"Tuan Muda, Anda baik-baik saja?" tanya Arthur yang melihat gelagat tak biasa dari tuannya.
Caka segera tersadar oleh suara Arthur, ia mengedarkan pandangan ke sekua orah yang saat ini menatapnya dengan rasa takut. Kemudian ia pun mengarahkan pandangan ke tangan yang berisi sendok yang sudah menjadi dua itu.Ia segera tersadar, harusnya bisa menahan emosi. Mereka tak boleh tahu jika ia sekuat itu. Ia pun meletakkan patahan sendok ke meja."Arthur, aku sudah kenyang!""Tapi Anda belum makan, Tuan Muda.""Antarkan saja susu hangat dengan madu ke kamar!" perintahnya."Baik, Tuan!" Arthur menoleh salah satu pelayan dan memberi isyarat agar menyiapkan apa yang tuan muda mereka minta sebelum membantu mendorong Caka menuju lift.Di dalam kamar, Arthur segera bertanya."Ada apa, Tuan Muda?""Tidak ada apa-apa, hanya saja ... aku masih marah pada diriku sendiri. Aku tidak becus menjaga istri dan anak-anakku!" ada embun yang mengintip di ujung matanya.Seandainya ia tahu hari itu ... keluarganya juga akan dieksekusi, maka ia tak akan membiarkan dirinya ditangkap. Ia akan melawan dan membawa pergi keluarga tercintanya.Ia yakin cincin merah saga bisa membantunya membawa mereka ke tempat yang aman!Sayangnya ia terlalu bodoh! Ia percaya jika dirinya menyerahkan diri maka keluarganya akan dilepaskan! Nyatanya para bedebah itu tetap membantai mereka."Darah harus dibayar darah, Arthur.""Saya tahu, Tuan. Lalu kenapa Anda memilih jalan ini, padahal Anda bisa langsung menghabisi Jenderal Cody?""Cody yang tahu di mana cincinku, dan ... siapa saja yang terlibat dalam konspirasi 7 tahun silam. Jika kuhabisi dia sekarang, aku yakin dia tidak akan buka mulut!""Tapi bukankah Anda juga seorang kultivator?""Tubuh tuan mudamu ini ... tak bisa berkultivasi. Sembilan puluh persen Qi di tubuh ini, tersegel. Aku sudah mencoba membukanya, tapi tak bisa!"Kedua mata Arthur melebar. "Tersegel?""Selama 7 tahun, aku mencoba untuk membukanya perlahan. Tapi selalu gagal!""Apakah cincin Anda ... bisa membantu membuka segelnya?""Entahlah! Tapi cincin itu memiliki kekuatan magis. Dulu ... aku hanya prajurit biasa, tapi setelah Tuhan mengirimkan cincin merah saga padaku, aku bisa berkultivasi!"Raymond menutup mata, mengingat insiden 17 tahun yang lalu.Hari itu ia baru saja dirundung oleh teman-teman seperjuangannya. Boleh dikatakan senior dalam divisinya. Mereka bilang ia tak pantas menjadi seorang prajurit, ia hanyalah aib di kesatuan.Saat itu Raymond sudah ingin menyerah, ia memutuskan untuk keluar dari divisi, namun saat ia berteriak putus asa. Cahaya kemilau muncul dari langit, sedikit beraura merah. Tak lama setelah itu sesuatu menimpa kepalanya, menggelinding ke rerumputan tempat ia bersimpuh. Kilau merah berpendar dari benda kecil itu, perlahan menghilang hingga ia bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah sebuah cincin.Perlahan ia memungut cincin itu yang langsung membuatnya jatuh hati. Cincin itu seolah memiliki magnet agar yang melihatnya tertarik dan ingin memiliki. Ia pun mengenakannya.Seketika aliran darahnya memanas, ia tak tahu apa yang terjadi! Namun perlahan ia merasakan perubahan yang luar biasa pada tubuhnya. Ia merasa lebih segar dan percaya diri. Ia tak jadi keluar dari divisi. Kebetulan satu Minggu dari itu mereka dikirim ke perbatasan Utara untuk menjadi garis depan pertahanan kita Danfell.Senior yang selalu merundungnya menunjuk dirinya untuk memimpin barisan paling depan pertahanan dengan harapan Raymond akan mati lebih dulu. Tapi apa yang terjadi? Tiba-tiba saja Raymond menjadi sangat kuat, bahkan memiliki kekuatan magis di luar nalar.Ia bisa menggerakkan benda mati dengan pikirannya. Raymond tahu itu adalah anugrah dari cincin yang ia kenakan. Sejak saat itu karirnya mulai menanjak hingga ia bisa menjadi seorang Jenderal Besar Nollyvia.Jadi ia yakin sekarang pun jika ia bisa mendapatkan kembali cincin itu, maka tubuh Caka akan bisa berkultivasi."Arthur, apa kau pernah mendengar tentang Master Wu Xiang?""Master Wu Xiang ... tentu saja, beliau adalah orang hebat.""Apakah aku bisa menemuinya?""Anda ... ingin menemui Master?""Aku ingin tahu penyebab Qi tubuh ini tersegel, aku yakin Master pasti mengetahui penyebabnya!""Akan sangat sulit menemui beliau, tak sembarang orang bisa menemuinya?"Caka mengembangkan senyum miring. "Benar, tapi mungkin beliau akan mempertimbangkanku!""Saya akan mencoba, Tuan!"Caka mengangguk, pintu diketuk dari luar. Arthur membuka, rupanya itu salah satu pelayan yang membawakan susu untuk Caka.Arthur memberi isyarat agar pelayan itu meletakan di atas meja di depan Caka lalu menyuruhnya keluar."Selamat istirahat, Tuan!" ujar Arthur lalu menutup pintu dari luar.Caka menatap gelas susu di depannya, mencoba memusatkan pikiran. Ia berharap bisa menggerakkan gelas itu, namun sedikit pun gelas itu tak bergerak."Argh!" teriaknya tertahan. Nafasnya sedikit terengah."Aku harus mencobanya lagi!" ucapnya seorang diri. Ia kembali menatap gelas itu, memejamkan mata untuk beberapa saat sebelum kembali fokus pada gelas susu.Namun tetap tak membuahkan hasil, "Apa yang terjadi dengan tubuh ini?"Ia sungguh tak mengerti kenapa tubuh Caka benar-benar tak berfungsi? Apakah karena sebenarnya pemuda ini cacat?Atau memang Cakara adalah pemuda biasa, yang memang tak memiliki kemampuan berkultivasi?Lalu bagaimana dengan dirinya? Dendamnya?Tidak!Ia tak boleh menyerah, pasti tetap ada cara agar segel di dalam tubuh Caka bisa terbuka. Lebih baik sekarang ia istirahat. Lagipula besok adalah hari pernikahannya. Bagaimana pun ia tetap harus mempersiapkan diri.Keesokan harinya, Mainwell Group ....Caka menatap wanita muda yang berdiri di sisi Cody, kedua tangannya menyatu di depan. Kepalanya menunduk, wanita itu mengenakan gaun terusan semata kaki yang modelnya sudah tidak up to date. Mungkin sudah beberapa tahun lalu, tapi masih terlihat baru karena mungkin jarang dipakai."Siapa namamu?" tanyanya dengan dingin."Za-Zava!" jawab wanita itu terbata."Zava!" ucap Caka mengulang nama itu.Dari sikapnya memang sepertinya wanita penurut, tapi entah ... itu mungkin saja kedok. Tapi apa pun itu, sama sekali tak masalah. Ia membutuhkan hal ini.Maka mereka pun menandatangani surat kontrak, setelah itu melangsungkan pernikahan secara sederhana dan mendaftarkannya secara hukum.Meski pernikahan itu atas dasar perjanjian, tapi Caka tetap ingin itu sah di mata hukum.Cody langsung kembali ke Danfell sementara Caka membawa snag istri ke rumah. Saat itu hanya ada Vivian di rumah, dengan wajah palsunya wanita itu menyambut kedatangan Caka dan sang istri."Selamat datang menantu, maaf jika aku tak menyiapkan apa pun untuk menyambut karena ... suamimu memang tak ingin mengadakan acara apa pun!"Zava tersenyum kaku. "Te-terima kasih Nyonya!""Ini memang pernikahan dadakan, jadi tak sempat mengadakan acara!" saut Caka membenarkan.Arthur mendorong kursi roda Vaka menuju lift, Zava dengan setia mengekor.Sesampainya di kamar, Arthur menunjukan beberapa hal."Nyonya, jika butuh apa-apa tekan saja tombol ini!" Ia menunjukan sebuah alat di atas nakas di sisi ranjang. "Dan saya mohon tolong jaga Tuan Muda Caka selagi saya tak ada!"Zava mengangguk. "Iya, Tuan Arthur."Arthur pun meninggalkan kamar itu, sekarang hanya ada Caka dan Zava. Wanita itu tampak gugup."Tu-Tuan butuh apa?" tanyanya dengan bibir bergetar. Ia sama sekali tak berani menatap Caka."Aku tak butuh apa-apa." Caka menekan tombol di lengan kursi untuk membuat kursi rodanya berjalan ke sisi ranjang. Ia bersusah payah untuk bisa pindah ke ranjang.Melihat hal itu, Zava pun berinisiatif untuk membantu. Namun ketika wanita itu menyentuhnya, Caka langsung menghempasnya hingga terjerembab ke lantai."Siapa yang menyuruhmu menyentuhku?""Ah!" raung Zava ketika sikunya harus beradu dengan lantai secara keras. Ia hanya berniat membantun suaminya, tapi kenapa pria itu kasar?Caka menatap sang istri yang masih di lantai, sedang menahan rasa sakit di sikunya yang mungkin terluka. Ia sebenarnya tak tega. Lagipula itu juga refleks, ia terkejut karena wanita itu menyentuhnya. Tapi jika ia bersikap lembut, wanita itu bisa besar kepala.Caka pun melanjutkan memindahkan diri ke ranjang. "Jika aku tak mengijinkan, jangan menyentuhku!" ucapnya tegas menatap gadis itu yang sedang bangkit berdiri sembari memegangi sikunya. "Obati lukamu, kotak obat ada di kamar mandi!""B-baik, Tuan!" jawabnya sedikit gugup lalu melangkah ke kamar mandi. Mata Caka tak melepaskan wanita itu yang berjalan ke kamar mandi, bahkan krtika wanita itu sudah tak tampak dari pandangannya, ia masih menatap pintu kamar mandi yang terbuka. Caka meraih handphone untuk mengecek laporan yang ia minta dari Serina. Ia hana melirik saat sang istri keluar dari ka
"Anda sudah siap, Tuan Muda?" tanya Arthur di depan lobi sekretariat negara. Caka menatap pintu lobi itu, di dalam sana ia akan kembali bertemu dengan beberapa orang yang dikenalnya. Sayangnya orang-orang itu tak akan mengenali siapa ia sesungguhnya. "Tentu saja, Arthur. Aku sudah lama menanti hari ini!"Arthur pun mendorong Kurdi roda yang Caka duduki menembus pintu lobi. Mac juga setia mendampingi. "Selamat pagi Tuan Madaharsa, selamat pagi Tuan Reaves!" sapa security dengan sopan. Arthur pun mengangguk padanya sejenak, dua wanita resepsionis juga menyapa mereka. Saat Caka dan Arthur menunggu lift, terdengar suara setengah berbisik. "Tuan Muda Cakaran tampan ya, sayang dia cacat!" bisik salah satu wanita yang berada di balik meja resepsionis."Kudengar katanya dia baru saja menikah. Siapa wanita bodoh yang mau menikahinya?" balas temannya. "Pasti wanita itu hanya mau hartanya saja, wanita normal mana mau menikahi pria cacat karena cinta. Apalagi di jaman sekarang ini!" "Tuan
"Insiden di kota Danfell 7 tahun yang lalu?" desis Douglas. "Maaf, Tuan Cakara. Mengapa Anda tanyakan hal itu?" tanya Ersano. "Hanya ingin bertanya saja, itu adalah sebuah insiden besar! Tapi menurutku ... atas dasar apa Jenderal Raymond Harrits melakukan pengkhianatan?" Mata semua orang melebar mendengar penuturannya. "Apa maksud Anda?" tanya Pak Presiden. Caka menoleh, membalas tatapan Reaghan. "Apakah menurut Anda ... dia seseorang yang ambisius? Sehingga hanya dengan sedikit iming-iming bisa dengan mudah melakukan sebuah pengkhianatan?"Reaghan terdiam, ia seolah tengah berfikir. "Sebenarnya apa yang ingin Anda utarakan, Tuan Cakara?" tanya Geino penuh arti. Caka menoleh padanya. "Apakah kata-kataku tadi kurang jelas? Aku ragu ... jika Jenderal Raymond benar melakukan pengkhianatan!""Keraguan Anda ini, atas dasar apa? Apakah Anda pernah bertemu dengan Jenderal Raymond?""Jujur ... belum. Tapi aku mempelajari jejak hidupnya!"Jawaban Caka membuat ruangan itu riuh dengan taw
"Lancang sekali kau menahanku di sini, Mac?" seru Geino yang saat ini berdiri di samping mobilnya. Dua pengawalnya tak sadarkan diri di lantai. Sementara Mac berdiri menjulang di hadapannya. "Tuanku ingin berbicara dengan Anda, Pak Perdana Menteri. Saya hanya menjalankan perintah!" Suara langkah yang mendekat membuat Geino menoleh ke sana. Tampak Arthur mendorong Cakara mendekati mereka. Arthur menghentikan langkah beberapa meter dari tempat Geino berdiri. Mac lekas berpindah ke sisi Caka. "Tuan Cakara, apa maksudmu menahanku di sini? Bukankah kita sudah cukup berbincang di ruang pertemuan?" tanya Geino yang sebenarnya sedikit gugup. Caka menatapnya tajam, dulu mereka pernah bertemu beberapa kali. Geino termasuk orang yang licik! "Aku hanya ingin menanyakan kembali tentang satu hal!" jawab Caka dengan dingin. "Pertanyaan macam apa? Sehingga kauh harus menghalangi jalanku?""Raymond tak pernah menerima transfer uang dari Cherchstorn, bagaimana mungkin bisa ada bukti transfer it
Caka menoleh ke tubuh Geino yang sudah terbujur kaku dengan darah yang menggenang di sekitar kepalanya. "Bereskan dan jangan tinggalkan jejak!" perintah Caka."Tidak ada yang boleh tahu jika Geino Alberthus sudah mati!" imbuh Arthur.Mac menyuruh dua anak buahnya untuk membereskan jasad Geino dan membersihkan jejaknya. Setelah itu mereka langsung ke Mainwell Group."Arthur, apakah kita bisa mencari rekaman cctv semua sudut kantor 7 tahun yang lalu?" tanya Caka."Khususnya pantry, Tuan Muda. Saya yakin ada salah satu OB yang terlibat. Karena hanya OB yang memiliki keleluasaan untuk menaruh sesuatu ke dalam minuman Tuan Besar!"'Kau benar, Arthur. Apakah ada OB yang mengundurkan diri 7 tahun terakhir ini?""Saya akan mengeceknya di bagian HRD!" ujar Arthur mulai melangkah meninggalkan ruangan Caka."Ersano ... akan tiba waktunya untukmu menerima karma. Nikmati saat hari-hari terakhirmu!" senyum iblis tercetak di wajah Caka.Satu persatu mereka akan menerima balasannya. Tapi Caka merasa
"Dia pasti sudah berada di luar kota, kecuali ... jika sudah menyesali perbuatannya dan hanya tinggal menunggu!" ucap Caka membuat Arthur menolehnya heran. Jika pria itu menyesal harusnya menyerahkan diri ke pihak berwajib!"Tuan Muda, dia tidak mungkin menyesal. Nyatanya masih berkeliaran di luar sana!" tukas Arthur dengan nada amarah. "Tidak ada yang melindunginya, jika dia menyerahkan diri ke kepolisian. Lalu siapa yang akan ia seret? Mereka ... yang berkuasa di atas kursi pemerintahan tidak akan mungkin mau mengaku!"Arthur tercenung. "Pria itu hanya akan menjadi tersangka utama, bahkan jika dalang di balik semua itu juga menguasai kepolisian. Pria itu akan dituduh melakukan pembunuhan karena dendam atau sejenisnya. Sementara dia memiliki keluarga!""Tidak ada yang akan menanggung keluarganya!" sahut Arthur yang mulai mengerti. "Tuan, Anda sangat berpikiran terbuka.""Aku berasal dari orang kecil, Arthur. Aku sudah puas menikmati pahitnya kehidupan, bahkan Caka ... mungkin sejak
Caka kembali ke mobil berjalan kaki, karena kursi rodanya rusak. Ia harus membeli yang baru, tapi untung saja Arthur sudah menyiapkan itulah. Di rumah ada kursi roda lain.Semua anak buahnya yang tewas diurus dengan sangat baik. Sedang para musuh, mereka memang harus membersihkan area itu. Tapi sulit menutupi jika terjadi pertempuran karena banyaknya jejak penembakan. Ketika mendengar mobil sang suami datang, Zava pun tergopoh menyambut di teras depan. Ia menoleh salah satu pengawal yang sudah menunggu dengan kursi roda."Bukankah Tuan membawa kursi roda?" "Terjadi insiden di jalan, Nyonya. Kursi roda Tian rusak."Wanita itu sangat terkejut, ketika pintu mobil terbuka ia hendak berlari ke arah suami untuk membantu. Namun ia ingat pria itu tak ingin dirinya menyentuhnya. Jadi ia pun mengurungkan niatnya. Ia akan membantu mendorong kursi rodanya saja nanti. Mac yang membantu Caka berpindah ke kursi roda, setelah Caka duduk dengan benar, baru Zava mendekat. "Tuan, biar saya saja yan
"Aku memang berharap bisa menjadi murid Master, tapi jika pun beliau tak bersedia menerimaku sebagai murid. Aku hanya ingin tahu kenapa tubuh ini tak bisa berkultivasi!" ungkap Caka. "Taun adalah seseorang yang istimewa, saya yakin Master Wu pasti bersedia menerima Anda!" Caka tersenyum getir. "Tak semudah itu menjadi murid Master Wu, ada ujian yang harus dilalui!" Arthur mengernyit mendengar jawaban tuannya. Ada ujian yang harus dilalui, artinya ... jika tuannya itu sampai diterima sebagai murid Master Wu, artinya sang tuan tak bisa tinggal di kota Allarith sata menjalani ujian. "Tuan, pelantikan Anda ...." "Masa ujicoba ini setahun, dan karena ini hanyalah masa ujicoba ... pasti tidak memerlukan pelantikan resmi. Hanya serah terima jabatan saja!" potong Caka. Arthur pun mengangguk. Sebenarnya ia tak terlalu berambisi untuk menjadi Perdana Menteri, namun karena tuan besar Gradi menginginkan dia untuk meneruskan tahtanya. Ia hanya bisa menerima dan berusaha. Sebenarnya