Share

Terjebak Kontrak Dosen Dingin
Terjebak Kontrak Dosen Dingin
Author: Creative Words

BAB 1

"Bang, ayo buka bajunya... udah nggak sabar, nih."

"Nggak."

"Sekali aja, Bang."

"Saya bilang nggak!"

Keisha mendelik karena tangannya yang sudah berada di kancing kemeja Kenzie ditahan oleh pria tersebut. "Ih! Bang Kenzie 'kan harus tanggung jawab udah bikin aku begini!"

"Kenapa jadi saya yang harus tanggung jawab?" balas Kenzie dengan wajah dingin dan alis tertaut.

Bola mata Keisha berputar. "Ya gara-gara Abang kasih tugas gambar dada pria, aku jadi kerepotan cari model! Makanya, Abang yang harus tanggung jawab jadi model aku!"

Kenzie yang mendengar hal itu mendengus, dia malah membalas, “Loh, tugas juga tugas kamu, tanggung jawab kamu. Nggak ada urusan sama pemberi tugas dong.”

Rasanya, Keisha ingin mencakar wajah tampannya itu. Kalau bukan karena Kenzie, memangnya dia kira dia akan melakukan semua hal ini?!

Kenzie adalah tetangga sekaligus dosen gambar bentuk di kelas Keisha. Beberapa waktu lalu, dia memberikan tugas kepada murid-muridnya untuk menggambar dada pria, termasuk Keisha.

Karena tidak memiliki model dan sudah hampir waktunya mengumpulkan tugas, Keisha pun mengundang Kenzie yang juga teman baik kakaknya ini untuk bernegosiasi. Setidaknya mengulur waktu deadline tugas itu sampai abang pertamanya pulang.

Siapa yang menyangka kalau Kenzie bukan hanya tidak bisa diajak kerja sama, tapi dia juga malah menakut-nakuti Keisha dengan nilai C?! Kesal dan frustrasi, Keisha menyuruh pria itu membuka baju untuk menjadi modelnya sekaligus.

“Bang Kenzie emang nyebelin!” gerutu Keisha saking frustrasinya.

"Kenapa nggak gambar dadanya Reyhan aja?" tanya Kenzie, menyebut kakak pertama Keisha. "Atau dadanya Aldi?" Itu kakak kedua Keisha.

Keisha mengusap wajahnya kasar. "Kalau mereka berdua mau, buat apa juga aku minta tolong Bang Kenzie jadi modelnya."

Alis Kenzie terangkat. Dia yang mau menyesap tehnya langsung terhenti. "Maksudnya?"

"Bang Rey lagi dinas ke Jepang. Sedangkan si Bang Al perlu disuap dulu 300 ribu. Ya mana aku mau, rugi dong?"

"Emang kamu pikir, saya nggak akan minta uang sebagai kompensasi?"

"Hah?" Alis mata Keisha hampir saling bertautan, mulutnya pun terbuka lebar. "Astaga.... Bang Kenzie tuh udah kerja dan tajir juga. Masa iya, masih mau meras mahasiswi yang dapet uang mingguannya sedikit?"

Kenzie mengedikkan bahunya. "Kalau saya nggak akan semahal Aldi, kok. 200 ribu cukup. Gimana?" tanyanya.

"Enak aja! Enggak!"

"Take it, or leave it. Gitu aja, sih," balas Kenzie santai.

Keisha merasa jantungnya berdegup kencang karena rasa marah yang meluap-luap dalam dirinya. Tatapan tajamnya kembali ia hunuskan tepat di mata Kenzie. Pipinya yang sudah bulat pun semakin mengembang menahan diri untuk tak berkata kasar.

Kenzie, dengan wajah datar dan tanpa ekspresi apapun, menatap balik Keisha dengan tatapan dingin. Mereka saling mengunci pandangan untuk beberapa saat, seolah sedang bertarung dalam diam.

"Oke, kalau itu maunya Bang Kenzie." Keisha mengangguk singkat sambil membawa ponselnya di sofa. Mengetikkan sesuatu di layar sentuh itu tanpa menoleh lagi kepada Kenzie.

"Aku bakal aduin ini sama Mama Yunita dan bilang Bang Kenzie sengaja ngasih aku tugas berat untuk nindas ak–"

Gerundelan Keisha terhenti karena terkejut dengan tindakan Kenzie yang merampas ponselnya secara tiba-tiba.

“Eh! Balikin!” teriaknya, melihat Kenzie berhasil merampas ponselnya.

"Dasar, tukang ngadu," ketus Kenzie.

"Bodo! Balikin!" Keisha mendekati Kenzie untuk mengambil ponselnya. Namun sial, tangan Kenzie yang jauh lebih panjang darinya tidak bisa dijangkaunya dengan mudah.

"Balikin, nggak?! Ihhh, aku mau telepon Mama Yunita!"

Kenzie berdecak sebal sambil mengetuk dahi Keisha dengan kencang.

"Oke, saya mau jadi model kamu," tegasnya, membuat mata Keisha berbinar.

Sudah gadis itu duga, ancamannya akan berhasil. Kenzie memang paling takut dengan mamanya karena mama pria itu begitu sayang kepada Keisha!

"Tapi saya nggak mau di sini, kita ke kamar kamu….”

Keisha mengernyitkan dahi. “Lah, kenapa harus ke kamar segala? Di sini aja!”

“Kamu mau saya telanjang dada di ruang tamu kamu?” Kening Kenzie berkerut. “Kalau orang lain lihat, bagaimana?! Si Mbok ‘kan juga di rumah.”

Mata Keisha berputar. "Di rumah lagi nggak ada siapa-siapa, kok. Si Mbok juga kayaknya lagi nyetrika di ruang belakang. Pun si Mbok lihat, palingan juga ngences karena roti sobeknya Bang Kenzie."

"Hah?"

"Udahhh, cepet awas itu tangannya. Aku udah siap buat gambar, nih.”

Namun, sial. Kenzie tetap kekeuh tidak akan memperlihatkan dadanya jikalau tak pindah tempat. Keisha akhirnya mengalah, dan memindahkan semua barang-barangnya ke kamar.

“Oke! Buka bajunya sekarang!” Keisha berseru setelah mereka berdua sudah di kamar.

Saking sebalnya dengan Kenzie yang seolah mengulur waktunya, Keisha pun langsung menarik kemeja pria itu dan melepaskan kancingnya dengan cepat. Kenzie tampak kaget dan mengambil langkah mundur ke belakang, dan tak sengaja menginjak sesuatu hingga kehilangan keseimbangannya.

“Eh, Bang!” Keisha ikut terkejut ketika badannya terhuyung juga.

Ia memejamkan mata, siap untuk menerima benturan keras.

BRUK!

“Aduh…,” gerutu Keisha yang terjatuh.

‘Eh?’

Keisha merasakan tangannya menyentuh sesuatu. Itu seperti benda yang empuk sekaligus keras. Karena penasaran, dia malah meremasnya.

“Keisha!”

Bentakan itu membuat Keisha terkejut dan langsung mendongak. Ternyata, dia sedang meremas dada Kenzie!

“M-maaf, Bang. Gue nggak senga–”

BRAK!

Mendadak, pintu kamar terbuka, memperlihatkan kepada sejumlah orang yang baru datang posisi Keisha di atas Kenzie yang bertelanjang dada.

"HEY! KALIAN BERDUA LAGI NGAPAIN?!"

Keisha dan Kenzie menoleh, lalu membelalakkan mata mereka.

‘Ya ampun, Ibu!!’

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status