Kehidupan Venina Anastasya berubah selamanya ketika dia melakukan kesalahan satu malam dengan atasannya, Erlangga Krisdiantoro. Sejak malam itu, Venina terjebak dalam pesona atasannya hingga sulit baginya untuk melepaskan diri. Gairah yang bergejolak dalam dirinya membuat Venina lupa perbedaan di antara mereka. Hasrat terlarang itu seolah mengaburkan fakta jika Erlangga telah menjadi milik wanita lain. Venina tidak menyadari jika hubungannya dengan pria itu berisiko menimbulkan skandal terbesar dalam hidupnya. Tetapi semuanya sudah terjadi, dia telah terjebak dalam jaring yang dirancang oleh kesalahannya sendiri. Dan sekarang, dia harus menghadapi konsekuensinya. Sementara itu, Erlangga menghadapi dilema. Di mana dia harus memilih Venina atau wanitanya yang akhirnya kembali setelah meninggalkannya. Apakah benar selama ini Venina hanyalah objek pelariannya saja? Benarkah tidak ada cinta di hati Erlangga untuk wanita itu?
View MoreSudah dua hari Venina memulai kembali pekerjaannya sebagai sekretaris Erlangga. Dia berusaha keras untuk menjaga profesionalisme dan menekan perasaannya yang terpendam. Tetapi, setiap kali dia berada di dekat atasannya itu, gelisah dalam dirinya semakin terasa. Seperti sekarang ini, ketika Erlangga memintanya untuk mengantarkan berkas yang tertinggal ke salah satu restoran. Venina merasa kekesalan menyelinap di dalam dirinya. Entah mengapa, permintaan pria itu selalu membuatnya merasa gelisah dan tak nyaman."Saya tidak akan kembali lagi ke kantor, Nina. Jadi, tolong antarkan berkas itu sekarang juga," suara Erlangga terdengar tenang di seberang telepon, namun pesan yang disampaikannya membuat Venina merasa kesal."Dan nanti ongkos taxi mu akan saya ganti," tambahnya lagi sebelum menutup panggilan dengan singkat.Venina menghela napas berat. Dia merasa terganggu dengan permintaan Erlangga, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa menolak.Setelah beberapa saat, Venina berada di sudu
Kali ini, Erlangga menepati ucapannya. Hampir setiap Minggu dia datang ke rumah Nina. Tidak peduli bagaimana penolakan dan masamnya wajah Nadia, dia tetap tidak menyerah."Ibu tidak mau melihatnya lagi, Nina. Untuk apa kamu bawa dia ke sini?" ujarnya dengan nada yang tajam, memancarkan ketidaksetujuan yang mendalam saat Erlangga tiba-tiba datang ke rumahnya.Venina, terdiam dan serba salah, mencoba menjelaskan kehadiran Erlangga. "Bukan Nina yang memintanya, Bu. Tapi Mas Angga sendiri yang mau datang," jawabnya dengan ragu."Dia tahu kamu sudah memilih Rio, kan?" desak Nadia dengan nada tajam yang tak terbantahkan.Venina mengangguk perlahan, menghela napas dalam-dalam. "Sudah, Bu. Tapi Mas Angga bilang dia belum mau menyerah. Dia akan memperjuangkan Nina."
Venina menatap wajah Erlangga dengan penuh keberanian, tetapi dalam tatapan matanya terdapat getir yang tak terbendung. “Mau sejauh apa pun hubungan kita, Mas tidak akan pernah berniat menikahi saya, kan?” desisnya, suaranya penuh dengan kekecewaan yang terpendam.Erlangga menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Saya sedang berusaha untuk meyakinkan orang tua saya tentang hubungan kita, Nina,” jawabnya, tetapi bahkan dia sendiri merasa keraguan yang menyelimuti setiap kata yang diucapkannya.Venina hanya tersenyum masam. Dia tahu bahwa tanpa restu orang tua, hubungan mereka tidak akan pernah berkembang. Dan dalam hatinya, dia mulai kehilangan harapan. Mereka hidup di dunia yang berbeda, dengan latar belakang dan ekspektasi yang tidak pernah bertemu. Dia menyadari bahwa langit dan bumi mungkin lebih dekat untuk be
Rio mengantar Nina sampai ke depan kamar hotelnya. Tetapi sesaat sebelum wanita itu masuk, dia memegang tangannya.“Selamat beristirahat, Nina,” bisik Rio dengan suara lembut, matanya menatap wajah wanita di hadapannya dengan penuh kehangatan. “Semoga kamu tidur nyenyak dan bermimpi indah.”Venina tersenyum lembut, namun di dalam dadanya terasa gelisah yang sulit dijelaskan. "Kamu juga, Rio. Terima kasih untuk hari ini."Rio terdiam sejenak, tangannya memegang tangan Nina semakin erat. Seolah sedang mencari keberanian untuk mengucapkan apa yang tersembunyi di dalam hatinya. “Boleh aku menciummu, Nina?” tanyanya dengan sopan, matanya masih terfokus pada wajah wanita di depannya.Venina menahan napasnya selama beberapa detik sebelu
Rio memperhatikan ekspresi wajah Venina, mencoba untuk memahami apa yang sedang dipikirkannya. “Kenapa? Masih belum bisa melupakan kekasihmu?” tanyanya dengan lembut.“Ibu cerita apa saja sama kamu?” tanya Venina dengan penasaran.Rio terdiam sejenak sebelum menjawab, "Ibumu bilang kalau kamu baru saja putus dari kekasihmu yang seorang direktur." Suaranya tenang, tetapi menyimpan kehangatan yang tersembunyi di baliknya."Cuma itu?" Venina menanyakan dengan sedikit ketidakpercayaan.“Ibumu juga bilang kalau kamu sedang patah hati,” balas Rio.Venina terdiam, dadanya terasa sesak. Dia memandang ke arah lautan yang gelap, mencoba menyembunyikan kekacauan emosinya. “Nah, benar, kan? Kamu
Malam itu, Venina merenung di tengah kamar hotelnya, menyusun pikirannya yang berantakan setelah percakapan dengan Alfian. Rasa lelah yang tiba-tiba menerpanya menggugahnya untuk membatalkan rencana makan malamnya bersama Rio.Sebenarnya Venina merasa tak enak pada Rio. Dia tahu betul pria itu pasti kecewa, tapi dia tak punya kekuatan untuk menghadapinya."Maaf, Rio. Aku merasa sangat lelah malam ini. Aku hanya ingin beristirahat di sini di hotel," ujarnya dengan suara serak, mencoba menutupi kegelisahan.Rio, dengan tenangnya, menanggapi, "Istirahatlah, Nina. Dan jangan lupa untuk memesan makanan." Suaranya tenang, tapi Venina bisa merasakan kekecewaan yang terselip di baliknya.Dengan langkah termangu, Venina melemparkan ponselnya ke samping setelah panggil
“Mau makan malam bersama, Nina?” tawar Alfian ketika mereka baru saja tiba di hotel setelah merampungkan pekerjaan.“Maaf, Pak, saya sudah ada janji makan malam,” jawab Venina akhirnya dengan ragu, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Alfian.Wajah Alfian tampak sedikit terkejut mendengar jawaban Venina. Namun, dia segera mengendalikan ekspresinya dan menatapnya dengan penuh perhatian. “Jadi, Angga ada di sini?” tanyanya dengan nada yang lebih tenang.Venina menggeleng pelan, meremas jari-jemarinya dengan gelisah. Bagaimana dia harus menjelaskan situasinya pada Alfian?“Saya pergi dengan teman, Pak,” ujarnya singkat, tidak mau menoleh ke arah Alfian.
Sudah hampir seminggu sejak Venina dan Rio semakin dekat. Setiap hari, Rio selalu menyempatkan diri untuk mengantar dan menjemput Venina ke kantor, meskipun jarak ke tempat kerja mereka berlawanan arah. Namun, Rio seolah tidak peduli dengan hal itu.“Kamu nggak capek apa antar jemput aku setiap hari?” tanya Venina, ketika sore itu pria itu datang menjemputnya seperti biasa saat jam pulang kantor.“Nggak kerasa tuh capeknya. Soalnya aku senang bisa antar dan jemput wanita secantik kamu,” jawab Rio sambil tersenyum, tatapan hangatnya menyapu wajah Venina.Venina memukul lengan Rio dengan gemas, tetapi senyum kecil tak terelakkan muncul di wajahnya. “Kenapa sih kamu nggak pernah serius?”“Loh, aku serius, kok. Kamu memang cantik, Nina,” balas Rio, senyumnya semakin lebar saat melihat wajah Venina mulai memerah.Venina merasa canggung dengan pujian Rio. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain, mencoba menyembunyikan ekspresinya. Tiba-tiba saja dia kembali teringat pada Erlangga. Karena
“Bagaimana? Dia semakin tampan, kan?” suara Nadia terdengar sangat antusias ketika melihat putrinya masuk ke dapur.Venina mendengus, menyadari bahwa ibunya sedang mempermainkan peranannya. "Ibu kenapa nggak keluar, sih? Kenapa malah sembunyi di sini?" balasnya, seolah tidak mendengar pertanyaan ibunya.Nadia tersenyum, mencoba menyembunyikan kegembiraannya. "Ibu nggak mau mengganggu waktu kalian. Kalau Rio tanya, bilang saja ibu lagi sibuk," jawabnya dengan santai, mencoba menutupi semangatnya yang meledak-ledak.Venina memiringkan kepalanya dengan rasa tak percaya. Baru kali ini dia melihat ibunya sebegitu bersemangatnya saat memperkenalkannya pada Rio.“Padahal tadi Nina bilang sama dia kalau Ibu sudah sangat-sangat menunggu kedatangannya Rio Pandega
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.