Keris Man adalah salah seorang superhero yang memiliki kekuatan super keris sakti. Senjata itu menyatu dengan tubuhnya. Saat dibutuhkan, ia bisa keluar dalam bentuk kekuatan api, air atau angin. Kekuatan super itu mampu mengalahkan berbagai kejahatan. Namun, ia terhimpit dalam kerasnya hidup, persaingan perusahaan aplikasi dan kekejaman para penjahat yang kian hebat. Yah, untuk menertibkan superhero yang kian banyak bermunculan, pemerintah membuat peraturan agar mereka tergabung dalam aplikasi online. Selain mengatur kinerja mereka, juga untuk memudahkan masyarakat dalam memesan 'jasa' para pahlawan itu.
Lihat lebih banyak"Ah, apa yang kau lakukan?" tanya Chantrea kutindih dan kugumuli. "Menikmati bidadari sebelum siang!" jawabku menciumi bibir, pipi dan menjalar ke lehernya. "Ah, suamiku!" desahnya pasrah dan memelukku erat. Chanthou tersenyum menggelengkan kepala di sampingnya. Melihat kakaknya menjadi korban keganasan gairah pagiku. "Dia memang begitu," terang Tirtasari, "Kalian harus terbiasa!" "Kalian sudah sering melakukannya?" balas Chanthou padanya. "Hmm yah," jawab Tirtasari agak bingung, "Kira-kira begitulah." Kucumbui dan kunikmati Chantrea. Sungguh wangi dan nikmat. Chanthou terus memperhatikan kakaknya kugumuli. Dadanya kuremas-remas dan kutarik kasar kain penutupnya. Ia pun tanggap dan melepaskanya sendiri. Begitu juga milik Chantrea. Kulepaskan semua penutup tubuhnya. Bidadari ini harus menjadi sarapanku. Tubuh mulusnya benar-benar membiusku dan menambah energi pagi. Saat kunikmati putri itu, tiba-tiba Bopha dan Botum masuk ke kamar. Mereka mungkin kaget, tapi kemudi
Tirtasari turut menjadi sumber keindahan malam. Ia menuntun kedua gadis kembar melayaniku dengan baik.Dan rupanya Chantrea dan Chanthou sendiri telah diajari teknik percintaan. Atau karena mereka sering mengintip kamar ayahnya?Pesona dan kehangatan mereka sungguh melenakan. Lain dari segenap wanita yang telah kunikmati selama ini.Kepuasan pun melandaku hingga berlimpah ruah. Tak terbayangkan keindahan semacam ini sebelumnya. Di tengah hutan jantung Asia Tenggara ini.Aku merebah dengan tiga wanita mengitariku setelah puas. Kepeluk dan kukecupi mesra kening mulus mereka. Chantrea dan Chanthou di sampingku. Sementara Tirtasari di belakang Chanthou.“Bagaimana cara keluar dari sini?” tanyaku mengusap kedua pundak istri kembarku.“Mau kemana?” tanya Chantrea.“Kami ingin melacak lagi orang yang kami curigai,” jawabku.“Tapi kita baru saja menikah!” balas Chanthou sedikit merengut manja.“Kami harus cepat,” jawabku, “Bahaya besar sedang mengintai.”“Yah, itu benar!” sahut Tirtasari, “Mu
"Mari mendekatlah!" perintahku pada Chantrea dan Chanthou. "Sana, jangan malu-malu!" dorong Tirtasari lembut, "Dia suami kalian sekarang!" "Kau juga kemari Tirtasari!" perintahku, "Aku juga?!" Chantrea dan Chanthou tertawa manis. "Kau bidadariku juga bukan?!" cecarku. "Dasar perayu!" balasnya melotot mesra. Tirtasari mendekat padaku dengan mengajak Chantrea dan Chanthou. Kurengkuh ketiganya dan kuelus pundak mereka. "Kalian bidadari tercantik yang pernah kulihat!" pujiku. "Bohong!" jawab Chantrea. "Tuh, mereka saja tahu kalau kau bohong!" imbuh Tirtasari, "Ha ha ha!" Aku tersenyum dan mencium pipi Tirtasari. Kulihat si kembar menatap kami tanpa berkedip. Kulihat dada mereka kembang kempis. Barangkali bergetar akan pengalaman pertama ini. Kuelus pundak mereka berdua. sangat halus dan mulus. Kucium pundah halus itu dan kuresapi rasanya. sangat wangi dan mulus. Mereka kulihat terpejam menikmatinya. Selanjunya kuelus pipi mereka. "Aku tidak bohong!" jawabku pada Chantrea dan
Mereka pun memakai kain penutup dada mereka lagi. "Ayo, ikut kami!" ajak Chantrea. Aku dan Tirtasari saling pandang. Lalu beranjak mengikuti si kembar itu untuk keluar kamar. Keduanya mengendap-endap dan sembunyi-sembunyi keluar rumah. Untung saja suasana telah sepi. Kami terus menyelinap di keheningan desa sehabis berpesta. Hanya terlihat beberapa orang yang berjaga di sudut-sudut desa dan lapangan. Menyalakan api unggun kecil sebagai penerangan. Kedua istri baruku dengan lincah mengajak kami mendekati rumah ayahnya. Seperti maling, kami mengitari rumah panggung itu, lalu mendapatkan tempat untuk mengintip dari luar dinding kayunya. Yah, kami diajak mengintip kamar Kong Kea. "Apa yang kita lakukan?" tanya Tirtasari berbisik. "Ssstt!" tegur Chantrea mengajak kami mengintip lewat sebuah lubang kecil."Kami sering mengintip lewat sini!" terang Chanthou pelan. Aku dan Tirtasari bergantian mengintip lewat lubang kecil itu. Terlihat Kong Kea sedang merebah santai di tikarnya. "Kal
Kami keluar dari kerumunan setelah agak lelah menari. Duduk bertiga di teras rumah Chantrea dan Chanthou. "Akan kuambil minuman!" kata Chantrea ke belakang diikuti oleh Chanthou. "Apa yang terjadi Kris?!" tanya Tirtasari saat kamu berdua saja. Orang-orang masih sibuk menari di lapangan dan sudut-sudut desa. "Entahlah," jawabku, "Akhirnya kita menikah.""Yah," balasnya tersenyum kecil. "Kau tak suka?""Hmm, suka, tapi apa yang kita lakukan di sini?!""Kau keberatan aku menikahi Chantrea dan Chanthou?""Tidak, aku tak keberatan. Bukan itu. Tapi kita punya misi bukan?!""Yah, tetap kita jalankan. Jangan sampai pernikahan menghalangi tujuan kita!""Bagus!"Chantrea dan Chanthou keluar kembali sambil membawa minuman dan makanan tambahan. Dengan lembut mereka menyajikannya kepada kami.Kami nikmati hidangan itu sambil memandangi pesta. Minum tuak dan berbagai makanan lain. Kong Kea datang dengan beberapa istrinya. Memberi kami banyak hadiah. Berbagai perhiasan dari emas dan permata.
"Menarilah!" pinta para penduduk padaku dan Tirtasari yang hanya terdiam di kerumunan. "Ayo, ikut menari!" ajak Chantrea. "Apa?" balasku, "Kenapa?""Jika tak menari, kau takkan bisa melihat bidadari!" jawab Chanthou. Aku dan Tirtasari pun turut menari bersama mereka. Kemeriahan berpadu bagi semua golongan. Banyak anak-anak yang tertarik pada kami dan menari-nari bersama. Menambah kemeriahan bersama Chantrea dan Chanthou. Tirtasari nampak menikmati kegembiraan ini. Sedangkan aku terus waspada. Mungkinkah orang-orang Kerbau Merah mampu melacak kami sampai kemari?! Chantrea dan Chanthou terus menari dengan eksotis nan cantik. Begitu juga dengan para istri Kong Kea yang lain. Termasuk Xi Ni Xao, Clarette dan Karen. Bopha dan Botum tak ikut menari. Berdiam bersama nenek mereka di teras rumah mereka.. Sementara Leakhena mengawasi di pinggir lapangan. Nada dan tabuhan musik terasa asing namun juga familier. Membuat deru tarian kian menggugah hati. Beberapa lama kemudian, muncul caha
Sembari makan, kami menikmati tarian dan nyanyian yang ditampilkan. Menu ikan dan udang mereka cukup nikmat. Apalagi dibarengi sup hangat yang berasa asam manis. Seorang istri Kong Kea duduk mendekati kami dan mengobrol. Namanya Xi Ni Xao. Berasal dari daratan Tiongkok. Parasnya cantik dan berkulit cerah. Bertubuh ideal dan terlihat seksi dengan pakaian tradisional Khmer. Eksotika Oriental yang berpadu dengan Asia Tenggara. Menambah keindahan malam.Ia mengungkapkan dirinya seorang Doktor. Peneliti sejarah dan budaya. "Kamboja, Laos, Vietnam negeri-negeri yang menarik," terangnya mengobrol ramah dengan kami, "China sejak jaman kuno ingin melebarkan kekuasaan kemari, tapi selalu gagal.""Terutama Vietnam," lanjutnya, "Mereka sangat kuat!""Tak heran dengan budaya dan kemampuan seperti ini," balasku memandangi perayaan dan kemeriahan di bawah. "Yah," jawabnya, "Vietnam termasuk negeri yang mampu menggagalkam upaya China Mongol untuk menjajahnya bersama Jawa dan Jepang. Karena itulah
"Ia menjawab jika itu sudah menjadi takdirnya. Ia bilang jika setiap malam bulan purnama akan turun ke bumi untuk menyusui anak mereka dan melayani Kong Kea.""Begitulah, Chantrea dan Chanthou disusui oleh para wanita lain di desa yang sedang menyusui. Kong Kea lalu menikahi beberapa gadis lain.Anakku kuserahkan padanya untuk dinikahi. Kulihat Kong Kea tertarik pada keduanya. Dan mereka melahirkan Botum dan Bopha ini," tutup sang nenek mengakhiri ceritanyam"Oh, begitu rupanya," komentarku."Luar biasa!" puji Tirtasari, "Ayah kalian hebat sekali!" ungkapnya pada keeempat anak Kong Kea. "Setiap malam bulan purnama kami meneruskan tradisi perayaan ini untuk menyambut Charaya," lanjut sang nenek, "Kadang para dewa juga ikut turun untuk memberikan petunjuk kepada kami. "Wah, hebat!" puji Tirtasari. "Bagus!" imbuhku. Meski aku tak tahu harus percaya atau tidak dengan cerita itu. Tapi dunia memang penuh misteri yang tak bisa diduga.*Malam hari, pesta bulan purnama dimulai. Mereka mela
Menjelang sore, mereka menyuruh kami mandi di sungai yang berada di sisi desa. Para lelaki mandi terlebih dahulu. "Kami punya tradisi," ungkap Chantrea, "lelaki mandi terlebih dahulu daripada perempuan."Aku menuju sungai yang cukup jernih itu dengan para lelaki. Termasuk beberapa putra Kong Kea. Beberapa anak turut mandi dan bermain-bermain air bersama kami. Mereka mudah akrab. Sebagian kulihat tadi turut berlatih bela diri. Setelah selesai mandi, aku kembali ke rumah. Beberapa pemudi kemudian berganti hendak mandi di sungai. Kulihat dari jendela rumah, pemandangan sungai dapat terlihat. Chanthou dan Chantrea sedang mandi bersama gadis lain. Termasuk Tirtasari. Tubuh mereka sungguh indah. Bak para bidadari yang sedang turun dan mandi di bumi. Dan siapa sangka jika Chantrea dan Chanthou memang benar-benar keturunan bidadari?! Jadi tak sabar untuk melihat ibu mereka. Apa benar bidadari akan turun di jaman sekarang?! Atau hanya sekadar legenda yang dilebih-lebihkan?! Para peremp
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.