All Chapters of Ibu Mertuaku Penuh Drama : Chapter 21 - Chapter 30
90 Chapters
Part 21
Seminggu setelah Mas Didik meminta maaf karena telah berbohong padaku dengan memprioritaskan urusan ibu dan adiknya tersebut, hidupku berjalan tenang. Bahkan tidak ada tanda-tanda Mas Didik akan mengulangi perbuatannya lagi. Namun ketenangan itu hanya sesaat, semua bermula saat kedua orang tua suamiku untuk meminta kami untuk berkumpul dalam rangka membicarakan pernikahan Iwan, adik bungsu Mas Didik yang sebentar lagi akan menikah dengan Shinta, anak Bu Yuli teman ibu mertuaku.“Dek, nanti sepulang aku kerja, kita sama-sama ke rumah Ibu ya, katanya kita semua disuruh kumpul untuk rembukan membicarakan persiapan pernikahan Iwan.” Aku hanya mengangguk menurut.“Oya, Dek. Dalam beberapa hari kedepan tidak adalagi pemberian bonus bagi karyawan karena katanya untuk kenaikan gaji masih dilakukan pembahasan jadi kemungkinan bonus akan ditiadakan.” Aku yang sedang menyuap nasi goreng ke mulutku terhenti. Kupindai matanya, mencari kebenaran di sana. Ia nampak santai saat menyampaikannya.“In
Read more
Part 22
“Meski kami mau rembukan sampai beberapa bulan juga, uang segitu banyak tidak akan bisa terkumpul begitu saja, Bu. Lagian Iwan sendiri yang mau menikah, kenapa kami semua yang direpotkan.” Selaku tiba-tiba. Pandangan mata ibu mertua langsung ke manik mataku.“Kamu itu bisakah setidaknya membantu pernikahan adik iparmu, ini pernikahan terakhir dikeluarga kita jadi haruslah mewah, lagipula Ibu tidak mau malu dengan para tetangga di sini karena Ibu sudah bilang sejak pulang dari memboking tempat di hotel tadi, Ibu sudah bilang ke tetangga kalau resepsi akan dilaksanakan di sana, hanya segitu saja kamu berat juga mau membantu?” Ibu menyahut tak mau kalah.“Bukannya begitu, Bu. Apa yang dikatakan Mayang itu benar, dengan biaya nikah yang cukup besar begitu memangnya kami dapat uang dari mana, apalagi tinggal seminggu lagi. Kalaupun ada uang hanya cukup untuk acara nikahan saja di rumah. Kamu juga, Iwan mau menikah uang simpananmu memangnya nggak ada, sampai-sampai kami semua yang diminta m
Read more
Part 23
Part 23 “Ini bukannya kebanyakan, Bu. Memangnya mau mengundang berapa orang?” tanyaku sembari melihat catatan yang diserahkan ibu ke padaku. Ibu langsung merampas catatan itu dari tanganku.“Coba kamu lihat ini baik-baik, mana ada yang kebanyakan. Kebanyakan dari mana, kamu itu harusnya tahu kalau mau mengundang orang seratusan lebih ya begini. Ini sudah sesuai catatannya karena aku minta bantuan Bu Trisno sama Bu Ida waktu membuatnya ini, mereka yang lebih paham soal ini. Iwan sama Shinta sama-sama punya teman kantor yang jumlahnya tidak sedikit, jadi wajib banyak yang diundang.” Katanya kembali menyerahkan catatan itu padaku. Aku menghela napas panjang.“Memangnya Shinta itu bekerja ya, Bu?” Ibu langsung menertawai ku.“Ya dia kerja, dia wanita karir sama seperti Farah, memangnya kamu yang tidak bisa bekerja … lagian siapa juga yang mau mengajak kamu kerja sedangkan sekolah saja hanya lulusan SMP. Selamanya hanya bisa jualan gorengan depan SD.” Ya Allah… sedikit saja aku membuka
Read more
Part 24
[Mas, ini rincian semua biaya pembuatan makanan prasmanan sekalian kue ya] aku mengetik pesan ke pada suamiku.Mas Didik memang memintaku supaya merinci besaran biaya yang harus aku keluarkan untuk kebutuhan makanan saat acara nikahan Iwan di rumah ibu mertuaku pada hari minggu nanti. Tak lama kulihat suamiku online dan sedang mengetik pesan.[Ya, Dek. Aku sedang bicara dengan Bapak sama Ibu ini. Semoga saja biaya yang kamu rinci bisa aku dapatkan ya?] keningku berkerut saat mendapatkan jawaban Mas Didik.Aku pun tak membalas lagi pesannya, lebih baik menunggunya saja sampai di rumah. Meski aku juga ragu jika dana yang aku minta bisa terealisasi, apalagi ada ibu mertuaku di sana. Sekitar satu jam suara deru motor Mas Didik akhirnya terdengar di halaman, aku pun menengok dan menyambutnya.“Nggak usah siapkan makan ya? Ibu tadi kebetulan beli sate buat kami di sana makanya perutku sudah kenyang.” Ucapnya, aku mengangguk saja sembari menunggu apa yang akan ia katakan mengenai dana yang a
Read more
Part 25
"Ya Allah, Kak. Uang segitu mana cukup buat beli bahan yang seabrek buat hajatan Iwan itu, gimana sih? Memang ya ibu mertuamu itu nggak ada akhlak, bisa-bisanya dia kasih uang segitu terus mintanya makanan yang dihidangkan wajib banyak dan enak-enak. Kadang aku mikir hebat sekali kamu Kak, bisa sangat sabar menghadapi perempuan julid seperti ibu mertuamu itu, kalau aku mungkin sudah perang dunia kelima.” Sungut Farida, terlihat dia sangat kesal ketika kuberitahu uang yang akan digunakan untuk membuat berbagai hidangan acara nikahan Iwan hanya dua juta saja.“Terus … apa rencanamu, Kak. Terus terang kalau aku juga bingung dikasih dana segitu sementara harus mengikuti banyaknya menu yang kita buat.” Farida menatapku menunggu jawaban, aku masih sibuk menata jualan.“Rencanaku masakan ayam yang diminta itu dikurangi saja, terus nanti aku mau buat sayur bening sama buata ikan asin goreng saja, kayak acara rumahan gitu. Hidangan disesuaikan dengan dananya, aku tak mungkin mau menanggung ter
Read more
Part 26
"Alhamdulillah, akhirnya pergi juga nenek sihir itu.” kata Bu Yuma. Aku tersenyum seraya menghela napas lega.“Tadi dia menyambangi kami, Mbak Mayang. Masa katanya kamu itu ngotot-ngotot minta semua masakan dan kue untuk acara nikahan anaknya tadi harus kamu yang mengerjakan, katanya kamu sudah dikasih uang sebelumnya sepuluh juta tapi masih saja katanya kamu merasa kurang, makanya dia pagi-pagi mau antar bahan buat kue bolu supaya kamu nggak merongrong dia lagi.” Tukas Bu Yuma menjelaskan.“Ya, Mbak dan kami kaget pas sampai di sini, ternyata nenek sihir itu baru kasih kamu uang dua juta untuk undangan seratus orang lebih, kayaknya nggak waras deh ibu mertuamu itu, syukur saja tadi Bu Yuma inisiatif mengikuti dia sampai ke sini, karena terus terang kami juga mau tahu dari mulutmu langsung, kami sejak kejadian dia memfitnah dulu rasanya kami sudah tidak percaya lagi dengan apa yang ia ucapkan, ibu mertuamu itu cocok jadi artis, pandai sekali akting ya dan bisa membalikkan keadaan.” Ta
Read more
Part 27
“Bapak tadi telepon aku marah-marah katanya Ibu pulang dari rumah menemui kamu, malah kamu hina-hina. Aku juga nggak jelas hinaan seperti apa yang kamu katakan pada Ibu, yang jelas Bapak marah sekali. Kata Bapak suruh istrimu jaga kelakuannya. Makanya aku juga bingung, ini sebenarnya ada apa?” Ya Allah apalagi ini. Tidak ada habis-habisnya. “Kamu itu sudah-sudahlah cari masalah dengan Ibu, kamu sudah tahu Ibu itu orangnya sensitif, kamunya malah membuat Ibu menangis, sampai-sampai Bapak tadi teriak-teriak tadi menjelaskan sama aku, aku ini sudah capek kerja jadi tolong jangan tambah bikin aku capek, pusing.” Ya Allah, belum sempat aku menjawab, Mas Didik menutup panggilan dengan sempurna. Mas Didik juga kelihatan sama kesalnya dengan bapak mertuaku, terlihat dari caranya berbicara denganku. Yang membuatku tak terima adalah seakan-akan akulah yang membuat masalah di sini. Memangnya apa salahku, apa yang diceritakan ibu ke pada bapak sampai-sampai bapak yang biasanya sabar turut pul
Read more
Part 28
“Astaghfirullah.” Hanya itu saja ucapan yang ke luar dari mulutku.Aku benar-benar tak menyangka ibu akan sekeji itu padaku, menuduhku memukul dan menghinanya. Kurasa kali ini aku sudah tidak bisa lagi membiarkannya menzolimi dengan cara memfitnahku terus menerus. Lama-lama aku yang gila harus berhadapan terus dengan ibu mertuaku yang kuanggap sudah tidak waras tersebut. Nyeri rasa dadaku menahan sakit yang teramat. “Adikku serta beberapa tetangga bisa menjadi saksi, Bu Nia. Kami hanya berbicara dan ketika para tetanggaku mengatakan bahwa mereka sudah tidak peduli lagi dengan kata-katanya, ibu langsung pergi begitu saja tanpa bicara apapun, terus kok bisa-bisanya menuduh aku menampar sampai biru matanya, apa nggak aneh itu kedengarannya.” Bu Nia nampak diam seperti berpikir.“Jelas kok Saya dengar Ibumu ngomong begitu, bahkan Bu Trisno sama Bu Ida juga ada di sana, hanya mereka berdua diam saja tidak menanggapi, sebetulnya Saya sendiri tidak terlalu menanggapi, Bu. Hanya memang tand
Read more
Part 29
Dalam perjalanan pulang, aku dan Farida tidak saling berbicara. Kami tenggelam dalam pikiran masing-masing. Aku masih teringat bagaimana wajah Mas Didik saat mengucapkan talak padaku, benar-benar datar sepertinya sudah ia pikirkan sebelumnya. Mungkin saja dia memang sudah tak sanggup lagi hidup bersamaku denganku lagi. Aku pasti dianggap menantu durhaka dan hanya bisa melawan ibunya saja. Sudahlah, apa yang sudah terjadi tidak bisa kuulang atau kusesali kembali. Mas Didik lebih memilih keluarganya dan aku harus terima itu. Hanya saja yang membuatku sedih, dia sama sekali tak menoleh sedikitpun ke arah anak semata wayangnya tadi. Apa aku yang selama ini terlalu berharap banyak padanya sedangkan ia tak peduli pada kami, aku dan Arthur. Apa yang ia lakukan sebelumnya dengan memprioritaskan keluarganya, kepentingan ibunya, kepentingan adik-adiknya kini terbukti. Aku bukan lagi siapa-siapanya dia kini. Persis di depan keluarganya juga adik kandungku, ia menalak diriku tanpa tanggung-ta
Read more
Part 30
Sejak Mas Didik mengucapkan talak padaku dua bulan yang lalu, aku sudah memblokir semua kontak nomor yang berhubungan dengan dia dan semua anggota keluarganya. Makanan dan kue yang menjadi tanggung jawabku untuk pernikahan Iwan waktu itu tetap aku kerjakan bersama adik-adikku sampai selesai dan aku meminta beberapa orang suruhan untuk mengantarkan semua pesanan dari ibu mertuaku itu.Di sela kegiatanku sekarang, aku menjual berbagai aneka bolu yang dipasarkan oleh adikku, Emi ke sejumlah media sosial yang ia miliki, begitu juga dengan aku dan Farida. Kami benar-benar solid bekerjasama memajukan usaha baruku ini. Kesibukanku, membuatku tak lagi sedikitpun memikirkan masalahku, aku juga yakin Mas Didik yang menalakku akan mengurus berkas perceraian kami nanti di pengadilan agama dan aku tidak perlu bersusah payah datang, yang terpenting sekarang aku sudah bebas dari ibu mertua yang toxic itu dan hidupku jauh lebih tenang. Semua olahan makanan yang kukirim ke rumah mantan ibu mertuaku
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status