Share

2. Dia Berdiri

Iring-iringan mobil mewah itu memasuki sebuah kediaman yang sangat megah, di pintu gerbang berjejer para pengawal yang menyambut.

Cakara duduk berdampingan di sebuah limusin bersama sang kakek, Gradi Arsenio Madaharsa. Jok yang ia duduki sedikit menurun ke belakang, begitulah jika ia duduk di dalam mobil selama ini. Kondisi tulang belakangnya tak memungkinkan baginya untuk duduk tegap.

Arthur sang kepala pelayan sekaligus pengasuhnya turun dari jok depan ketika limusin itu berhenti tepat di depan pintu masuk.

Seorang pelayan dengan memegang kursi roda sudah siap dengan tugasnya.

Arthur membuka pintu di sisi Caka duduk. Mac, sang kepala pengawal membungkuk.

“Selamat datang kembali, Tuan Muda!”

Caka menoleh sang kakek di sisinya dengan heran.

“Dia Mac, kepala pengawal kita. Kau bisa mempercayainya!” ujar Gradi yang bisa melihat melihat kekhawatiran sang cucu.

Kata dokter mungkin ada beberapa hal yang tak diingat oleh cucunya karena efek dari koma yang cukup lama.

“Ada berapa banyak yang tinggal di rumah ini, Kek?” tanyanya menoleh sang kakek dengan polos.

“Paman dan bibimu. Erdian dan Vivian juga anak-anak mereka. Kita semua tinggal di sini!”

Caka mengangguk pelan. Ia pun berpindah ke kursi roda dibantu oleh Arthur dan Mac. Sementara pengawal lain membukakan pintu untuk Gradi.

Arthur dengan setia mendorong kursi roda Caka memasuki rumah. Di ruang keluarga semua orang sudah menunggu

Bahkan para pelayan juga berjejer mulai dari pintu masuk untuk menyambut kedatangannya.

Sudah tiga tahun sejak tuan muda mereka koma di rumah sakit. Mereka merindukan tuan mudanya, yang meski cacat namun jauh lebih baik dari pada semua sepupunya.

“Selamat datang kembali, Tuan Muda!” sambut mereka serentak membungkukkan badan.

Caka tertegun. Ia tak pernah menyangka akan mendapatkan sambutan seperti ini?

“Selamat kembali ke rumah, keponakan!” sambut Vivian menghampiri. Ia membungkuk untuk memeluk Caka.

“Paman senang akhirnya kau bisa pulih, tak ada yang pernah menyangka jika kau akan membuka mata!” ujar Erdian yang tak menghampirinya.

“Sepupu, rumah ini sepi selama kau tak ada!” Violetta menghampiri. Mengambil alih kursi roda dari tangan Arthur untuk mendorong Caka ke tengah ruangan.

“Kata Kakek kau hilang ingatan ya, jangan khawatir pelan-pelan kami akan membantumu untuk mengingat semuanya!”

Caka hanya bisa menjawab semua sambutan orang-orang di rumah besar itu dengan senyuman. Namun, maniknya bisa melihat, bahwa ada sesuatu yang tersembunyi di balik sambutan palsu itu. Pasalnya, mereka semua seolah menatap Caka bagaikan dirinya seorang rusa yang akan disantap oleh singa.

**

“Apakah kau ingat seperti apa masa kecilku, Arthur?” tanya Caka kepada Arthur, pengawalnya.

Usai menerima sambutan dari keluarga Madaharsa, pria itu meminta kepada sang kakek untuk mengelilingi rumah itu, dan sang kakek tentu menerimanya, demi mempercepat pulihnya ingatan Caka.

Arthur menyimpulkan senyum. “Sewaktu kecil, Tuan Muda adalah anak yang sangat aktif. Cerdas, juga tampan!” Arthur tentu tak pernah lupa, karena ia yang merawat Caka sejak masih balita. Sejak anak itu ditinggalkan kedua orang tuanya.

“Bagaimana aku bisa lumpuh?”

Pertanyaan Caka membuat Arthur menghentikan langkah sejenak.

“Untuk itu ... maafkan saya Tuan Muda. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat itu ... Anda terlepas dari pengawasan saya. Yang saya ingat! Nona Violetta berteriak histeris, membuat kami semua berhamburan ke arahnya. Dan apa yang kami temukan?” Arthur menjeda kalimatnya saat melanjutkan langkah.

“Beberapa meter dari Nona Violetta, Anda tergeletak di lantai. Bersimbah darah! Kata Nona Violetta ... dia melihat Anda meluncur dari atas tangga. Sementara di atas tangga tak ada siapa pun. Saat itu ... semua cctv di rumah memang sedang ada gangguan selama satu Minggu!”

“Apakah itu tidak aneh menurutmu, Arthur?”

“Maksud Anda ... ada yang sengaja merusak cctv?”

“Hem?”

“Kami sudah menyelidiki ... memang ada kerusakan di beberapa sistem, seperti ada yang sengaja merusaknya. Seorang pengawal yang diduga melakukan itu sebelum Anda kecelakaan, sudah mengambil cuti lebih awal. Naasnya dia mengalami kecelakaan lalu lintas karena berkendara di malam buta. Dan lagi ... dia berkendara di bawah pengaruh alkohol. Itu membuat pihak penyidik yakin itu murni terjadi karena kelalaian si pengendara yang membuatnya mengalami kecelakaan.”

Arthur menghentikan cerita. Dari cerita itu Caka yakin itu semua rekayasa. Kecelakaan si pengawal dibuat seolah murni kecelakaan karena sebelumnya meminum minuman keras. Caka yakin pria itu sengaja ditabrak. Dan pria itu memang sengaja merusak cctv rumah. Tapi siapa yang menyuruhnya?”

“Apakah tak ada bukti siapa yang membayar orang itu?”

“Maafkan saya, Tuan Muda. Meski ada dugaan, tapi tak ada saksi dan bukti. Si pelaku sudah tewas dengan alibi kelalaian dalam berkendara, tak ada yang bisa dilakukan lagi! Kasus ditutup!”

“Bukankah Kakek orang paling berkuasa di Alarrith? Kenapa tak bisa mengungkap kasusku?”

Arthur menghela nafas dalam. “Saat itu terjadi ... Tuan Gradi ... belum menjabat sebagai Perdana Menteri, beliau masih menjadi Gubernur Alarrith.”

Caka mendengus mendengar hal itu, jadi ketika insiden memilukan itu terjadi sang kakek belum memiliki kekuasaan seperti sekarang!

Tapi ia tidak akan membiarkan ini berlalu, ia pasti akan mencari tahu. Dan siapa pun yang dulu berniat mencelakainya akan mendapatkan balasan yang lebih pedih.

“Bukankah aku ini cacat! Kenapa Kakek masih mempertahankan aku? Bukankah aku tidak berguna untuk keluarga ini?”

“Jangan bicara seperti itu, Tuan Muda. Tuan Besar sangat menyayangi Anda. Anda adalah satu-satunya cucu beliau yang tidak serakah!”

Caka tersenyum getir. Detik berikutnya ia mengeraskan rahang, dari ekor matanya ia bisa melihat seperti ada bayangan yang melintas di belakang.

“Arthur, apakah ada yang mengikuti kita tadi?”

Arthur celingukan. “Tadi saya tidak mengajak siapa pun, Tuan Muda. Bukankah itu permintaan Anda?”

Caka memang meminta untuk berjalan-jalan berdua saja dengan Arthur. Ia bilang masih tak nyaman jika harus diawasi bodyguard. Lagipula di area Mansion tak mungkin ada musuh yang mendekat.

“Aku ingin berjalan-jalan keluar Art, apakah boleh?”

“Anda baru saja keluar dari rumah sakit, Tuan Muda.”

“Kau seharusnya mematuhi perintahku, Arthur. Dan sekarang, aku ingin kau mengantarku keluar.” ucapnya tegas.

Arthur sedikit terkejut karena tuan mudanya bisa setegas itu! Sejak kecelakaan dan lumpuh, Caka selalu lemah dan bahkan tak bisa berbicara keras.

Pemuda itu selalu tak percaya diri dan menganggap dirinya adalah beban keluarga. Tapi sejak bangun dari koma, dan sempat mati suri tuan mudanya memang tampak lebih sehat dan bertenaga.

“Baik, Tuan Muda.”

Arthur mendorong kursi rodanya keluar mansion melalui gerbang belakang. Karena gerbang belakang dekat dengan taman warga. Biasanya di sana juga banyak anak-anak kompleks yang bermain. Jarak Mansion dengan kompleks tak terlalu jauh. Hanya sekitar 200 meter.

Tapi baru sekitar 70 meter mereka meninggalkan Mansion, ada seseorang yang menghadang. Sebenarnya orang itu sudah mengawasi sejak keduanya masih berada di dalam mansion.

Caka sengaja mengajak Arthur keluar untuk mengetahui siapa orang yang mengintainya. Dan rupanya. Pancingannya berhasil. Orang itu memunculkan diri saat dirinya keluar dari Mansion.

Arthur lekas berdiri di depan Caka. “Siapa kau?”

Orang itu mengenakan pakaian serba hitam seperti ninja, bedanya hanya dia tak membawa katana.

Orang itu tersenyum menyeringai dan langsung menyerang Arthur.

Tentu saja Arthur melawan, namun ia bukanlah seorang pengawal profesional. Meski ia juga menguasai bela diri, namun pekerjaan utamanya adalah pengasuh Caka sekaligus orang kepercayaan Gradi.

Tentu saja tubuh Arthur terhempas melawan orang itu yang memang berprofesi sebagai pembunuh bayaran.

Setelah Arthur tersungkur, orang itu langsung mencengkeram leher Caka. Mengangkat tubuh Caka, sayangnya ia tak mampu melakukan itu. Ini sangat aneh!

Kenapa pemuda ringkih yang cacat itu seperti menjadi kuat?

Orang itu kembali mencoba mengangkat tubuh Caka, dan itu tetap tak berhasil.

Kedua mata orang itu membeliak saat tangan Caka tiba-tiba mencengkeram lengannya. Tangan Caka menekan dan memelintirnya hingga cengkeraman di leher Caka itu terlepas.

Kini pembunuh bayaran itu yang merintih kesakitan, apalagi saat tubuhnya ikut terpelintir bersamaan dengan berdirinya Cakara.

Bukan hanya si pembunuh bayaran yang terkejut, akan tetapi juga Arthur yang akhirnya bangkit berdiri di atas kakinya. Menatap tak percaya pada tuan mudanya.

“Tuan Muda!” desis Arthur dengan kedua mata mengambang. “Dia berdiri!”

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status