Hari - 0 “Baik, teman-teman sekalian... kalian pasti tahu tujuan dari bis ini, kan?” Tak ada yang menjawab pertanyaan dari James. Semuanya hanya terdiam dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Aku jadi kasihan dengannya, jadi Aku mengangkat tanganku. “Ya, kakak di sana... kemanakah tujuan dari bis ini?” “Ke Desa tanpa nama.” “Benar sekali... untuk apa kita ke sana?” Aku tahu dia ingin memeriahkan suasana di sini, tapi jika tak ada yang peduli dengannya, rasanya sangat menyedihkan. “Memulai hidup baru.” Karena tak ada yang menanggapinya lagi, Aku kembali menjawab pertanyaannya. “Benar sekali... kita akan memulai hidup kita dengan hidup yang baru... kita akan melupakan semua yang terjadi di masa lalu, bahkan nama kita... Aku tahu bahwa kalian tadi hanya menyebutkan nama samaran kalian, tapi itu akan menjadi nama kita yang sebenarnya mulai hari ini, kita tak perlu lagi mengingat nama lama kita... kita akan membuang semuanya!” Meskipun dia berbicara dengan semangat, tapi te
Hari - 0 “Kenapa bisnya berhenti? Apakah kita sudah sampai di tujuan?” Aku bertanya sambil melihat-lihat keadaan di sekitarku. “Tidak, sepertinya ini waktunya makan siang.” James menjawabku sambil menunjuk ke arah Rest Area. Bis yang kami tumpangi berhenti, karena harus mengantri untuk masuk ke Rest Area. “Jadi ini sudah waktunya makan siang, Aku sama sekali tak sadar... apakah kau mau makan sesuatu, Bagas?” “Aku masih belum lapar, tapi jika ada hal yang menarik, mungkin Aku akan makan.” Sejujurnya Aku juga masih tidak lapar, tapi mungkin kami tak akan melakukan pemberhentian dalam waktu dekat, jadi kurasa lebih baik kita memakan sesuatu. Dan buang air selagi sempat, yah jangan sampai lupa dengan buang air. “Kurasa Aku akan buang air dulu, sebelum makan...” “Kau tidak seharusnya mengatakan itu di dekat seorang gadis.” “Maaf...” Sepertinya gumamanku yang kurang sopan dapat didengar oleh Rina, jadi Aku langsung meminta maaf padanya. “Kalian hanya memiliki waktu satu jam untuk
Hari - 1 “Nah, apa mungkin penilaian tentang kita sudah dimulai sejak saat itu?” Sarah bertanya sambil memegang dagunya. “Karena orang itu dibunuh hari ini, maka kemungkinan dia terpilih karena perbuatannya kemarin, jadi bisa saja kita sudah dinilai sejak kita pertama kali naik bis.” “Orang kurus yang kau temui waktu itu adalah Kira, kan?” “Ya, Aku yakin kalau itu memang dia... kau bisa bertanya pada kedua temannya, jika kau tidak yakin dengan ceritaku... meski Aku tak ingat nama mereka, tapi Aku masih ingat wajah mereka.” “Kenapa kau tidak bisa mengingat nama semua orang?” Crona menatapku dengan pandangan kecewa. “Mau bagaimana lagi... ada banyak orang di dalam bis dan Aku jarang berinteraksi dengan yang lain, selain Rina, Cinta dan James yang kebetulan ada di dekatku waktu itu.” “Tapi kau juga tak berinteraksi dengan orang yang duduk di belakangmu, kan? Padahal dia juga duduk di dekatmu... begitu juga dengan Ria dan Sarah, mereka berdua duduk tak jauh darimu, kan?” “Agak su
Hari - 0 “Di sana kami memulai hidup kami yang baruuu!”” Selama berada di dalam bis, kami menanyikan lagu Himne dan Mars dari Desa tanpa nama. Jika kau bertanya dari mana kami mengetahui lagunya, maka jawabannya sangat sederhana, kami menerima e-mail yang berisi kedua lagu tersebut. Dipimpin oleh Maria, kami mulai menanyikan kedua lagu itu untuk mengisi waktu luang kami. Aku melirik ke arah temanku saat Aku menanyikan lagu tersebut. Cukup mengejutkanku, meski suaranya pelan, tapi dia tetap ikut bernyanyi bersama kami. “Hmm, karena kita sudah selesai bernyanyi, kurasa kita lebih baik melakukan suatu permainan untuk mengisi waktu luang... apakah ada yang punya ide?” Maria bertanya pada kami, tepat setelah kami menyelesaikan lagu kami. “Aku punya ide!” James mengangkat tangannya sambil berbicara di depan mic. “Ya, apa idemu?” “Bagaimana jika kita memainkan permainan kejujuran?” “Permainan kejujuran? Bagaimana cara kita memainkannya?” “Mudah saja, kita hanya perlu saling menyera
Hari - 1 “Setelah mendengar ceritamu tadi, sekarang Aku mengerti alasan kenapa kau berpikir bahwa terpilihnya Kira sebagai korban pertama agak aneh.” Sarah membuat komentar itu, setelah Aku berhenti bercerita. “Setelah dipikir-pikirkan lagi, lelaki bernama Rock itu juga melakukan banyak hal yang bisa membuatnya terpilih sebagai korban pertama.” Croba berkata sambil mengangkat kedua bahunya. “Meski begitu, kau masih tetap menjadi orang yang paling mencurigakan di sini.” “Ya, Aku mengerti... cerita Asraf tadi tak membuktikan apapun bahwa Aku bukanlah si pengkhianat.” Sarah berkata dengan tenang. Sepertinya dia tidak lagi memikirkan dirinya yang dicurigai oleh kami semua. “Meski kau bersikap arogan seperti itu, tapi kau juga sama mencurigakannya!” “Kenapa Aku juga sama mencurigakannya dengannya?!” “Itu karena kau menguping pembicaraan kami!” Bagas dan Crona kembali menatap satu sama lain dengan pandangan yang tajam. Aku tak bisa menyangkal perkataan Bagas sedikitpun, Crona mema
Hari - 0 Kami kembali mendapatkan istirahat di Rest Area, tapi berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini kami mendapatkan waktu istirahat sepanjang 2 jam. Banyak yang memanfaatkan waktu ini untuk menghabiskan uang mereka dengan berbelanja berbagai hal. Aku sendiri memutuskan untuk berpisah dengan Bagas sampai waktu makan malam yang telah kami tentukan, yaitu 45 menit sebelum waktu istirahat berakhir. Sebelum melakukan hal lainnya, pertama-tama Aku memutuskan untuk membeli minuman. Aku lumayan haus, karena permainan yang terus kami mainkan di dalam bis yang biasanya memerlukan kami untuk membuka suara kami untuk bernyanyi. Aku harap kami tak perlu lagi bernyanyi di malam hari atau suaraku benar-benar akan hilang. Saat Aku akan mengambil minuman di mesin pendingin, Aku menjumpai seorang gadis yang menatap mesin pendingin dengan tatapan kosong. Aku ingat gadis itu, kalau tidak salah namanya adalah Ria. “Anu... apa ada masalah?” Aku berjalan ke arahnya dan bertanya dengan nada khawati
Hari - 0 Setelah waktu yang dijanjikan telah tiba, Aku langsung menuju food court untuk bertemu dengan Bagas dan makan malam. Saat Aku sampai di sana, Aku langsung bisa melihat Bagas yang sudah duduk di salah satu meja dengan makan malam di hadapannya. Sepertinya dia telah datang ke sini jauh sebelum jam janjian kami dan memesan makan malam kami tanpa menghubungi diriku terlebih dahulu. “Apa kau juga memesan makan malam untukku atau kau akan menghabiskan semua ini sendirian?” Dilihat dari jumlah makanan yang ada di hadapannya yang melimpah, Aku ragu bahwa dia berniat menghabiskannya sendirian. “Tentu saja Aku sudah memesankan makan malam untukmu.” “Bukankah lebih baik kau membicarakannya denganku sebelum kau memesannya?” “Aku sudah tahu seleramu, jadi hal itu tidaklah penting!” Harus kuakui jika Aku tak keberatan dengan apa yang dia pesan. Ayam bakar, sayur kangkung, sambal dan jus Apel. Meskipun itu bukanlah makanan favoritku, tapi Aku tetap menyukai semua menu yang dia pesan.
Hari - 0 “Baik semuanya, seperti yang sudah kita sepakati tadi siang, sekarang kita akan mulai bercerita seram!” James berkata dengan semangat, tapi seperti biasanya, tak ada orang yang benar-benar menanggapinya dengan serius. “Apakah di sini ada yang ingin memulai ceritanya terlebih dahulu?” James bertanya pada kami semua, tapi tak ada yang mau mengangkat tangannya. Karena Aku juga tak mempunyai cerita seram, jadi Aku tidak mungkin mau mengangkat tanganku. “Hallo, semua! Apa tak ada yang mau berbagi cerita?” James melihat ke kami satu persatu, tapi tak ada yang mau menanggapinya. “Kenapa tidak kau saja yang memulainya? Ini adalah idemu sejak awal, kan?” Seorang lelaki berbadan besar, Rock, akhirnya membuka suaranya. Beberapa teman di dekatnya juga mengangguk setuju dengannya. “Semuanya perhatian, James akan segera memulai ceritanya!” Tanpa persetujuan dari James, Maria tiba-tiba membuat pengumuman yang seenaknya dengan senyuman di wajahnya. “Hmm, jadi harus Aku yang memulai