Diajeng Sekar Ayu syok mengetahui maharnya hanya sepuluh ribu. Padahal, biaya pesta ditanggung oleh ibunya! Saat mengkonfrontasi, Diajeng justru diperlakukan tidak adil oleh suami dan keluarganya dan diberi nafkah sepuluh ribu. Lantas, bagaimana Diajeng menghadapi ini semua? Haruskah Diajeng balas dendam?
Lihat lebih banyak"Kamu mau jelekin aku? Punya hak apa kamu? Aku ke sini mau menagih janji Arga. Tidak ada urusan sama kamu." Arga memberikan selembar cek pada Ferdi yang di ambil oleh Esti dengan cepat. "Idih, Fer istri macam itu yang kamu perjuangkan? Kalau aku sih ogah. Biar sama perempuan juga aku sih–""Mau ngomong apa kamu? Jelas dong aku yang di pertahankan karena aku bisa melahirkan anak untuknya. Untuk apa istri cantik kaya raya tapi tidak bisa melahirkan anak."Deg!!Hati Aisha terasa tertimpa benda yang begitu berat dan tajam menusuk hatinya yang dalam. Kembali karena anak yang menjadi penyebab semuanya, berapa hari yang lalu Aisha menemui dokter kandungan dan hasilnya tak ada masalah walau sempat mengalami keguguran tapi itu bukan menjadi halangan untuk kehamilan Aisha. Bahkan dokter meminta agar Ferdi turut serta memeriksakan kesuburan. Meski Aisha pun tidak yakin bahwa sang suami mengalami masalah karena Aisha sempat mengandung."Aisha, jangan dengarkan apa yang dikatakan perempuan itu.
"A– aku, tidak apa-apa,""Kamu tidak bisa bohong sama aku, Aisha,"Wina menarik kertas yang di tangan Aisha, wajahnya menegang membaca barisan tulisan tangan seseorang.Untuk Aisha.Enak ya, abisin duit tanpa niat berbagi. Liat aja hari ini aku biarkan kamu bahagia sebentar lagi kamu akan nikmati. Kamu lihat foto mereka, gimana kalau aku main dorong-dorongan? Kayaknya seru deh!! Siapkan tisu Aisha.Wina melempar kertas itu berapa foto tercetak di sana. Tubuhnya tidak kalah tegang terlebih ada foto kedua orang tua Aisha dan seseorang yang memakai hoodie berwarna hitam, masker dan topi sehingga sulit untuk di kenali."Sejak kapan kamu mendapatkan surat kaleng seperti ini? Aku yakin ini bukan pertama kali dikirimkan ke kamu. Jawab aku Aisha? Kamu tahu tidak kalau saat ini kamu tidak baik-baik saja, mereka mengintai kamu bahkan mereka tahu kegiatan kamu sehari-hari dari cara dia menulis kata-kata ini aku yakin selama ini kamu menyembunyikannya."Aisha memilih diam Ia pun enggan untuk menc
Seperti hari sebelumnya hari ini Aisha kembali di sibukkan dengan pekerjaan yang menyita waktunya walau hanya sekedar untuk ngopi di cafe bersama teman ataupun keluarga. Semua ia lakukan untuk menutupi kekosongan hatinya. Baginya lebih baik sibuk bekerja dari pada sibuk memikirkan hal yang membuatnya justru takut melihat dunia luar.Segelas teh hangat dan roti bakar dengan selai strawberry bertabur keju menggugah selera tak lupa mengajak wanita paruh baya yang setia bersamanya. Bibi Siti adalah orang yang selalu berada di sampingnya meski sempat terpisah karena Aisha harus hidup sederhana bersama keluarga suaminya namun setelah semua terbongkar wanita berlesung pipi itu mengajaknya tinggal di rumah mewah walau saat Aisha tinggal di rumah Ferdi yang dulu rumah mewahnya itu di tempati Bibi Siti."Bik, siang ini kayaknya pengen makan ayam bakar sambal asam yang pedes poll. Cah kangkung atau sayur lain, bisa bibi buatkan?" Aisha malu-malu saat mengutarakan keinginannya, itulah Ajeng dan
"Masa kita gagal membeli rumah dan sekarang kita pun harus ngontrak di tempat seperti ini. Buat kita saja ini terlalu kecil mas, tidak mungkin kita mengumpulkan kedua orang tua kita di sini. Tempat ini begitu sempit untuk kita apa lagi aku juga mau melahirkan tinggal nunggu berapa bulan kagi. Kamu cari kontrakan lebih besar jika perlu gunakan tabungan yang kamu memiliki untuk membeli rumah setidaknya kita tidak sulit untuk mencari–""Tabungan? Bukankah kamu yang masih punya tabungan? Uang itu sudah aku gunakan untuk membayar angsuran berapa bulan kedepan selain itu aku juga mencari pekerjaan baru.""Tidak, tidak. Enakan aja, ini itu uang aku aku dapatkan dari meminta sama bahasa bukannya kamu juga punya kemarin, bukannya kamu minta lebih banyak dari aku, mas?""Kamu masih menyimpan uang itu kan? Kamu gunakan uang itu untuk mencari rumah yang lebih besar dari ini. Mas, pasti akan menggantinya setelah mendapatkan pekerjaan yang baru lagi pula aku akan mendapatkan uang lagi aku pastikan
"Aku materialistis, mas? Aku hanya mau mempertahankan apa yang seharusnya menjadi milikku jika harta ini kita dapatkan bersama tentu aku dengan senang hati bagi dua denganmu. Tapi nyatanya tidak, semua harta perusahaan, pabrik ini dan beberapa restoran semua adalah milikku milik keluargaku tidak ada campur tangan dari kamu mas. Kamu bekerja di sini pun sudah digaji sesuai prosedur meskipun aku sebagai istrimu tidak pernah mendapatkan nafkah itu dari kamu. Semua kamu habiskan dengan wanita lain tapi apakah aku pernah menuntutnya? Tidak. Kan? Lantas kamu datang ke sini marah karena semua yang kamu curi ternyata palsu. Aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan Mas pengalaman yang menjadikan aku seperti ini pengalaman aku memberikan kamu kesempatan setelah ribuan kali kamu menyakitiku bahkan aku memberikan kamu kesempatan dan kepercayaan itu pada ibumu walau sebenarnya sakit saat aku harus mengikhlaskan kepergian anakku yang belum sempat aku lahir kan, tapi nyatanya apa? Ibumu dengan teganya
"Jangan dulu, kalau kita sudah beli rumah kamu bisa ajak mama ikut kita. Sekarang kamu sama Ibu tolong bersihkan kontrakan ini aku capek, kita istirahat lagi pula rumah ini juga tidak terlalu kotor cukup di sapu, pel, barang-barang pun masih bersih bersyukur kan kita ngontrak dapat yang ada perabotannya jadi kita tidak perlu beli dan kita juga nggak repot-repot untuk–" "Iya, ya, sebaiknya kamu sekarang pesan makanan aku sudah lapar Mas. Anak kamu yang di perutku juga sejak tadi nendang terus!" Semalaman Ferdi tidak bisa memejamkan mata berkas penting itu ada di tangannya hal yang tidak pernah ia pikirkan kini menjadi nyata. Bayangan kekayaan yang akan di milikinya sehingga Ferdi berulang kali mencium berkas itu. "Mas, kamu semalaman tidak tidur tapi mondar-mandir bikin aku pusing. Kalau kamu sulit tidur sebaiknya kamu di luar, tapi sudahlah sekarang udah jam enam sebaiknya kita bersiap-siap kamu sudah janji akan menjual semua aset itu agar kita bisa membeli rumah baru." Esti k
Ferdi yang teguh dengan pendiriannya tak ingin bercerai dari Aisha membuat geram keluarga besar Aisha. Arga yang tidak tahan melihat sikap arogan Ferdi berdiri menarik kerah bajunya dengan kasar sehingga tubuhnya hampir tersungkur ke depan."Jatuhkan talakmu pada kakakku, brengsek. Kau masih sayang mereka bukan? Atau kau lebih suka masuk penjara?"Ferdi gugup sebenarnya ia takut berhadapan dengan keluarga Aisha. Terlebih pria di keluarga Aisha tak bisa di remehkan."Kamu jangan main ancam anakku, tanyakan dulu sama Aisha apa dia mau bercerai atau tidak? Jangan asal minta cerai. Lagi pula menurutku ini bagus mengingat Aisha sulit hamil jadi dia bisa–""Aku ingin bercerai. Sebelumnya aku sudah menggugat cerai mas Ferdi, hanya tertunda sampai sekarang."Wajah Ferdi dan Bu Winarti pucat ucapan Aisha membuat mereka shock."Sudah jelas, kan? Tunggu apa lagi?"Mereka tidak bisa berkutik Bu Winarti yang ingin menolak untuk pergi terpaksa berdiri dari kursinya di susul Esti."Aisha Julwa Juma
Ferdi mendekati Aisha memeluk pinggangnya agar wanta bergamis hitam itu bersuara tentu suara yang tidak menyudutkan dirinya."Aku hanya lelah yah,""Kalau lelah lepaskan, jangan bertahan jika itu akan membuat hatimu terluka semakin parah."Ucapan Rayyan membuat mereka saling berpandangan dan tentunya mereka terkejut terlebih Aisha yang mendengar penuturan sang ayah. Begitu pula dengan Ferdi, Esti dan Ibunya yang tidak kalah kagetnya."Maksud, Ayah?"Rayyan menatap seluruh wajah yang ada ruang makan, tatapan yang sulit di artinya tapi bagi Ajeng dan keluarganya itu adalah tatapan amarah yang di pendam."Kenapa kamu berjuang seorang diri, sampai sejauh ini. Kamu sakit tapi tidak sedikitpun berbagi dengan ayah, apa karena sakit ayah? Kamu takut jika ayah mati hanya mendengar masalah yang kamu hadapi begitu, sayang? Sampai kapan kamu menyembunyikannya, nak?"Aisha terdiam tubuhnya begitu lemah air mata yang ia sejak tadi ia tahan kini tumpah begitu saja. Tidak lama sebab Aisha tersenyum
Perasaan tertekan karena keadaan, ingin memberontak meski hal itu bisa di lakukan namun, nyatanya ia tak bisa ada hati dan kebahagiaan seseorang yang harus ia jaga. Siapa lagi kalau bukan kebahagiaan kedua orang tuanya.Dunia akan mengecam bahkan mungkin mengatakan jika dirinya adalah wanita yang bodoh. Tapi bukankah seorang anak rela melakukan apapun asalkan orang tuanya bahagia begitu juga dengan Aisha.Rela sakit dan perih melihat kedzaliman keluarga suami dan madunya, tidak ada yang bisa di lakukannya. Jika saja ayahnya tak sedang sakit tentu Aisha sudah menggugat cerai Ferdi. Dan mengusir mereka dari rumahnya, hidup bahagia dengan status yang baru.Baginya biarlah dia yang sakit asalkan orang yang ia sayangi bahagia. Walau, terkadang ingin melawan tapi apalah daya dirinya yang tertahan karena keadaan."Aisha, aku butuh uang. Apa kamu mau dengar orang tua kamu kalau aku menikah lagi? Kamu tahu kan ayah tidak baik-baik saja? Atau kamu mau ayah cepat –""Cukup, mas. Sudah cukup kamu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.