"Mbak, jangan cuekin aku dong!" Sofie hanya melirik ke arah Rakha, sang asisten dan tanpa mempedulikannya, ia kembali fokus di depan layar MacBook-nya. Usaha Rakha untuk menarik hati atasannya itu, bukan isapan jempol semata. Tetapi, Sofie tetap pada posisinya, yaitu tidak akan pernah keluar dari batas wilayah atasan dan bawahan, baik di kantor maupun di luar. Sofie yang merupakan janda dengan satu putra ini, telah menjadi orang tua tunggal selama hampir tiga tahun dan selama tiga tahun inilah, Sofie kembali bekerja sebagai desainer interior di PT. Chokusen, yang terletak di pusat bisnis ibukota. Dalam pekerjaannya ini, Sofie dituntut untuk bekerja overtime dan di saat itulah, Rakha sang asisten selalu setia menemani hingga mengantarkan Sofie pulang ke rumah. Dalam perjalanan waktu, rasa yang dimiliki Rakha pun berkembang. Ia tidak lagi melihat Sofie sebagai atasannya, tetapi sebagai wanita yang butuh dilindungi dan dicintai. Tetapi tidak dengan Sofie yang tetap menganggap Rakha tak lebih dari asistennya. Perjalanan Rakha untuk meraih cinta Sofie tidak semudah yang ia inginkan, karena ada pihak-pihak yang tidak menginginkan keduanya bersatu, termasuk dari keluarga Rakha. Di saat itulah, Sofie mendapatkan sebuah informasi akan siapa sebenarnya Rakha, yang membuatnya memilih untuk menyingkir dari jangkauan Rakha. Namun tiba-tiba, Rakha menghilang begitu juga dengan Sofie. Kemanakah Rakha dan siapakah sebenarnya Rakha? Mengapa Sofie ikut menghilang? Apakah pengejaran cinta Rakha berakhir dengan perpisahan atau diam-diam Rakha menyusun rencana yang lain untuk memuluskan perjalanan cintanya?
View MoreSuasana makan siang Sofie nampak kian memanas dengan kehadiran Rakha. Terlebih setelah ia menunjukkan lengannya yang kekar dan penuh luka lebam layaknya seorang petarung.Sofie pun dibuat salah tingkah ketika melihat lengan Rakha yang biasanya tertutup oleh kemejanya dan dalam hatinya bertanya, "Lengannya gede amat?! Itu otot kawat, tulang besi?""Lebam sih lebam, tapi putih amaaat! Pantesan selalu pakai lengan panjang, kalau cewek-cewek lihat, auto histeris!" batin Sofie."Kha, turunin lengan kemejanya. Kamu jadi kayak muridnya Jackie Chan, nggak cocok sama muka kamu yang ...""Imuut," potong Rakha sambil mengedipkan satu matanya.Tak ayal, sabetan kain alas dinner set dilayangkan Sofie ke arah Rakha yang tergelak.Adrian pun semakin terbakar oleh api cemburu, ketika menyaksikan kehangatan yang ditunjukkan oleh Sofie dan Rakha. Tentu saja, kehangatan yang tidak pernah ia rasakan saat dahulu ketika masih berstatus suami dari Sofie."Kalian berdua buruan nikah aja, dulu kamu kan anti
"Sof, aku tahu aku punya dosa segunung ke kamu, tapi aku juga nggak sejahat itu," ucap Adrian membela diri. "Terserah. Langsung aja to the point, mau kamu apa ngajak aku makan siang?" tanya Sofie dengan ketus. "Ya cuma mau makan siang bareng. Memangnya nggak boleh? Apa jangan-jangan ada yang cemburu kalau kamu makan siang bareng aku?" goda Adrian. "Yang cemburu jelas banyak, dari dulu juga begitu," jawab Sofie santai. Adrian pun menarik nafas dan membuangnya dengan kasar, sambil menggelengkan kepalanya dan membatin, kamu memang nggak berubah, cantik-cantik jutek. "Iya deh, dari dulu yang namanya Sofie Anastasya paling banyak fansnya, tapi aku sudah lapar nih. Silahkan dibaca pilihan menunya," jawab Adrian sambil memberikan buku menunya. Tetapi, Sofie bahkan tidak melihat buku menunya sama sekali dan mendorongnya kembali ke arah Adrian, sembari berucap, "Kamu yang pesankan." "Serius? Tanpa protes, ya?" tanya Adrian. Sofie menjawabnya hanya dengan bahasa tubuhnya tanpa kata-kata
"Mbak! Ih buka-buka kaki orang!" protes Rakha.Dengan cepat, Rakha menurunkan kembali kain celananya, tapi hal itu tidak dipedulikan oleh Sofie yang masih penasaran dengan luka lebam pada tubuh Rakha.Dengan kedua lengan dilipat di dada, Sofie kembali berucap, "You are not okay, Kha. Nggak mungkin lebam seperti itu nggak sakit. Just tell me, ada apa?""Seperti yang tadi aku bilang, aku habis latihan tanding sama teman-teman aku. Teman yang biasa ngikutin aku pakai mobil hitam itu," jelas Rakha."Kamu sama yang kamu sebut teman itu, aneh banget! Mana ada latihan tanding menghasilkan lebam-lebam diseluruh tubuh!""Beneran Mbak, aku tuh biasanya kalau latihan tanding sama mereka, itu sudah seperti tawuran karateka. Semua jurus dikeluarin, semua senjata juga dipakai," jelas Rakha.Felix yang sedari tadi diam mengamati, akhirnya ambil suara, "Benar kata Sofie, kalau latihan tanding, biasanya nggak sampai lebam seperti itu. Ini sih seperti habis tawuran.""Siapa yang tawuran?" tanya Ryan y
Di malam harinya, gudang gelap itu kembali bercahaya dengan kedatangan si empunya. Para pengawal yang sedang beristirahat pun dikejutkan dengan kedatangan Ryuji. "Bangun semuanya! Kita latihan!" seru Ryuji dengan lantang. Ryuji yang tengah memegang pedang bambu di tangan kirinya, memandang ke arah pengawalnya dengan tatapan bengis, seakan ingin melumat menjadi bubur. "Ayo, ambil senjata kalian semua! Cepat!" teriak Ryuji sambil melemparkan pedang bambunya ke arah pengawalnya. Satu persatu pengawal mengambil pedang bambu yang berjajar rapi di salah satu sisi gudang dan mulai menyerang Ryuji tanpa ampun. Sebuah perkelahian yang tidak seimbang jumlahnya pun terjadi dengan sengitnya. Ryuji dengan tangan kosong berhasil melumpuhkan satu persatu pengawalnya, berbekal dengan semua jurus yang telah ia kuasai dalam sepuluh tahun terakhir. "Ayo! Hanya seginikah kemampuan kalian?! Aku tidak ingin menang! Aku ingin merasakan kekalahan! Serang aku tanpa ampun!" teriak Ryuji. Sontak sa
Wajah-wajah penasaran bercampur geli meliputi para desainer Chokusen, yang ditujukan kepada Sofie dan Rakha yang didudukkan di tengah ruangan. "Sungguh mengerikan, baru kali ini terjadi penembakan di dalam kantor, saat jam kerja." "Ini kalian serius? Bukan drakor versi kantor Indonesia kan?" Dengan tatapan sinis dan wajah jutek andalan, Sofie menjawab, "Kalian ngapain sih? Apa kurang proyek sampai harus aku dijadikan proyek?" "Lebih tepatnya, kami kurang hiburan. Buruan jawab deh! Kha, kamu seriusan nembak Sofie?" tanya Felix. Tanpa sedikitpun keraguan, Rakha menjawab, "Iya, habisnya aku dicuekin terus, kan kesel, tembak aja sekalian." Mendengar jawaban Rakha, ruangan pun kembali ramai dengan celotehan para desainer. "Wah parah nih bocah!" "Rakha udah bosan hidup." "Ya Tuhan, salah apakah diriku hingga terjebak di dalam love office seperti ini?" "Heh, bukan kamu, Mel!" "Oiya bukan ya, ih kalian bikin jealous! Aku kan pingin ngerasain love office juga!" Dengan ce
Wajah-wajah penasaran bercampur geli meliputi para desainer Chokusen, yang ditujukan kepada Sofie dan Rakha yang didudukkan di tengah ruangan."Sungguh mengerikan, baru kali ini terjadi penembakan di dalam kantor, di dalam jam kerja.""Ini kalian serius? Bukan drakor versi kantor Indonesia kan?"Dengan tatapan sinis dan wajah jutek andalan, dengan santai Sofie menjawabnya, "Kalian ngapain sih? Apa kurang proyek sampai harus aku dijadikan proyek?""Lebih tepatnya, kami kurang hiburan. Buruan jawab deh! Kha, kamu seriusan nembak Sofie?" tanya Felix.Tanpa sedikitpun keraguan, Rakha menjawab, "Iya, habisnya aku dicuekin terus, kan kesel, tembak aja sekalian."Mendengar jawaban Rakha, ruangan kembali penuh dengan suara."Wah parah nih bocah!""Rakha udah bosan hidup.""Ya Tuhan, salah apakah diriku hingga terjebak di dalam love office seperti ini?""Heh, bukan kamu, Mel!""Oiya bukan ya, ih kalian bikin jealous! Aku kan pingin ngerasain love office juga!"Dengan cepat dan santai, Sofie me
All right! Sof, are you ready for the presentation?" tanya Ryan."Siap," jawab Sofie dengan tegas."Kalau begitu, saya tunggu di Forum," ucap Ryan, yang kemudian berjalan menuju Forum."Di Forum? Ngapain disana?" tanya Sofie setengah berteriak.Ryan pun menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya, lalu menjawab, "Pokoknya saya tunggu di Forum. Oiya, sekalian nanti sama Michael dan Alex, mereka juga mau lihat.""Mateng! Ngapain Michael sama Alex pakai acara ikutan?""Sof, kamu ini memang ya. Ya jelas, mereka mau lihat. Ini kan proyek terbesar tahun ini dan kalau kamu sukses, bonus akan menanti," jawab Ryan."Saya tunggu di Forum in ten minutes," lanjut Ryan dan kembali berjalan menuju Forum.Kaki Sofie pun mendadak lemas, karena ia belum menyiapkan dirinya untuk menghadapi dua petinggi Chokusen. Berbeda dengan Rakha yang tidak mengetahui siapa dua orang yang disebut tadi."Hmm Mbak, memangnya siapa Michael sama Alex?""CEO and COO," jawab Sofie."Yuk buruan. Jangan bikin mereka nu
Malam semakin larut, perjalanan mengantarkan pulang Sofie akhirnya telah sampai di tujuan. Dengan wajah yang lelah dan menahan kantuk, Sofie masih berusaha untuk tersenyum ke arah Rakha yang senantiasa mendampinginya."Makasih ya, Kha. I owe you lots!""Don't mention it, Mbak. You owed me nothing," jawab Rakha."Jazakallah khayran. Assalamualaikum," pamit Sofie."Wa jazakillah khayr. Wa'alaikumsalam."Ketika Sofie membuka pintu pagar rumahnya, tiba-tiba sang bunda memanggilnya."Sof, minta Rakha tunggu sebentar!""Eh kenapa, Bu?"Tetapi sang bunda malah kembali masuk ke dalam rumahnya, sebelum sempat mendengar pertanyaan Sofie. Dengan hati penuh tanya, Sofie memukul jendela mobil Rakha yang masih menunggu hingga Sofie masuk."Kenapa Mbak?" tanya Rakha."Disuruh ibu tunggu sebentar. Aku juga nggak tahu kenapa," jawab Sofie dengan memberikan gestur ketidaktahuannya.Untuk itu, Rakha mematikan mesin dan menunggu di luar mobilnya. Dilihatnya jam telah menunjukkan pukul setengah sebelas, l
Di tengah kepadatan lalu lintas ibukota, dengan kepiawaiannya mengemudi, Rakha berulang kali menghindar dari sebuah kendaraan SUV berwarna merah, yang kerap mengikutinya."Dare?" lirih Rakha.Sofie yang mendengar pertanyaan Rakha itupun segera menjawabnya, "Itu sepertinya mobil Adrian.""Adrian dare?" "My ex," jawab Sofie."Hee? Ngapain dia ngikutin?" tanya Rakha."Wakaranai," jawab Sofie."Hmm Mbak, nanti kita berhenti dulu ya," ucap Rakha kemudian."Mau apa?""Kita makan malam dulu, yuk. It's my treat, I'm starving," jawab Rakha.Gomennasai, I had to lie. Sebenarnya aku nggak lapar, tapi aku nggak mau mantan Mbak ngikutin terus, gumam Rakha dalam hati."Oke, dinner yang cepat ya, Kha," ucap Sofie."Hai'," jawab Rakha cepat.Rakha segera mengarahkan kendaraannya ke sebuah area kuliner outdoor bernama The Village in Town, sebuah pujasera menjajakan aneka ragam kuliner, baik Timur maupun Barat. The Village in Town merupakan surganya penikmat kuliner karena memiliki variasi kuliner dun
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.