Hari - 0 “Di sana kami memulai hidup kami yang baruuu!”” Selama berada di dalam bis, kami menanyikan lagu Himne dan Mars dari Desa tanpa nama. Jika kau bertanya dari mana kami mengetahui lagunya, maka jawabannya sangat sederhana, kami menerima e-mail yang berisi kedua lagu tersebut. Dipimpin oleh Maria, kami mulai menanyikan kedua lagu itu untuk mengisi waktu luang kami. Aku melirik ke arah temanku saat Aku menanyikan lagu tersebut. Cukup mengejutkanku, meski suaranya pelan, tapi dia tetap ikut bernyanyi bersama kami. “Hmm, karena kita sudah selesai bernyanyi, kurasa kita lebih baik melakukan suatu permainan untuk mengisi waktu luang... apakah ada yang punya ide?” Maria bertanya pada kami, tepat setelah kami menyelesaikan lagu kami. “Aku punya ide!” James mengangkat tangannya sambil berbicara di depan mic. “Ya, apa idemu?” “Bagaimana jika kita memainkan permainan kejujuran?” “Permainan kejujuran? Bagaimana cara kita memainkannya?” “Mudah saja, kita hanya perlu saling menyera
Hari - 1 “Setelah mendengar ceritamu tadi, sekarang Aku mengerti alasan kenapa kau berpikir bahwa terpilihnya Kira sebagai korban pertama agak aneh.” Sarah membuat komentar itu, setelah Aku berhenti bercerita. “Setelah dipikir-pikirkan lagi, lelaki bernama Rock itu juga melakukan banyak hal yang bisa membuatnya terpilih sebagai korban pertama.” Croba berkata sambil mengangkat kedua bahunya. “Meski begitu, kau masih tetap menjadi orang yang paling mencurigakan di sini.” “Ya, Aku mengerti... cerita Asraf tadi tak membuktikan apapun bahwa Aku bukanlah si pengkhianat.” Sarah berkata dengan tenang. Sepertinya dia tidak lagi memikirkan dirinya yang dicurigai oleh kami semua. “Meski kau bersikap arogan seperti itu, tapi kau juga sama mencurigakannya!” “Kenapa Aku juga sama mencurigakannya dengannya?!” “Itu karena kau menguping pembicaraan kami!” Bagas dan Crona kembali menatap satu sama lain dengan pandangan yang tajam. Aku tak bisa menyangkal perkataan Bagas sedikitpun, Crona mema
Hari - 0 Kami kembali mendapatkan istirahat di Rest Area, tapi berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini kami mendapatkan waktu istirahat sepanjang 2 jam. Banyak yang memanfaatkan waktu ini untuk menghabiskan uang mereka dengan berbelanja berbagai hal. Aku sendiri memutuskan untuk berpisah dengan Bagas sampai waktu makan malam yang telah kami tentukan, yaitu 45 menit sebelum waktu istirahat berakhir. Sebelum melakukan hal lainnya, pertama-tama Aku memutuskan untuk membeli minuman. Aku lumayan haus, karena permainan yang terus kami mainkan di dalam bis yang biasanya memerlukan kami untuk membuka suara kami untuk bernyanyi. Aku harap kami tak perlu lagi bernyanyi di malam hari atau suaraku benar-benar akan hilang. Saat Aku akan mengambil minuman di mesin pendingin, Aku menjumpai seorang gadis yang menatap mesin pendingin dengan tatapan kosong. Aku ingat gadis itu, kalau tidak salah namanya adalah Ria. “Anu... apa ada masalah?” Aku berjalan ke arahnya dan bertanya dengan nada khawati
Hari - 0 Setelah waktu yang dijanjikan telah tiba, Aku langsung menuju food court untuk bertemu dengan Bagas dan makan malam. Saat Aku sampai di sana, Aku langsung bisa melihat Bagas yang sudah duduk di salah satu meja dengan makan malam di hadapannya. Sepertinya dia telah datang ke sini jauh sebelum jam janjian kami dan memesan makan malam kami tanpa menghubungi diriku terlebih dahulu. “Apa kau juga memesan makan malam untukku atau kau akan menghabiskan semua ini sendirian?” Dilihat dari jumlah makanan yang ada di hadapannya yang melimpah, Aku ragu bahwa dia berniat menghabiskannya sendirian. “Tentu saja Aku sudah memesankan makan malam untukmu.” “Bukankah lebih baik kau membicarakannya denganku sebelum kau memesannya?” “Aku sudah tahu seleramu, jadi hal itu tidaklah penting!” Harus kuakui jika Aku tak keberatan dengan apa yang dia pesan. Ayam bakar, sayur kangkung, sambal dan jus Apel. Meskipun itu bukanlah makanan favoritku, tapi Aku tetap menyukai semua menu yang dia pesan.
Hari - 0 “Baik semuanya, seperti yang sudah kita sepakati tadi siang, sekarang kita akan mulai bercerita seram!” James berkata dengan semangat, tapi seperti biasanya, tak ada orang yang benar-benar menanggapinya dengan serius. “Apakah di sini ada yang ingin memulai ceritanya terlebih dahulu?” James bertanya pada kami semua, tapi tak ada yang mau mengangkat tangannya. Karena Aku juga tak mempunyai cerita seram, jadi Aku tidak mungkin mau mengangkat tanganku. “Hallo, semua! Apa tak ada yang mau berbagi cerita?” James melihat ke kami satu persatu, tapi tak ada yang mau menanggapinya. “Kenapa tidak kau saja yang memulainya? Ini adalah idemu sejak awal, kan?” Seorang lelaki berbadan besar, Rock, akhirnya membuka suaranya. Beberapa teman di dekatnya juga mengangguk setuju dengannya. “Semuanya perhatian, James akan segera memulai ceritanya!” Tanpa persetujuan dari James, Maria tiba-tiba membuat pengumuman yang seenaknya dengan senyuman di wajahnya. “Hmm, jadi harus Aku yang memulai
Hari - 0 “Pada suatu malam, tiba-tiba saja sekelompok orang dari berbagai latar belakang yang berbeda diculik oleh orang-orang misterius.” Gadis itu mulai bercerita dengan nada yang dibuat serendah. Karena dia menggunakan mic, kami masih dapat mendengar suaranya dengan jelas. “Mereka semua dibuat tak sadarkan diri, lalu dibawa ke sebuah gedung tua yang sudah lama tak digunakan sehingga tak ada satupun orang yang mengetahui dimana mereka sebenarnya berada, saat mereka tersadar, mereka sudah berada di dalam gedung yang terkunci tersebut.” Aku menelan ludahku saat mendengar ceritanya. “Tentu saja mereka semua panik dan mencoba mencari jalan keluar dari gedung tersebut, tapi sayangnya mereka tak bisa menemukannya sama sekali... meski mereka mencoba memecahkan kaca yang ada di gedung itu dengan berbagai cara, mereka tetap tak bisa melakukannya... tak ada yang bisa keluar dari gedung itu!” Cerita tentang orang-orang yang terkurung di dalam gedung tanpa adanya jalan keluar. Hal seperti
Hari - 0 “Maaf... Asraf... waktu itu... Aku tidak tahu... bahwa kau adalah... orang yang mau... menolongku.” Itu adalah respon pertama dari Ria, setelah Aku selesai menceritakan peristiwa yang kualami kemarin. “Tak usah dipikirkan, kau memang sulit berbicara dengan orang asing, jadi itu tak bisa dihindari... Aku juga minta maaf, karena tiba-tiba berbicara denganmu.” Gadis itu pasti merasa bersalah, karena tak menanggapi diriku dengan baik waktu itu. “Lebih penting lagi, ceritamu tadi malam... setelah dipikir-pikir lagi, ceritamu itu mirip dengan situasi kita saat ini, kan? Meski tak sama persis, tapi inti ceritanya sama saja... kenapa kau bisa mengetahui cerita seperti itu?” Bagas bertanya dengan nada menuduh pada Crona. “Apa kau tidak mendengarkan ceritaku dengan baik? Aku berkata bahwa itu hanyalah rumor yang kubaca di internet... Aku sendiri tak menyangka bahwa cerita itu akan benar-benar terjadi pada kita... jika Aku tahu hal seperti ini akan terjadi, Aku tidak akan mencerit
Hari - 1 [Pengumuman-pengumuman!] Kami dengan tegang menantikan apa yang akan dikatakan oleh pengumuman itu. [Ini adalah waktunya makan siang, semua tamu harap segera ke ruang makan, sebelum makan siang atau kalian akan dianggap tidak mau makan siang] Kami menghela napas lega saat mengetahui bahwa isi pengumuman itu bukanlah sesuatu yang buruk. Aku melihat ke jam tanganku, ini sudah jam 11:30, masih ada tiga puluh menit sebelum tengah hari. “Apa yang ingin kalian lakukan?” Aku bertanya pada yang lain. Mereka semua tampak bingung saat ini, kecuali Bagas yang masih mengawasi ketiga gadis di ruangan ini dengan tatapan tajam. “Nah, Asraf... menurutmu apakah Aku harus mengatakan apa yang baru saja kukatakan pada kalian?” “Apa maksudmu itu rahasiamu tadi?” Sarah menganggukkan kepalanya dengan lemah. “Kurasa kau lebih baik mengatakannya, mungkin ini akan berbahaya, karena mereka akan menyalahkanmu, tapi jika kau terus memendamnya, mungkin keadaan kita akan menjadi semakin memburuk..