Share

Episode 06

"Aku tidak bisa memastikan, Tuan Muda. Aku akan mengambil foto jejak kaki ini. Siapa tahu, kita membutuhkan bukti ini," ujar Maxim.

"Baiklah, lakukan itu. Aku akan segera pulang ke New York," ucap Ethan dengan nada lega.

"Jangan khawatir, Tuan Muda. Aku akan terus mengawasi rumah ini. Semoga kita bisa segera menemukan dalang di balik pembantaian itu," tutup Maxim dengan penuh tekad.

"Iya semoga saja, Max."

Esok harinya, Ethan segera bergegas pergi ke New York. Tetap menyamar, disebelah pipinya masih ada tahi lalat. Penyamaran Ethan ini cukup sukses sampai tidak ada satu pun yang mengenal jika pria yang selalu mengamen ini adalah seorang Tuan Muda dari keturunan Andersson.

Tak lama, Ethan sampai di Apartemen Maxim.

"Apa langkah kamu selanjutnya, Tuan Muda?" tanya Maxim.

"Aku akan menyamar jadi Cleaning Servis di Perusahaan Andersson. Bisakah kamu bantu aku, Maxim?"

"Tentu saja, aku akan membantumu."

Ethan berharap dengan cara dirinya menyamar menjadi cleaning servis bisa mengungkap para korupsi di Perusahaan Andersson Grup.

Atas bantuan Maxim, Ethan bisa bekerja untuk sementara waktu sebagai Cleaning servis di Andersson Grup. Kebetulan ada salah satu Cleaning servis yang meminta cuti, hingga Ethan bisa bekerja di perusahaan miliknya. Penampilan Ethan tidak sampai dikenali para karyawan di Perusahaan tersebut.

Sehari dua hari, Ethan masih belum bisa menemukan pelaku yang sering menggelapkan uang perusahaan.

Dan hari ini, hari kelima Ethan bekerja sebagai Cleaning servis di perusahaannya sendiri. Ethan berjalan menyusuri koridor kantor dengan langkah cepat dan hati-hati. Ia melakukannya demi mencari tahu siapa yang berencana menggelapkan uang perusahaan milik keluarganya.

Di balik seragam cleaning servis yang sederhana, ia merasa terbakar oleh keinginan untuk mengungkap dalang di balik rencana jahat para koruptor. Ia melintasi ruang manajemen, sebuah suara terdengar dari balik pintu yang sedikit terbuka.

"Tuan Louis itu sudah mati! Perusahaan diurus oleh Maxim, sedangkan Tuan Muda Make—Putra Tunggal Tuan Louis dan Nyonya Alice, kita tidak tahu di mana dia. Jadi, apa salahnya kita nikmati saja uang perusahaan?"

Ethan menghentikan langkahnya, merasa detak jantungnya berdebar kencang. Ia mendekati pintu dan mengintip, mencoba mengenali siapa yang sedang berbicara. Wajah pucat dan gemetar, ia menyadari bahwa ia telah menemukan pelakunya.

"Brengsek!" umpat Ethan.

Setelah itu, Ethan bergegas menuju ruangan Maxim. Di sepanjang perjalanan, ia sangat hati-hati. Ia takut ada yang mencurigai dirinya masuk ke ruangan Maxim.

"Ada apa Tuan Muda Ethan?" tanya Maxim terkejut saat melihat Ethan yang datang dengan nafas terengah-engah, "Apa yang terjadi?"

"Max, aku baru saja menemukan siapa dalang di balik penggelapan uang perusahaan ini," kata Ethan dengan nada serius, memegang bahu Maxim erat-erat.

"Siapa? Bagaimana kamu bisa tahu?" Maxim menatap Ethan dengan pandangan tidak percaya.

Ethan menunjukkan bukti yang berhasil ia kumpulkan. Maxim menatap bukti-bukti itu, ia tidak percaya jika orang-orang itu yang selama ini sangat dipercaya oleh Almarhum Tuan Louis.

"Bagaimana bisa mereka mengkhianati perusahaan yang telah memberi mereka nafkah selama ini?" gumam Maxim dengan suara bergetar.

"Kita harus melaporkan mereka, Max. Kita tidak bisa membiarkan mereka merusak perusahaan ini lebih jauh lagi," ujar Ethan.

Maxim menarik nafas dalam-dalam dan menatap Ethan, "Baiklah, Tuan Muda. Aku akan melaporkan kasus ini ke polisi."

Ethan tersenyum tipis, merasa lega karena ia berhasil melindungi perusahaan keluarganya.

Sore harinya, Ethan bergegas ke rumah sakit kejiwaan untuk melihat kondisi ibunya—Nyonya Alice. Namun, langkahnya terhenti ketika ia merasa ada yang mengikutinya.

"Sepertinya tidak akan aman jika aku memaksakan melihat keadaan Mama. Sebaiknya nanti saja," gumam Ethan yang langsung putar arah kembali ke lobby rumah sakit.

Ethan memutuskan untuk ke Apartemen saja. Besok, Ethan akan kembali ke kota Manhattan sebab minggu ini dirinya akan mengikuti kontes bernyanyi lagi.

***

Ethan dan Maxim duduk di atas sofa, mata mereka terpaku pada layar monitor yang menampilkan seseorang yang sedang mengawasi kediaman keluarga Andersson

"Maxim, kita harus ke sana sekarang," ujar Ethan dengan nada serius.

Maxim mengangguk, "Ayo, kita cek siapa orang ini dan apa yang dia inginkan."

Mereka berdua bergegas menuju lokasi, dan setiap malam, orang itu terus mengawasi rumah keluarga Andersson. Ethan dan Maxim bersembunyi di balik semak-semak, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Tepat saat tengah malam, Ethan melompat keluar dari persembunyiannya dan menyerang orang itu. Dia menarik kerah baju laki-laki itu, "Siapa kau? Kau pasti salah satu orang yang terlibat dalam pembantaian itu? Cepat katakan, siapa yang menyuruhmu membunuh ayahku?!" teriak Ethan.

Orang itu tersenyum sinis, "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan."

Ethan semakin marah, ia menghajar orang itu sampai babak belur, namun tetap saja, orang itu tidak mau mengaku.

Maxim mencoba menenangkan Ethan, "Tenang, Tuan Muda. Jangan sampai dia mati, jika dia mati akan sulit bagi kita mengungkap dalangnya."

"Kamu benar, Maxim."

Maxim dan Ethan akhirnya memutuskan untuk menyekap orang itu di sebuah gudang tua yang terletak tidak jauh dari lokasi. Di dalam gudang, mereka mengikat tangan dan kaki orang itu agar tidak bisa melarikan diri.

"Kau bisa bicara sekarang, atau kita akan terus menyiksamu sampai kau mengaku," ancam Ethan dengan tegas.

Orang itu menatap Ethan dengan tatapan kosong, "Aku tidak tahu siapa yang kalian maksud. Aku hanya disuruh mengawasi rumah itu. Aku tidak tahu apa-apa tentang kasus pembantaian yang terjadi di kediaman Andersson."

Ethan melotot, "Berhenti berbohong! Aku tahu kau terlibat dalam pembantaian keluarga Andersson!"

Orang itu tertawa kecil, "Kalian memang bodoh! Sudah aku katakan, aku tidak tahu apa-apa!"

"Bohong!" bentak Ethan yang kembali melayangkan pukulan tepat mengenai wajah laki-laki itu. "Jika kau bukan salah satu orang yang terlibat, untuk apa kau setiap malam memantau kediaman Andersson?" teriak Ethan yang terus melayangkan pukulan beberapa kali sampai orang itu babak belur.

"Tuan muda, tenanglah! Jangan sampai kau mengotori tanganmu! Sebaiknya kita sekap saja dia si sini sampai dia mau mengaku," ujar Maxim menahan Ethan yang akan menghajar laki-laki itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status