Tidak ada yang tahu jika Joanna, seorang pramugari yang menjadi ikon maskapai punya pekerjaan sampingan menjadi kekasih bayaran. Malam itu, Joanna, tidak pernah menyangka, jika dia akan salah masuk ke dalam kamar yang berujung tidur dengan presdir maskapai tempatnya bekerja! Meskipun berat, Joanna berusaha untuk melupakan malam panas itu, namun, sebaliknya, Ethan, pilot dan juga presdir maskapai malah tergila-gila kepadanya!
View More“Bagaimana dengan kamar pengantin?” Joanna bingung saat suaminya mengajaknya meninggalkan hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan. Padahal, dia tahu Ethan sudah menyiapkan kamar untuk mereka dan harganya sangat mahal. Pertanyaan itu membuat Ethan menoleh. “Apa kamu ingin kita di sana?”Joanna menggeleng. “Tidak usah. Terserah kamu saja!”Ethan mengajak Joanna pergi ke kediamannya yang kini sudah resmi menjadi rumah mereka. Gerbang rumah langsung terbuka begitu Ethan tiba, seseorang langsung membukakan pintu untuk mereka setelah mobil itu berhenti di depan rumah. Ethan membantu Joanna mengangkat ekor gaun pengantin wanita itu. “Aku bisa sendiri, biar aku bawa,” ujar Joanna berusaha mengambil alih gaunnya. “Tidak usah, jalanlah dulu!”Joanna mengangguk, berkat Ethan dia bisa berjalan dengan nyaman. Wanita itu berhenti setelah melewati pintu, dia baru menyadari rumah Ethan begitu mewah sekali. Rasanya dia tidak bosan melihat furniture mewah yang ada di ruang tamu. “Joanna, seka
Jantung Joanna berdebar kencang saat dia melihat pantulan wajahnya di depan cermin setelah penata rias selesai meriasnya. Dia nyaris tidak mengenali wajahnya sendiri. Akhirnya, hari pernikahannya tiba juga. “Mbak Joanna cantik sekali,” puji penata rias itu. Joanna bahkan tidak bisa berkata-kata lagi. “Ayo, ganti gaun pengantin dulu, Mbak Joanna!” Wanita itu hanya menurut, tiga orang membantunya menggunakan gaun itu. Kini penampilannya sudah lengkap dari atas kepala sampai ujung kaki. Gaun yang memiliki ekor panjang itu melekat sempurna di tubuh Joanna. “Astaga, gaunnya cocok sekali dengan Mbak Joanna. Cantik sekali, Mbak!” puji penata rias itu lagi. Joanna tersenyum tipis. “Terima kasih.” Wanita itu tidak bisa berpaling dari cermin, meskipun gaun itu cukup berat tapi Joanna menyukai gaun itu. Desainer pilihan Ethan memang terbaik, bisa membuatkan gaun sesuai dengan permintaannya. Tok … Tok … Tok …. Suara ketukan pintu membuat semua orang menoleh ke pintu. “Sep
"Biarkan aku tetap bekerja meskipun kita sudah menikah!" pinta Joanna. Ethan terkejut mendengar permintaan Joanna, jelas dia keberatan karena itu bisa membahayakan kehamilannya. "Tidak bisa, Joanna. Aku tidak akan membiarkanmu bekerja saat hamil. Kamu fokus saja pada kehamilanmu! Aku akan cukupi semua kebutuhanmu." Joanna sama sekali tidak tergiur dengan tawanan yang diberikan oleh Ethan. "Jangan halangi aku berkarir, Ethan!" "Berhentilah keras kepala, Joanna! Kamu sedang hamil, terlalu beresiko. Kamu bisa berkarir lagi setelah melahirkan." Joanna mencondongkan tubuhnya ke depan. Sepertinya dia harus mengingatkan janji yang telah mereka sepakati sebelumnya. "Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak akan mengekang aku setelah menikah." "Ya, tapi untuk yang satu ini aku tidak bisa. Aku tidak mau ambil resiko. Keselamatanmu dan anak kita yang paling utama," tegas Ethan. Lelaki itu harap kali ini Joanna mau mendengarkannya. "Aku bisa jaga diri, Ethan. Tidak perlu khawatir!
"Kenapa kamu berikan uangnya? Kamu tahu ayah nggak akan berhenti meminta uang. Sekali dia minta dan dikasih, dia akan terus melakukannya. Uangnya hanya untuk judi dan mabuk." Joanna tidak habis pikir, padahal dia sudah melarang Ethan memberikan uangnya, tapi tetap saja lelaki itu keras kepala. Ethan menggenggam tangan Joanna, membuat wanita itu tersentak kaget. "Jangan emosi! Ibu hamil nggak boleh emosi karena nanti akan mempengaruhi kondisi janin," ujar Ethan. Joanna tersentuh mendengar ucapan Ethan. Lelaki yang dia pikir cuek dan dingin ternyata punya sisi perhatian juga. Joanna mendekat saat dia melihat Ethan memberikan uang pada ayahnya. "Kembalikan uangnya, Yah!" pinta Joanna. Dia berusaha menarik amplop cokelat dari tangan ayahnya, tapi lelaki paruh baya itu malah menjauh dan menyembunyikan uangnya di balik punggung. "Enak saja, ini uang ayah. Sekarang terserah kalau kamu ingin menikah dengan Ethan. Ayah tidak akan menghalanginya." Joanna berusaha mengejar ayahn
Ethan nyaris terlonjak saat ayah Joanna mendadak berdiri dibelakangnya. "Kita harus bicara," ujar lelaki paruh baya itu. Tanpa mengatakan apapun, Ethan mengikuti ayah Joanna. Dia sudah menyiapkan diri diintrogasi oleh ayah Joanna. Mereka duduk di ruang tunggu yang sepi karena sudah larut malam. Ethan menatap lelaki paruh baya itu dalam diam. Alih-alih berbicara lelaki itu malah mengeluarkan bungkus rokok, mengambil sebatang lantas meletakkan di atas meja. Ethan mendorong bungkus rokok itu menjauh. "Tidak merokok?" tanya lelaki paruh baya itu lantas mengepulkan asap rokok dari bibirnya. "Tidak, Om," jawabnya cepat. Ethan sedikit terganggu dengan kepulan asap rokok yang mengganggu pernapasannya. "Apa pekerjaanmu?" tanyanya sambil menatap Ethan penuh selidik. "Hanya pegawai kantoran biasa, Om," jawab Ethan asal. "Hanya pegawai kantor? Ck, pasti gajinya masih banyakan Joanna. Saya tidak merestui kalian!" tegasnya. Ethan terperangah, tidak menyangka dia dipand
“Ethan bagaimana rencanamu menikah dengan Joanna? Kapan kami melamar dia? Mama tidak sabar melihat kamu menikah dengan Joanna.” Tidak peduli putranya baru datang, Dewi langsung menodong pertanyaan yang sudah lama dia tahan. “Katakan pada mama! Biar semuanya mama yang urus.” Langkah kaki Ethan terhenti, dia menoleh ke belakang. “Di mana papa? Ada hal penting yang harus aku bicarakan pada mama dan papa.” Mata Dewi berbinar bahagia. “Apakah kamu mau bilang kalau kamu sudah menyiapkan tanggal untuk melamar Joanna di depan keluarganya?” Ethan menatap mamanya dengan wajah gusar, sungguh dia tidak ingin bercanda saat ini. “Ma, aku tidak ingin bercanda. Ini masalah serius.” Senyum di wajah Dewi langsung lenyap seketika, dia bergegas berjalan melewati putranya. “Papa ada di ruang kerja. Ayo, bicara di sana saja!” Ethan bergegas mengekor mamanya, sampai di ruang kerja dia melihat papanya kaget saat mamanya menjelaskan maksud tujuannya. “Ada masalah apa?” Lelaki paruh baya itu menatap
Joanna membulatkan matanya saat dia melihat Ethan berdiri di depan pintu apartemennya, wanita itu langsung berbalik. Namun, sayang sekali Ethan mengetahuinya. "Joanna."Ethan berlari mengejar Joanna, tidak akan membiarkan wanita itu kabur lagi. Dia berhasil meraih tangan Joanna sebelum wanita itu masuk ke dalam lift. "Lepaskan tanganku! Jangan menggangguku, Pak Ethan!""Kita harus bicara, Joanna. Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi," ujar Ethan. Lelaki itu menarik paksa Joanna menuju ke apartemen wanita itu. Dia bahkan tetap memegang tangan Joanna ketika mereka sampai di depan pintu. "Buka pintunya!""Apa yang kamu inginkan? Aku tidak ingin bicara denganmu, Pak Ethan. Semua tebakanmu itu salah," ujar Joanna. "Kamu hamil, kan? Kalau kamu tidak hamil, mana mungkin kamu kabur?" "Aku kabur karena kamu memaksaku," balas Joanna. "Aku tidak bohong, Pak Ethan. Tidak mungkin aku melakukan penerbangan saat hamil."Ethan tersentak kaget saat mendengar nada dering panggilan masuk. Dia ter
Joanna menatap selembar kertas USG dengan mata berkaca-kaca, wanita itu mulai bimbang setelah mendatangi dokter. Padahal dia sudah bertekat untuk menggugurkan kandugannya itu. Namun, setelah mendengar suara detak jantung janinnya semua keraguan itu membuatnya nyaris gila. “Aku tidak pernah menginginkan dia,” gumam Joanna sambil menyentuh perutnya. Wanita itu menyeka air matanya lantas beranjak dari kursi tunggu dokter kandungan, dia berjalan cepat meninggalkan rumah sakit itu. BRAK!Tubuh Joanna terdorong ke belakang beberapa langkah setelah dia tidak sengaja menabrak seseorang, wanita itu langsung menunduk, membereskan tasnya yang terjatuh di lantai. Dengan cepat dia memasukkan kembali barang bawaannya yang berserakan. “Maaf,” gumam Joanna sambil mengambil selembar USG dari tangan orang yang baru saja dia tabrak. Tanpa menatap orang itu, Joanna bergegas meninggalkan tempat itu. Lelaki yang baru saja ditabrak oleh Joanna terus menatap hingga Joanna hilang dari pandangan matanya.
“Apalagi keluhanmu kali ini, Ethan? Ada masalah serius?” Agnes menatap Ethan dari atas sampai bawah, jika lelaki itu sampai muncul di tempat praktiknya sudah pasti masalah serius. “Berbaringlah! Aku akan memeriksamu.”Ethan menghembuskan napas pelan, dia malah menyandarkan punggungnya di sandaran kursi lantas melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Satu alis Agnes terangkat tinggi karena Ethan tak kunjung menjawab pertanyaannya, raut wajahnya ikut panik, takut tebakannya benar. “Hei, katakan sesuatu, Pak Ethan! Apa yang kamu rasakan?”“Hari ini aku tidak mengalami mual muntah. Ini aneh sekali bukan?” Jawaban yang diberikan oleh Ethan membuat Anges melongo seketika, mendadak dia seperti orang bodoh. “Ap— Apa yang kamu katakan? Pasti telingaku salah dengar.”Harusnya Ethan merasa senang karena dia tidak tersiksa lagi, tapi dia malah merasa aneh dan dia merasakan itu saat dia bersama dengan Joanna. Dia kembali menatap Agnes, mungkin dokter pribadinya punya jawaban atas semua kebingu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.