
Pangeran Balaputradewa sangat murka, karena Jentra mengatakan segalanya di depan kakak perempuannya dan wiku Sasodara. ia merasa Jentra tidak setia kepadanya. Pangeran Balaputradewa merasa bahwa Jentra telah membongkar sebagian rencananya kepada kakak perempuannya dan wiku sasodara. saat mereka berdua keluar dari keputren Pangeran Balaputradewa langsung menghardik Jentra. “ Mengapa kau katakan semua itu di depan kakak perempuanku Jentra? Aku sudah bilang ini semua rahasia.” Kata Pangeran Balaputradewa dengan marah. “ Saya sebenarnya juga tidak ingin mengatakan apapun di depan permaisuri. Namun beliau yang memerintahkannya. Jadi saya tidak berdaya. Saya tidak tahu jika wiku sasodara juga ada di sana.” Jentra mencoba untuk membela dirinya. “Kalau begitu rencana untuk Walaing, harus segera dipercepat. aku takut rencana yang ini pun nantinya akan tercium oleh wiku sasodara dan kakak perempuanku.” Kata Pangeran Balaputeradewa. “Tapi atas kesalahan apa kita menyerang walaing?
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.