Share

Bab 9

Setelah mendengar pertanyaan dari Jemima kedua mata Julian melebar karena tercengang. Wanita itu masih tampak menatap ke arahnya dengan penuh harap.

Berani sekali wanita ini, batin Julian dengan wajah ditekuk dingin.

“Ah, lupakan saja. Maafkan aku,” kata Jemima tiba-tiba.

“Sungguh pertanyaan yang konyol,” desahnya lagi sambil menahan tawa.

Julian hanya melirik dan masih terdiam, sesekali pria itu mengernyitkan dahinya karena bingung.

“Akh… lupakanlah pertanyaanku tadi, lagipula kita mau hidup seperti apa nanti.” Kata Jemima lagi.

“Kita miskin, kita tak memiliki apapun, meskipun sebenarnya… itu bukan masalah.” Lanjutnya terdengar putus asa.

“Ada apa dengan sikapmu?” tanya Julian karena penasaran.

Jemima melirik ke arah pria itu sambil mengedikkan bahunya.

“Kamu bilang itu bukan masalah, apa kemiskinan bukan masalah bagimu?” tanya Julian lagi.

Jemima mengangguk tegas, “tentu saja.” Jawabnya.

“Oh ya? lalu… kalau kamu miskin, mau berobat, mau makan enak, mau apapun itu, bukannya susah? me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status