Share

2 - SIAPA LELAKI ITU?

Saat ini merupakan jam pelajaran terakhir. Untungnya para guru sedang mengadakan rapat mendadak, sehingga beberapa kelas sedang jam kosong.

Meskipun para guru sudah memberikan tugas di  setiap kelas, tetapi tentunya tidak membuat para siswa diam di dalam kelas. Jam kosong tentu merupakan kesempatan bagi para siswa untuk kabur keluar kelas, termasuk Kira. Ia berjalan keluar kelas untuk mencari udara segar.

Terlihat beberapa siswi perempuan duduk mengobrol di tiap kursi yang berada di koridor kelas. Kebanyakan siswa laki-laki memilih bermain bola di lapangan. Berapa siswa lainnya terlihat mencari kesempatan untuk pergi ke kantin. Seperti itulah keadaan jam pelajaran terakhir ditambah jam kosong. Biasanya para siswa sudah tidak fokus. Mereka berpencar melakukan kegiatan yang mereka inginkan selagi sedang tidak diawasi guru.

"Kiraa!" Dirinya membalikkan badan mencari sumber suara. Ternyata itu mereka. Mae dan Reka. Nampak berjalan bersama dari arah kantin sembari membawa bungkus makanan.

Kira bertemu dengan Mae sejak enam tahun yang lalu. Lebih tepatnya mereka satu sekolah sejak sekolah dasar. Kira merupakan anak pindahan saat kelas tiga sekolah dasar. Ketika masuk kelas untuk pertama kali, Mae mengajaknya untuk duduk sebangku karena kebetulan saat itu kursi di sebelah Mae kosong. Sejak saat itu mereka selalu bersama. Bahkan selalu meminta pada orang tua mereka untuk bisa bersekolah di tempat yang sama.

Sedangkan Reka, Kira bertemu dengannya saat masuk sekolah menengah pertama. Kira dan Reka berada dalam satu kelompok yang sama saat masa orientasi siswa. Mereka juga ditunjuk untuk memimpin kelompok menampilkan inagurasi saat penutupan masa orientasi. Tak disangka kerja sama mereka membuahkan hasil dan akhirnya membawa kelompoknya menang sebagai kelompok inagurasi terbaik saat masa orientasi.

Kira, Reka dan Mae juga ternyata berada di kelas yang sama saat sekolah menengah pertama. Sejak saat itu, mereka bertiga mulai akrab dan banyak melakukan berbagai hal bersama. Berada di kelompok yang sama, pergi bermain bersama, hingga berbagi rahasia satu sama lain.

Saat masuk SMA Kira dan Reka berada di kelas yang sama. Sedangkan Mae berada di kelas yang berbeda. Mereka hanya bertemu saat jam istirahat, pulang sekolah atau jam kosong seperti saat ini.

"Ada apa dengan wajahmu, lusuh seperti lap basah," tegur Reka jahil.

Mae tertawa kencang mendengar candaan Reka. "Iya, Ra. Wajahmu seperti orang yang sedang terlilit hutang. Sedang ada masalah?"

Kira hanya menghela napas panjang seraya merendahkan bahunya. "Hari ini melelahkan." Kira duduk di salah satu bangku koridor kelas, diikuti oleh Mae yang duduk disampingnya. Sedangkan Reka hanya berdiri di hadapan mereka sambil memakan batagor dalam plastik yang ia beli di kantin tadi.

"Terlambat lagi?" tanya Mae.

"Iya," jawab Kira sambil tertawa.

"Dihukum si provost lagi?"

Kira hanya mengangguk lesu.

Provost merupakan julukan guru kesiswaan di sekolah. Nama asli guru itu sebenarnya Pak Beni. Namun, semua anak di sekolah ini memanggilnya si provost. Alasannya karena dibandingkan dengan mengajar, beliau selalu sibuk menghukum para siswa yang melanggar aturan sekolah demi terciptanya kedisiplinan di sekolah ini. Pak Beni juga memiliki wajah yang galak dengan rahang tegas, juga lengkap kumis yang lebat. 

"Hmm, si provost memang kejam━" ucap Reka sembari menggelengkan kepala. "Kemarin saja aku hampir tertangkap karena memakai celana di atas mata kaki, untung saja lariku secepat kilat. Yang malang nasib Bimo, dia tertangkap."

"Serius?" tanya Mae dan Kira bersamaan.

"Terus, dihukum apa sama provost?"

"Celananya di sita, lalu dia ke kelas memakai sarung sampai pulang sekolah," terang Reka sambil tertawa puas.

"Ada-ada saja. Pasti seharian dia gak keluar kelas." Kini mereka bertiga sama-sama tertawa membayangkan Bimo seharian memakai sarung di dalam kelas.

"Besok jangan terlambat lagi, Ra. Lama-lama kulitmu bisa gosong terpanggang di lapangan," tutur Mae.

"Iya, setiap hari kamu selalu terlambat. Perlu aku jemput biar gak telat lagi?" tanya Reka sedikit tidak jelas karena sambil mengunyah batagor di dalam mulutnya.

"Jemput aku juga, ya!" sahut Mae.

"Tidak bisa, rumahmu jauh," tolak Reka dengan cepat.

"Menyebalkan sekali," gerutu Mae sambil mengerucutkan bibir.

Kira dan Reka hanya tertawa melihat respon Mae. "Gak perlu Reka, aku lebih suka naik bus," ucap Kira. Sebetulnya Kira mencoba mengerti perasaan Mae. Ia punya prasangka bahwa sebenarnya Mae memiliki perasaan terhadap Reka. 

"Biar bisa bertemu lelaki itu ya, Ra?" tanya Mae jahil sedangkan Mae melotot member tanda bahwa seharusnya Mae tidak menceritakan hal itu di depan Reka.

"Lelaki itu siapa?" sahut Reka kaget sampai terbatuk-batuk karena tersedak batagor yang ia makan.

"Makanya jangan makan terus. Gak nawarin kita lagi. Nih, minum." Mae menyodorkan minuman seraya menepuk-nepuk punggung Reka pelan. Minuman itu sengaja Mae beli di kantin dan sedari tadi hanya ia bawa-bawa tak kunjung dibuka.

Setelah meneguk minuman dan batuknya reda, Reka kembali bertanya. "Lelaki itu siapa sih, Ra?

"Ah, gak ada. Mae hanya mengada-ngada, dia kan tukang bohong." Kira mencari alasan sambil melirik Mae yang terlihat cengar-cengir sendiri.

Reka mulai merasa aneh melihat Kira. Entah apa yang Reka rasakan saat ini, tetapi hatinya memberi respon seakan tidak menyukai hal itu. Reka mengalihkan pandangan menatap netra Mae mencoba meminta penjelasan.

Mae menaruh jari telunjuk di depan mulutnya. "Ssttt, ini rahasia perempuan." Reka hanya mendengus sebal dan diam-diam terus memperhatikan Kira.

                                                             

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status