Semua Bab Gadis 200 juta: Bab 11 - Bab 20
36 Bab
Bab 11. Bertahan Hidup
"Kak Lana, kakak mau pergi kemana? Apakah sudah ada tujuan?" Gadis berambut panjang itu bertanya sambil nafasnya terengah-engah. "Mau cari kost, kamu siapa?" Alana heran, ada orang asing yang mengenalnya di kota yang baru seminggu dia singgahi. "Aku yang tadi antre di salon Jessica. Aku tadi lihat dengan mataku sendiri bahwa orang tadi sengaja menjatuhkan hairdryer mengenai tangannya. Maaf, Kak, aku tidak bisa membela kakak tadi," Gadis itu menunduk. Alana terkejut mendengar penuturan gadis tersebut, namun sejurus kemudian dia tersenyum. "Iya, mungkin memang rejeki aku bukan di situ." Jawab Alana."Berarti kakak sudah tidak bekerja di salon Jessica lagi ya?"Alana menggeleng, lalu tersenyum dan memalingkan muka, karena tidak ingin memperlihatkan raut kesedihannya. Jika harus mencari kost, dia harus mencari yang sesuai dengan budget yang dia miliki, sedangkan uang di dompetnya sudah semakin menipis. Alana mengira bahwa kuliah dengan beasiswa penuh itu sudah tidak perlu bayar ini i
Baca selengkapnya
Bab 12. Om El
Namun Alana dengan cepat segera menguasai dirinya. "Syukurlah, Tante. Kalau sudah dapat perawat buat ibunya Tante. Kalau begitu Alana pamit dulu." Ujar Alana. "Mau pamit kemana? Bukankah ini sudah malam?" Oh, ternyata selain cantik, perempuan itu juga memiliki rasa simpatik. Alana kebingungan, dia memang tidak tahu harus kemana lagi. Namun bagaimana caranya mencari alasan agar di ijinkan menginap di rumah ini barang semalam saja?"Emmm....""Kamu boleh tetap bekerja di sini. Mulai besok bantu-bantu Bibik Indah dan Bibik Sari bersih-bersih dan masak. Sekarang karena sudah malam, sebaiknya kamu membersihkan diri dan beristirahat.""Terimakasih, Tante. Tapi...." Alana bingung, haruskah posisinya yang masih menjadi seorang mahasiswi ini diberitahukan? Apa tidak ngelunjak namanya, jika sudah dikasih pekerjaan, masih minta kompensasi waktu untuk kuliah? "Tapi apa?" Si Tante cantik bertanya kepada Alana. Ramah sekali dia, ah, pasti ibunya juga ramah seperti dia. Bukankah buah jatuh tak j
Baca selengkapnya
Bab 13. Menjadi Perawat Nyonya Yulia
"Mbak Kiran kenapa sih mempekerjakan gadis itu? Dia bukan gadis yang bener, Mbak!" Bara mengungkapkan kemarahannya kepada kakaknya. "Kamu bisa menyimpulkan darimana kalau dia gadis yang tidak benar? Kamu tidak tahu kan bagaimana perjuangannya bisa bekerja demi membiayai hidupnya agar tetap bisa kuliah," Kirana malah terkekeh mendengar pengaduan adiknya. "Dia itu...." Belum sempat Bara melanjutkan bicaranya, sudah dipotong oleh Kirana yang menyilakan masuk Bibi Rindi, selaku perawat Bu Yulia. "Masuk, Bi Rindi," Ujar Kirana, Bibi Rindipun memasuki ruangan Kirana."Den Ayu Kirana, sebelumnya saya minta maaf kalau saya sudah lancang dan tidak tahu diri, tapi ini satu-satunya pilihan. Emm kalau saya merawat Nyonya Yulia hanya sampai sore saja bagaimana, soalnya malam saya juga harus merawat ibu saya yang juga sakit." Bibik Rindi mengucapkan sambil menunduk takut. "Loh, Ibunya Bik Rindi memangnya sakit apa?" Tanya Kirana, raut mukanya tampak khawatir."Ibu sakit stroke, dia juga lumpuh
Baca selengkapnya
Bab 14. Andai Mereka Tahu...
Hampir saja nampan yang dibawanya jatuh. Saking asyiknya melihat profil Mischa yang ada di situ, sampai tidak sadar kalau dia sedang berada di kamar milik kulkas 4 pintu. "Ng... Ngantar kopi, Tuan." Jawab Alana dengan sopan. "Kalau cuma sekedar mengantarkan kopi tidak usah kepo dengan pekerjaan saya. Jadi ART jangan lancang! ART tugasnya hanya membantu pekerjaan masak dan bersih-bersih. Kamu tahu kode etik ART kan? Sudah dijelaskan sama kepala ART di sini kan bagaimana cara berperilaku yang baik selama bekerja di sini?" Rentetan kemarahan itu meluncur lancar sekali dari mulut si kulkas empat pintu. Sedangkan Alana yang ketangkap basah berlaku salah, hanya menunduk, tidak berani menatap anak majikannya yang angkuh itu. "Maaf, Tuan. Lain kali tidak akan saya ulangi lagi," Ujar Alana dengan wajah yang masih tertunduk. "Sudah, sana pergi!" Usir Bara. Alana segera keluar dari ruangan yang sudah membuatnya membeku sejenak tersebut. Selepas dari ruangan bernuansa hitam itu, kelegaan me
Baca selengkapnya
Bab 15. Lebih Baik Pergi Jauh
"Kok Papamu?" Putri mengernyit heran. "Ya, karena kamu menyebut Om Anton, dia adalah Papaku sendiri, menikahi gadis baru lulus SMA, dan gadis itu mau saja karena demi uang 200 juta. Dan ternyata gadis itu adalah kamu, Alana? Ya Tuhan, aku tidak menyangka," Kirana terus berkata dan menunjuk-nunjuk Alana. "Maaf, Den Ayu," Alana hanya menundukkan kepalanya, ingin membela diri namun tidak sanggup."Kirana, tapi ini bukan salah Alana. Dia hanya korban....""Ah sudahlah, Alana, kita selesaikan masalah ini di rumah." Tatapan Kirana yang ramah kini sudah berubah. Alana masih menunduk, pasrah dengan apapun takdir yang bakal menimpanya setelah ini. "Putri, aku permisi dulu." Tanpa menunggu jawaban dari Putri, Kirana pergi begitu saja. Suasana di dalam mobil hening mencekam. Raut wajah Kirana yang tadinya ramah dan familiar, kini berubah menjadi muram seperti awan mendung yang bergelayut di langit. "Kamu tahu tidak, karena pernikahan itu, mamaku sakitnya lebih parah. Bahkan dia sempat ingi
Baca selengkapnya
Bab 16. Kulkas 4 Pintu
"Mama kenapa malah melarang Alana untuk pergi?" Desis Kirana. "Karena Mama tahu, Alana tidak bersalah. Dia hanya korban.""Tapi, Ma....""Dia gadis yang baik, Mama tidak akan membiarkan dia pergi,"Semua tercengang mendengar jawaban Nyonya Yulia. Bukankah Nyonya Yulia membenci siapa saja istri Om Anton? Terlebih gadis yang dianggap tidak tahu diri? "Kenapa semua diam? Bara, ambil ranselnya, dan taruh di kamar Alana kembali." Perintah Nyonya Yulia terhadap anak lelakinya. Tampak sekali Bara keberatan melakukan perintah Mamanya, namun karena takut Mama semakin marah, mau tidak mau diturutilah perintah tersebut. "Aku sudah memaafkan segala kelakuan suamiku. Karena meski sesakit apapun yang aku rasakan, aku tidak ingin dia menderita di alam sana. Dan aku paham, tidak semua yang dia nikahi itu mau menerima. Termasuk Alana yang sudah berjuang mati-matian menghindar dari pernikahan paksa itu."Alana terkejut, bagaimana Nyonya Yulia tahu kalau dia sebenarnya hanya korban nikah paksa? "Ny
Baca selengkapnya
Bab 17. Cepu
"Dia majikanku," Jawab Alana. "Hah?! Yang bener saja dia itu majikan kamu? Mana ada majikan mau berbaik hati nganterin bekal pembantunya? Jangan-jangan dia itu pacar kamu ya kan?" Nata nyerocos terus tiada henti. "Sst, diamlah. Lanjutin makanmu nanti kamu tersedak. Lagian mana ada orang seperti dia mau sama aku yang kumal begini," Ujar Alana. Waktu sudah menunjukkan pukul 7 tepat. Untung saja Nata sudah selesai makannya, meskipun disambi nyerocos, ngoceh, terpana melihat Mr. kulkas 4 pintu, dan membuka-buka materi statistik. Entah bagaimana cara dia memakan makanan bekal sebanyak tadi, mungkin langsung ditelan tanpa dikunyah. Pelajaran statistika yang sangat membosankan bagi Nata, namun tidak dengan Alana, setiap pelajaran yang disampaikan dosen dia cermati dengan baik-baik. Tidak ada mata kuliah yang tidak disukainya. Dia memang anak yang rajin dan cerdas. Pantaslah beasiswa di Universitas ternama mampu dia dapatkan dengan mudah. "Kurang berapa menit lagi sih, ngantuk, laper jug
Baca selengkapnya
Bab 18. Harus Sembuh Dalam Waktu 1 Minggu
"Kak Bara?" Bisik Alana dalam hati.Dan ternyata Bara tidak sendiri, dia datang bersama Galih, temannya yang pernah menggoda Alana waktu itu. Sedangkan Bara setelah menangkap tangan Mischa, lalu memluntirnya. Dan kini Mischa berteriak kesakitan. "Argh! Ampun Kak Bara! Jangan kau plintir tanganku, sakiit!! Lepaskan! Aargh!!!" Teriak Mischa kesakitan. "Berani bertingkah dengan Alana lagi, nyawamu akan melayang! Ngerti kamu?" Ujar Bara sambil menatap Mischa dengan tatapan menghunus. Sedangkan Galih kini sedang mengobati Alana dengan mengusap darah yang terus menetes menggunakan tissue. "Biar aku usap sendiri, Kak Galih." Ujar Alana, yang merasa risih hidungnya di sentuh oleh lelaki asing. Meskipun sentuhan itu tidak langsung, yakni melalui tissue. Tiba-tiba sebuah mobil polisi datang, dan polisi turun untuk menangkap pelaku penganiayaan. "Jangan bawa saya, Pak. Tolong jangan penjarakan saya. Saya harus bekerja demi menghidupi ibu yang sakit-sakitan," Teriak Mischa saat polisi mem
Baca selengkapnya
Bab 19. Menjadi Teman Kondangan?
Alana merasa ada yang aneh dengan Bara saat ini. Dia semakin perhatian meski sikap dingin dan galaknya masih melekat di dirinya. Akhirnya dia memutuskan untuk menuruti perintah majikannya itu. Istirahat agar cepat sembuh, meski penasaran masih menderanya, kenapa Bara ingin dia segera sembuh dalam waktu seminggu? Alana memang sangat lelah hari ini, karena rasa shocknya tiba-tiba mendapat perlawanan dari Mischa. "Huft, kukira kamu sudah bahagia pesta uang 200 juta, tapi ternyata masih juga menganiayaku. Mau kamu apa sih, Kak?" Ujar Alana geram. "Lama, kamu tidak tidur siang?" Tiba-tiba Bik indah masuk ke kamarnya. Alana menoleh sambil tersenyum. "Gak biasa, Bik. Kalau dipaksakan malah pusing." Jawab Alana. "Kalau disuruh istirahat sama Bos tuh lakukan saja, jarang-jarang loh ada Majikan menyuruh pembantunya tidur." "Bagi Alana istirahat tidak harus tidur kok, Bi. Lagian Alana tidak terbiasa tidur siang.""Mulai sekarang sebaiknya kamu biasakan, Alana. Karena setiap malam kamu ha
Baca selengkapnya
Bab 20.Bagaikan Langit dan Bumi
"Oh ya? Boleh tunjukkan buktinya bahwa Bu Rika ini menjual anak tirinya?" Tanya Polisi. Bara menunjukkan handphone almarhum papanya, di situ masih terdapat semua chat semasa almarhum masih hidup. Om Anton: "Hutang Abdurrahman sudah lunas, sekarang giliran hutangmu, jika kamu tidak mau membayar, maka serahkan Alana padaku."Bu Rika: "Tidak, aku tidak akan menyerahkan dia padamu. Dia sumber penghasilanku selama ini," Om Anton: "Aku akan membayarmu 200 juta, dan hutangmu kuanggap lunas."Bu Rika: "Wah, oke, Om Anton mau menikahinya kapan? Aku bakal mempersiapkan acaranya."Om Anton: "Besok aku akan membawa penghulu, beritahu bocahnya, pastikan dia harus mau, kalau tidak mau, sekap saja,"Bu Rika: "Baik."Polisi membaca cuplikan chat antara Pak Anton dan Bu Rika di hadapan semua yang ada di situ, Alana terkejut bukan kepalang, tanpa sadar dia mengepalkan tangan, dan menatap nyalang kearah ibu tirinya. "Berarti hutang Papa sudah lunas? Dan Mama tetap memanfaatkan aku untuk melunasi hut
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status