All Chapters of Ibu Mertuaku Penuh Drama : Chapter 31 - Chapter 40
90 Chapters
Part 31
[Ada sudah yang kepanasan kayaknya, makanya kalau belum siap jualan itu ya nggak usah … gaya-gayaan mau jualan tapi hasilnya nggak enak, tengik kayaknya bolu yang sudah lama tersimpan di lemari nggak laku tapi dijual juga, demi uang apapun itu dilakukan, mau muntah rasanya melihat kebiasaan jorok kalian pembuat kue bolu]Jawabannya semakin berani, Emi ingin membalas lagi tapi kularang. Sepertinya akun bernama Cinta ini memang ingin cari masalah dengan kami jadi mau dijawab seperti apapun, akan percuma. Aku menyuruh Emi dan Farida mengambil tangkapan layar dari berbagai pesan yang masuk, mulai pembeli baru maupun langganan kami. “Setelah itu posting, tulis ucapan terima kasih ke pada semua pelanggan yang sudah memesan di tempat kami. Kupikir kalau hanya dia satu orang … rasa-rasanya tidak perlu kita takutkan, doakan saja semoga orang itu sehat-sehat terus biar jiwanya tenang dan tidak lagi mencari masalah dengan kita. Tapi, pastikan langsung blokir orang itu supaya nggak membuat kerus
Read more
Part 32
Para tetanggaku mulai berdatangan satu persatu, mereka mulai kasak kusuk berbisik. Kiki yang biasanya kepo dengan urusan orang lain turut mendatangi kami. Meski begitu, Kiki pelan-pelan sudah berubah menjadi tetangga yang baik. Apalagi sejak dia tahu bahwa aku menjadi single parent dua bulan belakangan ini. “Mbak Mayang, siapa yang tega berbuat seperti ini?” Aku tak mampu menjawabnya, hanya bisa menggelengkan kepalaku saja. Tak tahu harus bicara apalagi. “ Yang sabar ya, Mbak. Mbak Mayang jangan pernah mendiamkan hal seperti ini, nanti pelakunya semakin berani dan pelan-pelan menghancurkan nama baik Mbak Mayang. Aku siap menemani Mbak Mayang ke kantor polisi, aku siap jadi saksi bahwa apa yang Mbak buat selama ini adalah makanan terbaik, apa yang dilakukan orang ini adalah ulah orang yang hanya iri pada kehidupan Mbak sekarang ini.” Tukas Kiki sembari memegang pundakku, berusaha menenangkan ku.“Iya, Mbak. Coba ingat-ingat lagi siapa kira-kira yang punya dendam sama Mbak, kalau dari
Read more
Part 33
“Dari kepolisian sudah mengabari kalau orang yang menyebarkan fitnah di dua akun ternyata adalah dua orang yang berbeda namun tinggal di alamat yang sama dan Kakak pasti kaget kalau tahu siapa orangnya.” Ujar Farida. “Siapa?” tanyaku penasaran. “Mantan iparmu, Kak. Farah Lestari dan Shinta Utami.” Farida mengucapkannya dengan lantang. Mulutku menganga kaget. Hah??? Aku tak menyangka jika Farah, menantu kesayangan ditambah dengan Shinta yang baru saja beberapa bulan bergabung dalam keluarga mantan ibu mertuaku ternyata sekongkol ingin menjatuhkan usahaku. Ku kira hanya ibu kandung Mas Didik saja yang membenci dan selalu berusaha ingin memperlihatkan betapa kerdilnya aku di hadapan semua orang, Farah dan Shintapun turut andil di dalamnya. “Kaget, kan? jangankan Kakak lah aku aja tadi juga nggak menyangka sama sekali. Kok bisa-bisanya orang yang sudah dua bulan nggak ketemuan tapi masih sempat membuat masalah denganmu kak, memang sampai kapanpun hidupmu nggak akan aman selagi
Read more
Part 35
“Mana dia? Mana perempuan yang tidak tahu diri itu, berani-beraninya melaporkan menantuku ke kantor polisi. Suruh dia ke luar.” Dua bulan tidak bertemu dengannya, Aku tetap hapal dengan suara perempuan tua di luar sana. Ya, dia suara mantan ibu mertuaku.Brigadir Ahmad serta beberapa petugas termasuk aku dan Farida ke luar melihat keributan, sedangkan Farah dan Shinta tetap di dalam ruangan dijaga oleh satu orang petugas. Kulihat ibu kandung Mas Didik bersama Mas Didik berdiri persis di depan kantor polisi sembari berkacak pinggang terlihat menantang. Ciri khasnya dia.“Nahh … ini dia perempuan tidak tahu malu itu, merasa hebat kamu ya sudah melaporkan kedua menantuku dan mau memenjarakan dia, dasar orang nggak punya otak. Tidak tahu balas budi, sudah dikasih makan gratis, tinggal gratis malah tidak tahu diri, tidak sadar diri malahan mau penjarakan menantuku, orang kalau hanya lulusan SMP ya begitu, nggak ada otaknya sama sekali.” Ia terus menunjuk-nunjuk aku dengan gaya angkuhnya.
Read more
Part 35
“Mayang ….” Aku menoleh dan memperhatikan laki-laki gagah yang pernah mengisi hidupku. Mas Didik. Ia menatapku dengan tatapan lembut, mungkin dulu saat aku masih bucin mungkin aku akan langsung tersenyum manis dan detak jantungku tak beraturan. Tapi, tidak kini aku tak percaya cinta lagi. Cinta hanya membuatku sengsara. Pengorbanan cintaku sudah terlalu besar namun tak pernah dihargai, sakit sekali rasanya. Aku berdiri menunggu apa yang akan ia sampaikan padaku.“Tidak bisakah kamu mencabut laporanmu? Kasihan Farah yang masih punya anak balita di rumah, masih ada Sekar yang menanti mamanya pulang, kalau sampai dia di penjara pasti kasihan sekali dengan Sekar, sedangkan Shinta dia saat ini mulai mengandung calon anak Iwan, apa kamu nggak bisa menurunkan egomu sedikit saja untuk memberikan mereka kebebasan, kasihan mereka, kasihan Ibu kalau sampai mereka berdua di penjara, kami akan malu menanggung kedua menantu Ibu harus masuk penjara sekaligus.” Aku tersenyum menyeringai mendengar u
Read more
Part 37
Pov DidikBerita tentang penangkapan kedua adik iparku tak hanya membuat aku dan bapak yang shock mendengarnya, tapi juga ibu yang baru saja pulang dari kebiasaannya jalan ke tempat tetangga tersebut. Tiba-tiba saja datang dua orang petugas membawa Farah dan juga Shinta ke kantor polisi. Aku, Purwanto juga Iwan tak bisa berbuat banyak karena kelakuan istri-istri mereka yang diduga mencemarkan nama baik Mayang, mantan istriku itu sehingga mereka berdua harus menerima akibatnya, berdasarkan keterangan petugas bahwa kedua adik iparku itu menyerang jualan Mayang dengan memburukkan hasil jualannya dengan mengatakan bahwa kue bolu buatan Mayang ada rambut dan juga belatungnya. Memang apa yang dilakukan oleh kedua adik iparku itu sangat jahat, bagaimana tidak Mayang yang tak pernah kuhiraukan sejak kutalak dua bulan yang lalu, harus kesulitan mencari nafkah. Sebenarnya aku pribadi juga setuju jika hal ini dilaporkan oleh Mayang, itupun saat itu Mayang tidak tahu sama sekali jika pelakunya
Read more
Part 37
Part 37 Pov Sutinah Ketika tahu kedua menantu kesayanganku dijemput polisi, perasaanku tak karuan. Apalagi saat melihat keadaan anak Farah, Sekar cucu cantikku itu. Ia menangis terus begitu tahu mamanya belum pulang-pulang juga. Kesedihanku semakin bertambah saat Shinta juga turut bersama Farah dibawa ke kantor polisi, Shinta yang baru menikah dengan anak bungsuku, Iwan sekitar dua bulan lalu sedang dalam keadaan hamil. Bisa dibayangkan bagaimana nasib mereka apalagi aku juga harus menanggung malu karena kedua menantuku itu, begitu dalam perjalanan menjenguk menantuku, Didik memberitahuku kalau mereka berdua dilaporkan oleh Mayang, mantan istri Didik karena kasus pencemaran nama baik.Seketika otakku mendidih mendengar namanya disebut anakku, pencemaran nama baik? Memangnya anak miskin dan lulusan SMP itu punya nama baik? Aku heran dengan kepolisian yang mau menindak laporannya anak kampung itu, ia pasti punya dendam dengan kedua menantu sehingga main lapor saja ke polisi. Tapi, l
Read more
Part 38
Part 38Mataku melotot mendengarnya, apa Didik masih punya perasaan sama perempuan miskin itu?“Aku hanya terlalu sibuk, Bu. Ibu jangan punya pikiran yang macam-macam, percayalah aku sudah tak cinta lagi padanya sejak insiden dia memukul Ibu sampai muka Ibu lebam waktu itu, aku sudah hilang rasa dengannya.” Ungkap Didik, aku menghela napas lega. Lega karena anak sulungku sudah tidak menyimpan perasaan lagi sama Mayang, jika itu sampai terjadi aku tak akan membiarkannya lagi. Aku sudah bersusah payah merendahkan dan menghinakan Mayang, masa iya aku harus kembali memutar otak agar mereka berpisah kembali. Aku capek.“Ya, sudah … Ibu nggak mau tahu, pokoknya setelah urusanmu ke rumah si Mayang itu selesai, pastikan siapkan semua berkas perceraianmu, buat apa juga kamu menggantung statusmu sedangkan kamu sudah tidak punya rasa lagi dengan Mayang, segera kamu urus dan kamu punya status juga jelas, dengan begitu perempuan manapun bisa kamu nikahi, asalkan sesuai kriterianya dengan pilihan
Read more
Part 39
Part 39“Tapi … ini apa?” Mas Didik mengangkat sebuah bungkus plastik berwarna transparan yang isinya membuat mataku melotot sempurna hampir ke luar dari tempatnya. Belatung? “Belatung?” Aku dan Farida berteriak serentak. Kami saling berpandangan. Kami bingung.“Kenapa laki-laki kayak pengemis tadi bawa belatung? Apa tujuannya?” Cecarku sembari memperhatikan bungkusan plastik yang ada di tangan Mas Didik. Belatung yang ada dalam plastik tersebut lebih dari sepuluh biji, gerakan lincahnya membuat perutku mual. “Aku yakin ada yang berniat jahat sama Kakak, orang tadi pasti disuruh seseorang untuk menaruh belatung di adonan kue bolu kita, aku yakin sekali.” Selesai berbicara, Farida lantas memeriksa mengaduk-aduk adonan menggunakan spatula. Ternyata benar, di salah satu adonan kami ada beberapa puluh belatung di dalamnya. Selain itu Loyang yang ada di meja pada alasnya diletakkan beberapa helai rambut.“AStaghfirullah, pasti ada yang ingin menjebak dan membenarkan kalau kita berjuala
Read more
Part 40
Part 40 Pov Sutinah Belum apa-apa aku sudah dapat laporan dari Jaka jika aksinya menaburkan belatung dan rambut di adonan Mayang malah ketahuan oleh seorang perempuan putih, dengan tubuh proporsional. Aku yakin itu adalah Farida, adiknya Mayang. “Kok bisa?? Sampai-sampai kamu ketahuan begitu, kamu itu baru aja disuruh kerja dikit aja sudah gagal, gimana kalau nanti ada pekerjaan yang lebih besar, memang benar-benar nggak ada otak kamu itu ya, kamu lupa kalau kamu sudah menerima uang banyak dariku untuk menjalankan rencana yang anak SD saja bisa melakukannya, kamu ini gimana sih.” Gerutuku dengan tangan disilangkan ke dadaku, kesal sekali.“Maaf, Bu. Tapi memang perempuan itu tadi awalnya sedang sibuk di ruang tengah melihat ke depan, sepertinya sedang melihat perempuan lain lagi dan seorang laki-laki yang datang bertamu, aku sudah menebarkan beberapa belatung dan rambut di kue yang masih mentah itu, tapi tak sengaja aku menyenggol pinggiran oven yang ada di atas kompor, karena pana
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status