Akibat kecerobohannya Zoia yang merupakan pemilik wedding organizer membuat calon pengantin wanita jadi kabur. Zoia dipaksa untuk menggantikan calon istri Javas yang merupakan kliennya sendiri. Setelah menikah, Javas dan Zoia membuat kesepakatan pernikahan yang hanya berlangsung selama satu tahun. Isinya adalah: 1. Zoia harus menuruti semua keinginan Javas termasuk berhubungan seks. 2. Dilarang melibatkan perasaan dalam hubungan mereka karena ini hanya pernikahan sementara. 3. Dilarang jatuh cinta satu sama lain karena pada akhirnya mereka akan berpisah. Namun, tidak ada yang tahu kapan cinta akan datang, kan? Di luar dugaan, salah satu di antara mereka diam-diam jatuh cinta. IG Author: zizarageoveldy
Lihat lebih banyakZELINE“Ka, udah dong, Aunty capek, Naaaak …” Aku menyingkirkan tangan Bjorka. Sudah sedari tadi dia menjahiliku. Mulai dari menggelitik pinggang sampai mencubit perutku. Baru beberapa hari aku di sini tapi aku sudah menjadi korban kejahilannya. Setiap aku pulang kerja dia akan mengekor lalu masuk ke kamarku hanya untuk mengacak-acak barangku atau menggelitik dan mencubit seperti yang dilakukannya barusan.“Dia tuh mau balas dendam sama kamu karena kamu pernah jahilin dia,” kata Mbak Zoi yang masuk ke kamarku.Aku ingat kala itu pernah mengganggu Bjorka waktu dia sedang tidur hingga membuatnya menangis. Tapi kalau mau membalas aku ya nggak kayak gini juga. Masa setiap hari aku digangguin.“Kaka tega banget sama Aunty. Aunty kan cuma sekali tapi masa Kaka ngebalesnya tiap hari sih, Nak?” Aku memasang wajah sedih lalu pura-pura menangis yang membuat Bjorka tertawa.“Ka, dicariin Papa tuh, sana gih, temui Papa dulu.” Mbak Zoi mengusap kepala Bjorka sambil memintanya pergi dari kamarku.
ZELINEIni adalah hari ketujuh aku menginap di apartemen Pak Ariq. Setelah pertemuan dengan Jevin seminggu yang lalu aku memutuskan tidak pulang ke rumahnya. Aku menelepon Tante Rosella dan mengatakan menginap di rumah teman yang jaraknya dekat dengan kantor. Tante Rosella nggak masalah. Dia mengizinkan. Lagian dia nggak berhak melarang apapun yang kulakukan. Dia dan Jevin tidak tahu bahwa sebenarnya aku berada di apartemen Pak Ariq. Aku merasa nyaman berada di sana. Pak Ariq membebaskanku melakukan apa saja seakan tempat itu adalah rumahku sendiri. Hampir setiap hari Pak Ariq bercerita mengenai Mbak Zola. Mulai dari pertama mengenalnya dulu, sampai hari-hari saat kakakku itu menjadi asistennya. Bahkan sehari setelah Mbak Zola pergi ke Amerika Pak Ariq memintaku untuk meneleponnya dan ikut bicara melalui ponselku.Kebahagiaan kecilku selama berada di apartemen Pak Ariq harus berakhir. Tadi siang Mbak Zoi sudah tiba dari Semarang. Dan itu artinya aku harus kembali ke rumahnya.“Zeline
JEVINAku berhenti tepat di kawasan apartemen lalu menyesuaikan lagi alamatnya dengan yang tertera di ponsel. Nggak salah lagi. Memang ini apartemen tempat Ariq tinggal.Aku lalu turun dari mobil dan melangkah dengan cepat menuju unit apartemen Ariq.Sulit membayangkan entah pekerjaan seperti apa yang dilakukan Zeline di apartemen Ariq tengah malam begini. Yup. Sepuluh menit lagi jarum pendek akan bergerak menuju angka dua belas. Bayangkan saja, saat pergantian hari Zeline masih berada di tempat laki-laki. Dan mungkin saja hanya berdua.Langkahku terhenti tepat di depan pintu unit yang ditempati Ariq. Benar ini dia. Unit nomor sepuluh seperti yang tadi dikirim Javas.Pintu tidak langsung terbuka setelah aku menekan bel. Mungkin dua orang di dalam sana terlalu sibuk bekerja.Tanganku akan kembali terulur menekan bel ketika tiba-tiba daun pintu terkuak. Ariq muncul dan tentu saja kaget kala mengetahui kedatanganku.“Jevin?”“Riq, Zeline masih di sini?”“Masih. Dia lagi di kamar.”Sek
ZELINEPak Ariq menyetir di sebelahku dalam diam. Begitu pun aku yang duduk di sebelahnya ikut membungkam suara.Jevin dan Niken menyabotase pikiranku meski aku tidak ingin memikirkan mereka. Sedangkan Pak Ariq, aku tidak tahu apa yang saat ini mengisi kepalanya. Sudah sejak pertama masuk ke mobil tadi dia tidak mengatakan apapun. Aku yang melihat hal itu merasa dia sedang tidak ingin bicara pun memilih untuk tidak mengucapkan apa-apa.“Zel, kamu lapar nggak?” Pertanyaan itu memecah hening di antara kami. Aku memutar kepala dan mendapati Pak Ariq sedang memandang padaku. “Lumayan, Pak.”“Kamu suka burger?”“Suka, Pak.”“Dua kilometer lagi ada drive thru, nanti kita mampir di sana.”Lalu kami kembali membiarkan hening mengisi. Sejujurnya aku ingin mengobrol banyak dengan Pak Ariq agar pikiranku jauh dari Jevin. Tapi entah mengapa saat ini aku kehabisan bahan percakapan.“Tumben kamu nggak bawel.”“Eh, apa, Pak?” Aku tersentak, lantas menoleh ke samping dan menemukan Pak Ariq dengan se
JEVIN Malam ini setelah kembali dari kamar Zeline, Zach mengajakku mengobrol. Kami duduk berdua di beranda samping. Bertiga lebih tepatnya karena ada Fai juga.Fai menggelendot manja di pangkuan Zach. Anak itu memang sangat dekat dengan papanya.“Fai udah ngantuk ya?” Zach berujar pelan sambil mengecup puncak kepala jagoan kecilnya saat melihat Fai menguap. “Papa antar ke kamar yuk, Fai bobo sama Mama dulu ya, Papa mau ngobrol sebentar sama Om Jevin.”“Mau sama Papa …” Fai menolak. Ia mengeratkan pelukannya di tubuh Zach.To be honest, kedekatan dan interaksi keduanya begitu menyentuh hatiku. Tidak pernah ada dalam prediksiku jika adik bungsuku yang menjunjung tinggi kebebasan akan menikah muda dan menjadi family man seperti saat ini.“Sini sama Om aja yuk.” Aku meminta Fai dari Zach.“Sama Om Jevin ya, Nak.” Zach meminta persetujuan jagoan kecilnya.Fai menggelengkan kepala tidak ingin denganku.“Dia nggak mau, Jev. Biasanya kalau udah ngantuk dia memang begini. Maunya cuma sama gu
JEVINAku pikir ini adalah waktu yang paling tepat untuk mengungkapkannya pada Zeline. Momen seperti ini mungkin tidak akan pernah terulang lagi. Sebelum terlambat, sebelum aku benar-benar memulainya dengan Niken.Zeline yang duduk di sebelahku diam tanpa kata. Tubuhnya tidak bergerak. Dia membeku dalam bungkam. Entah sedang memikirkan jawaban dari pertanyaanku atau … entahlah.Detik demi detik berlalu dan Zeline masih betah dalam gemingnya. Aku menanti dengan tegang apa yang akan disampaikannya. Semoga rasa itu ada untukku. Semoga saat ini Zeline mash sendiri sehingga peluang itu terbuka untukku.“Zel …" Aku memanggilnya, meminta agar dia segera menjawab pertanyaanku. Zeline nggak akan pernah tahu betapa tersiksanya aku menanti.Dia masih tetap dalam posisinya. Duduk dengan tatapan lurus ke depan seakan tidak mendengar kata-kataku.Apa dia butuh waktu untuk mempertimbangkannya? Apa dia butuh pikiran jernih sebelum memutuskan untuk mengatakan iya atau tidak?“Kalau kamu butuh waktu ka
ZELINEPercakapanku dan Niken terhenti ketika Jevin muncul dari toilet lalu masuk ke mobil. Setelahnya kami langsung meninggalkan SPBU.Dalam sisa perjalanan ke rumah Niken pasangan calon pengantin itu kembali menyambung percakapan yang kali ini lebih dalam dan serius serta lebih menjurus membahas masa depan. “Jev, aku dengar katanya kamu udah resign dari pekerjaan yang lama. Itu benar?”“Iya.” Jevin menyahut singkat tanpa memandang pada Niken. Kedua matanya menyorot lurus pada jalan raya.“Jadi apa rencana kamu selanjutnya?”“Mungkin mencari pekerjaan yang baru.”“Di Indonesia tapi kan?”Aku sangat mengerti maksud pertanyaan Niken. Pastinya dia ingin memastikan jika setelah menikah nanti mereka tidak akan berpisah. Memangnya siapa yang mau berjauhan dengan pasangannya? Kalau aku berada di posisi Niken aku juga akan memastikan jika Jevin tidak akan jauh dariku.“Belum tahu di mana. Bisa jadi di Indonesia atau di luar.”“Kalau bisa di lndonesia aja ya, Jev. Kamu kan bisa kerja di ins
ZELINE“Jev, jangan …” Kudorong pelan wajah Jevin agar menjauh dariku. Namun, bukannya berhenti kecupan Jevin malah bertambah liar dan menjalar ke mana-mana. He's such a good kisser Aku tak berdaya. Pertahananku goyah. Jevin berhasil menemukan titik-titik sensitifku yang membuatku lemah.Jevin tak henti mencium setiap jengkal kulitku. Selagi bibirnya bergerak, tangannya berkelana di mana-mana. Dan aku tak mampu menghentikannya. Dia bagai memiliki medan magnet berkekuatan magis yang membuatku terperangkap.Dia kemudian melepaskan leherku dari perangkap bibirnya lalu memutar tubuhku agar mengarah padanya. Sesaat setelahnya Jevin mengambil lipstick berwarna coral dari tanganku.“Kamu mau apa, Jev?” tanyaku heran. Entah apa yang akan dilakukannya dengan kosmetikku itu.“Sssssttt!” Jevin menyuruhku diam.Pikiranku masih menerka-nerka apa yang akan dilakukannya ketika Jevin mengoles lipstick itu di bibirku. Aku diam sementara bola mataku begitu fokus memperhatikannya. Dengan jarak sedekat i
LTJ 300JEVINZeline memalingkan muka saat aku mempertemukan mata kami. Sementara Ariq yang duduk di sebelahnya masih menanti jawaban dariku.Aku baru akan menjawab, tapi Ariq lebih dulu bicara.“Maaf, mungkin pertanyaan saya terlalu personal,” ujarnya dengan senyum melengkung di bibir.“Take it easy, ini namanya Niken, dan bukan pacar saya,” terangku pada Ariq. “Ke, ini Ariq, dan di sebelahnya Zeline.” Aku mengenalkan keduanya pada Niken.Ariq mengulurkan tangannya lebih dulu yang disambut oleh Niken. Mereka saling menyebutkan nama masing-masing. Selanjutnya giliran Niken dan Zeline. Zeline tersenyum lebar dan mengenalkan diri dengan ramah pada Niken. “Zeline, Mbak. Tante Rosella udah cerita semua tentang Mbak Niken.”Niken membalas senyum Zeline lalu memandang padaku dengan sorot mata meminta penjelasan, ‘Dia ini siapa-nya kamu? Kenapa tahu tentang aku?’“Bener banget yang dibilang Tante Rosella, Mbak Niken bening dan cantik banget. Eh, aku harus panggil Mbak atau dokter Niken?” u
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.