Sore yang cerah terlihat di upuk barat, keramaian suara terdengar dari berbagai penjuru tempat negeri kecil Monaco.Lalu lalang mobil mewah memadati jalanan dan terparkir di dekat sebuah halaman kasino. Dua buah sedan hitam membelah jalanan, melintasi keramaian kota.Rosea tertidur lelap bersandar pada bahu Leonardo, sementara Prince meringkuk membiarkan paha ayahnya sebagai bantalan.Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai ke tempat tujuan, kedua mobil sedan itu mendekati wiayah perumahan Monte Carlo dan memasuki salah satu rumah yang berdiri di dekat tebing.Sebuah rumah berlantai dua langsung menghadap ke lautan dengan sebuah taman yang indah dan kolam renang di sisi tebing yang curam berbatu ditumbuhi oleh pepohonan besar yang rindang.Pintu di sisi Leonardo terbuka, dengan penuh kehati-hatian pria itu melangkah keluar menggendong Rosea yang ketiduran usai meminum obat penenang.Suara rengekan Prince terdengar, anak itu terduduk lemas tidak dapat menahan kantuknya, kedua
“Nyonya Berta, dia masih menunggu di depan dan berharap bertemu dengan Anda.”“Saya tidak menerima tamu yang tidak memiliki urusan pekerjaan.”“Saya sudah mengatakannya, namun dia bersikeras.”Berta menyesap anggurnya untuk meredakan tenggorokannya yang kini mengering. Sejak beberapa jam lalu dia mendapatkan kabar jika Mikhaila datang ke Indonesia dan memohon ingin bertemu dengan Berta.Sesungguhnya, Berta masih berharap Mikhaila akan menjadi isteri Leonardo, dengan begitu putranya akan kembali hidup dalam jalur yang sudah ditentutan. Hidup tanpa kecacatan dan menjalankan kewajibannya sebagai seorang pewaris.Berta sangat ingin Leonardo kembali ke Indonesia dan kembali meminpin bisnis keuangan keluarganya. Berta sudah sangat kelabakan, dia tidak sanggup berlama-lama meminpin banyak cabang perusahaan usai ditinggalkan suami sekaligus putranya.Namun, sejak beberapa hari yang lalu, tepatnya ketika assistant Leonardo mengirimkan bukti cctv Mikhaila main tangan pada cucu satu-satunya, Ber
Aroma lembut lavender memenuhi ruangan, Rosea sedikit menggerakan kepalanya dan melihat ke sisi untuk menemukan keberadaan Leonardo yang sejak tadi berdiri menunggunya berendam.“Kenapa kamu masih ada disini?” tanya Rosea terdengar pelan.“Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja.”Dengan cepat Rosea membuang muka dan memutar bola matanya. “Memangnya siapa yang sudah membuat aku kembali sakit lagi seperti ini?” Wajah Leonardo merah merona teringat percintaan singkat mereka berdua saat dia membantu melepas pakaian Rosea. “Aku kan tidak membuat banyak guncangan, kamu juga menikmatinya,” jawabnya membela diri. Rosea merangkak keluar dari bathub, selembar handuk besar membungkusnya.Suara pekikan terdengar begitu dengan mudahnya tubuhnya terayun dalam gendongan Leonardo yang membawanya keluar dari kamar mandi, lalu mendudukannya di sisi ranjang.“Aku bisa sendiri Leonardo,” bisik Rosea memberitahu. “Aku ingin membantu kamu.”“Beri aku ruang, sebentar saja. Aku tahu kamu juga sibu
“Turunkan aku!” bisik Rosea ditelinga Leonardo. “Aku tidak mau,” jawab Leonardo membalasnya dengan senyuman.“Turunkan, kamu gila ya?” maki Rosea mencubit keras lengan Leonardo dan menggigit bahunya, “turunkan tidak?”Alih-alih meringis dan menuruni perintah Rosea, Leonardo menanggapinya dengan tawa. Dengan mudahnya Leonardo menarik mundur kursi dengan ujung sepatunya, dia segera duduk membawa Rosea di pangkuannya.Satu kaki Rosea yang terluka membuatnya kesulitan bergerak pindah tanpa bantuan tongkat. “Jangan terlalu banyak bergerak, kamu bisa membangunkan sesuatu,” bisik Leonardo memeluk erat pinggang Rosea agar berhenti memberontak.Leonardo tertawa geli melihat cemberutan kesal Rosea yang tidak bisa memaki karena ada Prince yang tengah memperhatikan.“Prince, apa kamu bis_”“Bisa memotongkan daging untuk Sea?” potong Leonardo menyela ucapan Rosea yang hendak meminta tolong agar Prince membawakan kursi roda untuknya.“Tentu saja.” dengan penuh semangat Prince mengambil piring dan
“Apa aku sudah mengambil keputusan yang tepat?” tanya Rosea pada dirinya sendiri.Rosea terbaring sendiri di tengah ranjang, menatap nyalang langit-langit kamar yang terang, gemercing cincin gordeng terdengar dikesunyian, jam kecil di atas meja menunjukan pukul dua malam.Masih terbayang tentang apa yang telah dia ucapkan pada Leonardo. Rosea terkejut dengan dirinya sendiri yang berbicara spontan begitu saja meminta dilamar.Reaksi pertama Leonardo adalah tersipu malu seperti seorang anak gadis yang mendengarkan pengakuan cinta pertamanya dari seseorang, ketakutan dimatanya berubah menjadi kobaran semangat.Leonardo pergi dengan senyuman yang cerah, meninggalkan dengan bisikan cinta dan sebuah janji untuk segera melamarnya.Rosea memijat keningnya dengan penuh tekanan, perasaannya kini menjadi gugup, dia tidak memiliki bayangan apapun tentang pernikahan.Selama ini, Rosea tidak pernah berencana akan menikah dalam hidupnya. Rosea terbiasa melakukan banyak hal sendiri dan menjadikan di
Tangan Rosea terkepal kuat sampai buku-buku jarinya memutih, hatinya cukup sakit mendengarkan ucapan Berta yang selalu saja menghinanya.Rosea harus mengontrol diri, kali ini dia tidak boleh memikirkan tentang harga dirinya saja, Rosea juga perlu mengetahui sesuatu.Rosea mengatur napasnya beberapa kali, sebelum akhirnya dia berkata, “Sejak pertama kita bertemu, Anda terus menerus membicarakan uang. Jika Anda takut saya mencuri uang Anda dan putra Anda, buatlah surat perjanjian agar hidup Anda tenang bersama uang-uang yang Anda banggakan,” jawab Rosea.“Memangnya kamu pikir itu akan berlaku setelah kamu berhasil membuat putra saya tergila-gila padamu?” tanya Berta menaikan nada suaranya.Mata Rosea memicing, semakin dia banyak berbicara dengan Berta, Rosea semakin tidak mengerti jalan pikiran wanita itu. “Apa sebenarnya kekurangan saya? Mengapa Anda begitu membenci saya?”Hening..Ada jeda yang cukup lama terjadi, rupanya Berta tidak bisa langsung menjawab pertanyaan sederhana Rose
“Berhentilah bercermin, kamu sudah sangat cantik.” Mendengar komentar temannya yang berdiri di ambang pintu, Rosea mendengus malas. “Diamlah!” “Aku serius Sayang, semakin kamu mencari celah kekurangan yang sebenarnya tidak ada, kamu akan tidak percaya diri dan memikirkan hal sebenarnya membuang waktu.”“Sudah ceramahnya?”Sontak Jacob tertawa, pria itu membuang muka dan melenggang pergi untuk memberi ruang kepada Rosea yang sejak tadi terus berdiam diri di depan cermin, sibuk dengan dirinya sendiri.Suara hembusan napas yang kasar terdengar keluar dari mulut Rosea, wanita itu mencoba mengatur napasnya untuk mengurangi kegugupan.Ini untuk pertama kalinya Rosea kembali hadir di sebuah acara besar setelah satu tahun yang lalu mengalami kecelakaan.Satu tahun yang lalu, Rosea tergelincir jatuh saat bermain es skating, kecelakaan itu menyebabkan Rosea koma dalam waktu lama hingga dia kehilangan banyak ingatannya hingga dia melupakan banyak anggota keluarganya sendiri.Kecelakaan itu mem
Acara pesta sudah dimulai, para tamu undangan berdatangan, menyapa keluarga besar Abraham AbrahamLeonardo bersikap formal menyambut para rekan bisnisnya yang mengajak berbicara, namun pria itu tampak kaku ketika harus memperkenalkan Mikhaila kepada mereka, beruntungnya Mikhaila dapat menutupi celah kekurangannya dengan bergelayut mesra pada pria itu.Berkat Mikhaila, keduanya terlihat seperti pasangan yang serasi dan sempurna di depan umum, banyak senyuman bahagia yang di tebarkan Mikhaila disetiap kali dia berbicara dengan orang-orang yang menyapanya dan mengajaknya berbicara.Kedua terlihat seperti sepasang bintang yang bersinar, orang-orang yang melihat jelas berpikir jika keduanya tengah berbahagia dan seperti sepasang jodoh yang sudah saling ditakdirkan.Di tempat yang sama, Jacob dan Rosea masuk ke dalam ruangan pesta, mereka langsung berbaur dengan beberapa tamu lainnya sebelum memberikan ucapan selamat kepada pemilik pesta.“Aku tahu kamu muak berada di sini, tapi apa sulitny