Iring-iringan mobil mewah itu memasuki sebuah kediaman yang sangat megah, di pintu gerbang berjejer para pengawal yang menyambut.
Cakara duduk berdampingan di sebuah limusin bersama sang kakek, Gradi Arsenio Madaharsa. Jok yang ia duduki sedikit menurun ke belakang, begitulah jika ia duduk di dalam mobil selama ini. Kondisi tulang belakangnya tak memungkinkan baginya untuk duduk tegap.Arthur sang kepala pelayan sekaligus pengasuhnya turun dari jok depan ketika limusin itu berhenti tepat di depan pintu masuk.Seorang pelayan dengan memegang kursi roda sudah siap dengan tugasnya.Arthur membuka pintu di sisi Caka duduk. Mac, sang kepala pengawal membungkuk.“Selamat datang kembali, Tuan Muda!”Caka menoleh sang kakek di sisinya dengan heran.“Dia Mac, kepala pengawal kita. Kau bisa mempercayainya!” ujar Gradi yang bisa melihat melihat kekhawatiran sang cucu.Kata dokter mungkin ada beberapa hal yang tak diingat oleh cucunya karena efek dari koma yang cukup lama.“Ada berapa banyak yang tinggal di rumah ini, Kek?” tanyanya menoleh sang kakek dengan polos.“Paman dan bibimu. Erdian dan Vivian juga anak-anak mereka. Kita semua tinggal di sini!”Caka mengangguk pelan. Ia pun berpindah ke kursi roda dibantu oleh Arthur dan Mac. Sementara pengawal lain membukakan pintu untuk Gradi.Arthur dengan setia mendorong kursi roda Caka memasuki rumah. Di ruang keluarga semua orang sudah menungguBahkan para pelayan juga berjejer mulai dari pintu masuk untuk menyambut kedatangannya.Sudah tiga tahun sejak tuan muda mereka koma di rumah sakit. Mereka merindukan tuan mudanya, yang meski cacat namun jauh lebih baik dari pada semua sepupunya.“Selamat datang kembali, Tuan Muda!” sambut mereka serentak membungkukkan badan.Caka tertegun. Ia tak pernah menyangka akan mendapatkan sambutan seperti ini?“Selamat kembali ke rumah, keponakan!” sambut Vivian menghampiri. Ia membungkuk untuk memeluk Caka.“Paman senang akhirnya kau bisa pulih, tak ada yang pernah menyangka jika kau akan membuka mata!” ujar Erdian yang tak menghampirinya.“Sepupu, rumah ini sepi selama kau tak ada!” Violetta menghampiri. Mengambil alih kursi roda dari tangan Arthur untuk mendorong Caka ke tengah ruangan.“Kata Kakek kau hilang ingatan ya, jangan khawatir pelan-pelan kami akan membantumu untuk mengingat semuanya!”Caka hanya bisa menjawab semua sambutan orang-orang di rumah besar itu dengan senyuman. Namun, maniknya bisa melihat, bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik sambutan palsu itu. Pasalnya, mereka semua seolah menatap Caka bagaikan dirinya seorang rusa yang akan disantap oleh singa.**“Apakah kau ingat seperti apa masa kecilku, Arthur?” tanya Caka kepada Arthur, pengawalnya.Usai menerima sambutan dari keluarga Madaharsa, pria itu meminta kepada sang kakek untuk mengelilingi rumah itu, dan sang kakek tentu menerimanya, demi mempercepat pulihnya ingatan Caka.Arthur menyimpulkan senyum. “Sewaktu kecil, Tuan Muda adalah anak yang sangat aktif. Cerdas, juga tampan!” Arthur tentu tak pernah lupa, karena ia yang merawat Caka sejak masih balita. Sejak anak itu ditinggalkan kedua orang tuanya.“Bagaimana aku bisa lumpuh?”Pertanyaan Caka membuat Arthur menghentikan langkah sejenak.“Untuk itu ... maafkan saya Tuan Muda. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat itu ... Anda terlepas dari pengawasan saya. Yang saya ingat! Nona Violetta berteriak histeris, membuat kami semua berhamburan ke arahnya. Dan apa yang kami temukan?” Arthur menjeda kalimatnya saat melanjutkan langkah.“Beberapa meter dari Nona Violetta, Anda tergeletak di lantai. Bersimbah darah! Kata Nona Violetta ... dia melihat Anda meluncur dari atas tangga. Sementara di atas tangga tak ada siapa pun. Saat itu ... semua cctv di rumah memang sedang ada gangguan selama satu Minggu!”“Apakah itu tidak aneh menurutmu, Arthur?”“Maksud Anda ... ada yang sengaja merusak cctv?”“Hem?”“Kami sudah menyelidiki ... memang ada kerusakan di beberapa sistem, seperti ada yang sengaja merusaknya. Seorang pengawal yang diduga melakukan itu sebelum Anda kecelakaan, sudah mengambil cuti lebih awal. Naasnya dia mengalami kecelakaan lalu lintas karena berkendara di malam buta. Dan lagi ... dia berkendara di bawah pengaruh alkohol. Itu membuat pihak penyidik yakin itu murni terjadi karena kelalaian si pengendara yang membuatnya mengalami kecelakaan.”Arthur menghentikan cerita. Dari cerita itu Caka yakin itu semua rekayasa. Kecelakaan si pengawal dibuat seolah murni kecelakaan karena sebelumnya meminum minuman keras. Caka yakin pria itu sengaja ditabrak. Dan pria itu memang sengaja merusak cctv rumah. Tapi siapa yang menyuruhnya?”“Apakah tak ada bukti siapa yang membayar orang itu?”“Maafkan saya, Tuan Muda. Meski ada dugaan, tapi tak ada saksi dan bukti. Si pelaku sudah tewas dengan alibi kelalaian dalam berkendara, tak ada yang bisa dilakukan lagi! Kasus ditutup!”“Bukankah Kakek orang paling berkuasa di Alarrith? Kenapa tak bisa mengungkap kasusku?”Arthur menghela nafas dalam. “Saat itu terjadi ... Tuan Gradi ... belum menjabat sebagai Perdana Menteri, beliau masih menjadi Gubernur Alarrith.”Caka mendengus mendengar hal itu, jadi ketika insiden memilukan itu terjadi sang kakek belum memiliki kekuasaan seperti sekarang!Tapi ia tidak akan membiarkan ini berlalu, ia pasti akan mencari tahu. Dan siapa pun yang dulu berniat mencelakainya akan mendapatkan balasan yang lebih pedih.“Bukankah aku ini cacat! Kenapa Kakek masih mempertahankan aku? Bukankah aku tidak berguna untuk keluarga ini?”“Jangan bicara seperti itu, Tuan Muda. Tuan Besar sangat menyayangi Anda. Anda adalah satu-satunya cucu beliau yang tidak serakah!”Caka tersenyum getir. Detik berikutnya ia mengeraskan rahang, dari ekor matanya ia bisa melihat seperti ada bayangan yang melintas di belakang.“Arthur, apakah ada yang mengikuti kita tadi?”Arthur celingukan. “Tadi saya tidak mengajak siapa pun, Tuan Muda. Bukankah itu permintaan Anda?”Caka memang meminta untuk berjalan-jalan berdua saja dengan Arthur. Ia bilang masih tak nyaman jika harus diawasi bodyguard. Lagipula di area Mansion tak mungkin ada musuh yang mendekat.“Aku ingin berjalan-jalan keluar Art, apakah boleh?”“Anda baru saja keluar dari rumah sakit, Tuan Muda.”“Kau seharusnya mematuhi perintahku, Arthur. Dan sekarang, aku ingin kau mengantarku keluar.” ucapnya tegas.Arthur sedikit terkejut karena tuan mudanya bisa setegas itu! Sejak kecelakaan dan lumpuh, Caka selalu lemah dan bahkan tak bisa berbicara keras.Pemuda itu selalu tak percaya diri dan menganggap dirinya adalah beban keluarga. Tapi sejak bangun dari koma, dan sempat mati suri tuan mudanya memang tampak lebih sehat dan bertenaga.“Baik, Tuan Muda.”Arthur mendorong kursi rodanya keluar mansion melalui gerbang belakang. Karena gerbang belakang dekat dengan taman warga. Biasanya di sana juga banyak anak-anak kompleks yang bermain. Jarak Mansion dengan kompleks tak terlalu jauh. Hanya sekitar 200 meter.Tapi baru sekitar 70 meter mereka meninggalkan Mansion, ada seseorang yang menghadang. Sebenarnya orang itu sudah mengawasi sejak keduanya masih berada di dalam mansion.Caka sengaja mengajak Arthur keluar untuk mengetahui siapa orang yang mengintainya. Dan rupanya. Pancingannya berhasil. Orang itu memunculkan diri saat dirinya keluar dari Mansion.Arthur lekas berdiri di depan Caka. “Siapa kau?”Orang itu mengenakan pakaian serba hitam seperti ninja, bedanya hanya dia tak membawa katana.Orang itu tersenyum menyeringai dan langsung menyerang Arthur.Tentu saja Arthur melawan, namun ia bukanlah seorang pengawal profesional. Meski ia juga menguasai bela diri, namun pekerjaan utamanya adalah pengasuh Caka sekaligus orang kepercayaan Gradi.Tentu saja tubuh Arthur terhempas melawan orang itu yang memang berprofesi sebagai pembunuh bayaran.Setelah Arthur tersungkur, orang itu langsung mencengkeram leher Caka. Mengangkat tubuh Caka, sayangnya ia tak mampu melakukan itu. Ini sangat aneh!Kenapa pemuda ringkih yang cacat itu seperti menjadi kuat?Orang itu kembali mencoba mengangkat tubuh Caka, dan itu tetap tak berhasil.Kedua mata orang itu membeliak saat tangan Caka tiba-tiba mencengkeram lengannya. Tangan Caka menekan dan memelintirnya hingga cengkeraman di leher Caka itu terlepas.Kini pembunuh bayaran itu yang merintih kesakitan, apalagi saat tubuhnya ikut terpelintir bersamaan dengan berdirinya Cakara.Bukan hanya si pembunuh bayaran yang terkejut, akan tetapi juga Arthur yang akhirnya bangkit berdiri di atas kakinya. Menatap tak percaya pada tuan mudanya.“Tuan Muda!” desis Arthur dengan kedua mata mengambang. “Dia berdiri!”“Dia berdiri?” desis Arthur tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana tuan mudanya yang selama ini cacat bisa berdiri tiba-tiba? Caka membanting orang itu ke tanah dengan keras, orang itu sempat meriang kesakitan namun segera berdiri kembali. Memasang kuda-kuda dan menyerang Caka.Dengan cukup gesit Caka langsung menendangnya hingga terpental dan tersungkur.Orang itu kembali bangkit lalu menyerang Caka lagi. Caka melawannya dengan gerakan yang tak pernah diduga siapa pun. Dengan sangat mudah Caka menangkis serangan, membalas pukulan bertubi-tubi ke beberapa titik vital dari tubuh lawannya. Hanya dalam sekejap orang itu tersungkur ke tanah dan tak bergerak. Setelah menatap lama tubuh pria itu untuk memastikannya sudah tak bernyawa. Caka kembali duduk dengan tenang, ia menoleh pada Arthur yang terpekur di tempatnya. “Tuan Muda!” “Urus jasad orang itu, Arthur. Dan jangan sampai ada yang tahu tentang hal ini!” perintahnya. “Anda bisa berdiri, Tuan Muda?”“Lakukan perintahk
Alarrith“Jadi sekarang, Jenderal Cody menggantikan posisiku sebagai Jenderal Besar Nollyvia?” “Benar, Tuan.”“Seharusnya aku tahu, sejak dulu dia menginginkan posisi itu!” Tangan Caka mengepal dengan geram, ia harus bisa membalas semua ketidak adilan terhadap dirinya. Tapi sekarang ia tak memiliki kekuasaan itu. Apalagi saat ini Cody menjadi Jenderal Besar Nollyvia. Raymond akui, tubuh yang ia singgahi memang sudah bisa berdiri dan berjalan, namun seluruh sendinya masih terasa kaku. Ia harus banyak berlatih jika ingin menghadapi banyak orang. Jika ia bertindak sekarang, ia tidak akan memiliki kekuatan apa pun. “Arthur, aku butuh tempat untuk berlatih tanpa seorang pun tahu!”“Jangan khawatir, Tuan Muda. Saya sudah menyediakannya.”Jawaban Arthur membuat Caka menoleh pria itu. “Kau seperti sudah tahu apa yang aku butuhkan?”Arthur membungkukkan tubuh. Sejak hari itu, Caka mulai melatih kemampuan dirinya. Semua yang ia lakukan adalah ingatan dari Raymond selama bertahun-tahun bela
“Cody?!" desis Caka yang tiba-tiba saja mengepalkan tinju dengan geram. Arthur menatap bosnya, "Apakah Anda ingin menemuinya, Tuan Muda?" Caka memejamkan mata dan mengatur nafasnya perlahan, kemudian mata itu terbuka pelan namun tajam dan menyeringai. "Biarkan dia masuk!""Baik!" jawab Serina kemudian menutup pintu. Arthur lekas berdiri di sisi Caka, pintu ruangan kembali terbuka dan Cody dengan seragam kebesarannya memasuki ruangan. "Selamat siang, Tuan Caka!" sapanya dengan sopan, ia menundukan kepala untuk memberi hormat. "Suatu kehormatan bagiku bisa kedatangan Jenderal Besar Nollyvia!" sahutnya penuh arti. "Saya yang merasa beruntung karena Tuan bersedia menemui saya.""Ada apakah gerangan?" ia bertanya dengan nada yang tak terlalu tegas. Untuk saat ini ia masih harus tampak sedikit lemah di depan semua orang. "Maafkan saya sebelumnya, saya pernah mengajukan aplikasi ke Mainwell Investama, dan ... belum ad tanggapan sama sekali.""Jadi?""Saya ingin mengajukan ulang secar
"Apa jaminannya dia tidak akan berkhianat dariku?" tuntut Caka. Rencana Cody menawarkan adiknya ini adalah rencana dadakan. Sebelumnya ia tak berfikir sampai ke sana, tapi karena Caka sepertinya sama sekali tak tertarik membantunya ia terpaksa mencari cara lain dan hanya ini yang bisa ia temukan dalam waktu singkat. Lagipula ia juga tidak akan rugi, ia akan menjadi kakak ipar dari tuan muda terkaya di negeri ini. Statusnya akan seketika meningkat. Caka menatap Cody dengan selidik, ia bisa menebak apa yang ada di dalam otak pria di depannya. "Kau tahu, Jenderal. Apa yang dikatakann Arthur benar, aku bisa mendapatkan seribu wanita cantik dengan mudah. Tak peduli dia hanya menginginkan hartaku, atau hanya kekuasaan. Tapi Arthur tidak akan membiarkan hal itu terjadi!" Cody tampak berfikir kembali, Caka yakin pria itu dengan mencari taktik lain. "Saya mengerti, Tuan Caka. Tapi saya bisa menjamin, adik saya ... adalah seseorang yang penurut. Dia ... tidak akan berani macam-macam di be
"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Arthur yang melihat gelagat tak biasa dari tuannya. Caka segera tersadar oleh suara Arthur, ia mengedarkan pandangan ke sekua orah yang saat ini menatapnya dengan rasa takut. Kemudian ia pun mengarahkan pandangan ke tangan yang berisi sendok yang sudah menjadi dua itu. Ia segera tersadar, harusnya bisa menahan emosi. Mereka tak boleh tahu jika ia sekuat itu. Ia pun meletakkan patahan sendok ke meja. "Arthur, aku sudah kenyang!""Tapi Anda belum makan, Tuan Muda.""Antarkan saja susu hangat dengan madu ke kamar!" perintahnya. "Baik, Tuan!" Arthur menoleh salah satu pelayan dan memberi isyarat agar menyiapkan apa yang tuan muda mereka minta sebelum membantu mendorong Caka menuju lift. Di dalam kamar, Arthur segera bertanya. "Ada apa, Tuan Muda?""Tidak ada apa-apa, hanya saja ... aku masih marah pada diriku sendiri. Aku tidak becus menjaga istri dan anak-anakku!" ada embun yang mengintip di ujung matanya. Seandainya ia tahu hari itu ... kel
"Ah!" raung Zava ketika sikunya harus beradu dengan lantai secara keras. Ia hanya berniat membantun suaminya, tapi kenapa pria itu kasar?Caka menatap sang istri yang masih di lantai, sedang menahan rasa sakit di sikunya yang mungkin terluka. Ia sebenarnya tak tega. Lagipula itu juga refleks, ia terkejut karena wanita itu menyentuhnya. Tapi jika ia bersikap lembut, wanita itu bisa besar kepala.Caka pun melanjutkan memindahkan diri ke ranjang. "Jika aku tak mengijinkan, jangan menyentuhku!" ucapnya tegas menatap gadis itu yang sedang bangkit berdiri sembari memegangi sikunya. "Obati lukamu, kotak obat ada di kamar mandi!""B-baik, Tuan!" jawabnya sedikit gugup lalu melangkah ke kamar mandi. Mata Caka tak melepaskan wanita itu yang berjalan ke kamar mandi, bahkan krtika wanita itu sudah tak tampak dari pandangannya, ia masih menatap pintu kamar mandi yang terbuka. Caka meraih handphone untuk mengecek laporan yang ia minta dari Serina. Ia hana melirik saat sang istri keluar dari ka
"Anda sudah siap, Tuan Muda?" tanya Arthur di depan lobi sekretariat negara. Caka menatap pintu lobi itu, di dalam sana ia akan kembali bertemu dengan beberapa orang yang dikenalnya. Sayangnya orang-orang itu tak akan mengenali siapa ia sesungguhnya. "Tentu saja, Arthur. Aku sudah lama menanti hari ini!"Arthur pun mendorong Kurdi roda yang Caka duduki menembus pintu lobi. Mac juga setia mendampingi. "Selamat pagi Tuan Madaharsa, selamat pagi Tuan Reaves!" sapa security dengan sopan. Arthur pun mengangguk padanya sejenak, dua wanita resepsionis juga menyapa mereka. Saat Caka dan Arthur menunggu lift, terdengar suara setengah berbisik. "Tuan Muda Cakaran tampan ya, sayang dia cacat!" bisik salah satu wanita yang berada di balik meja resepsionis."Kudengar katanya dia baru saja menikah. Siapa wanita bodoh yang mau menikahinya?" balas temannya. "Pasti wanita itu hanya mau hartanya saja, wanita normal mana mau menikahi pria cacat karena cinta. Apalagi di jaman sekarang ini!" "Tuan
"Insiden di kota Danfell 7 tahun yang lalu?" desis Douglas. "Maaf, Tuan Cakara. Mengapa Anda tanyakan hal itu?" tanya Ersano. "Hanya ingin bertanya saja, itu adalah sebuah insiden besar! Tapi menurutku ... atas dasar apa Jenderal Raymond Harrits melakukan pengkhianatan?" Mata semua orang melebar mendengar penuturannya. "Apa maksud Anda?" tanya Pak Presiden. Caka menoleh, membalas tatapan Reaghan. "Apakah menurut Anda ... dia seseorang yang ambisius? Sehingga hanya dengan sedikit iming-iming bisa dengan mudah melakukan sebuah pengkhianatan?"Reaghan terdiam, ia seolah tengah berfikir. "Sebenarnya apa yang ingin Anda utarakan, Tuan Cakara?" tanya Geino penuh arti. Caka menoleh padanya. "Apakah kata-kataku tadi kurang jelas? Aku ragu ... jika Jenderal Raymond benar melakukan pengkhianatan!""Keraguan Anda ini, atas dasar apa? Apakah Anda pernah bertemu dengan Jenderal Raymond?""Jujur ... belum. Tapi aku mempelajari jejak hidupnya!"Jawaban Caka membuat ruangan itu riuh dengan taw