Share

Episode 05

Ethan dan Evellyne sedang mengamen di trotoar, tiba-tiba Evellyne teringat sesuatu dan mengeluarkan ponselnya. Ia mulai membuka sosial media dan menemukan sebuah pengumuman tentang kontes nyanyi yang sangat menarik. Hadiahnya adalah $25.000 dan kesempatan untuk dikontrak langsung oleh seorang produser musik terkenal.

"Wow! Ini keren banget kontesnya!"

Ethan langsung menoleh kearah Evellyne, "kontes apa?" tanya Ethan.

"Ethan, lihat ini!" seru Evellyne sambil menunjukkan layar ponselnya. "Ada kontes nyanyi, hadiahnya $25.000 dan bisa langsung dikontrak oleh produser musik! Kamu harus ikutan, Ethan. Kalau mau, besok aku antar kamu. Aku jemput kamu."

Ethan menatap layar ponsel Evellyne dengan mata berbinar, "Serius? Kapan audisinya?"

"Besok jam 8 pagi. Kamu harus datang lebih awal biar bisa daftar!" balas Evellyne semangat.

"Oke, semoga kali ini keberuntungan berpihak!" ucap Ethan penuh semangat.

Keesokan harinya, Ethan dan Evellyne tiba di tempat audisi. Setelah mendaftar, Ethan mendapatkan nomor antrian 85. Ethan menunggu dengan sabar hingga akhirnya tiba giliran Ethan untuk tampil.

"Halo, perkenalkan nama saya Ethan," ucap Ethan dengan percaya diri saat memperkenalkan diri di depan juri.

"Oke, Ethan, silakan menyanyi," ujar sang juri.

Ethan mulai menyanyi dengan penuh perasaan.

Suaranya yang merdu membuat juri dan penonton terpaku. Setelah selesai, tepuk tangan riuh di ruangan audisi.

"Bagus sekali, Ethan. Kamu lolos ke babak selanjutnya," ucap sang dengan senyum.

"Terima kasih," balas Ethan, dia begitu senang bisa lolos ke tahap berikutnya. Setidaknya, masih ada harapan.

Ethan dan Evellyne meninggalkan ruangan audisi dengan hati berdebar. Ethan tidak sabar untuk melanjutkan perjuangan di babak 50 besar.

"Kamu pasti jadi bintang, Ethan!" ujar Evellyne semangat.

"Terima kasih, Evellyne. Semoga saja aku bisa mewujudkan impian kita bersama," balas Ethan dengan senyum.

Ethan memiliki segalanya, seorang putra Miliarder. Bisa saja, Ethan menggunakan kekayaan orangtuanya untuk mimpinya ini. Namun, Ethan tidak mau melakukannya. Ia ingin menjadi penyanyi top atas kerja kerasnya sendiri.

"Minggu depan kamu audisi lagi, untuk masuk ke 10 besar. Harus banyak latihan ya, biar kamu lolos lagi ke tahap selanjutnya," ucap Evellyne yang terus memberikan saman.

"Pasti! Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan. Aku pasti akan berusaha menampilkan yang terbaik," ucap Ethan.

Ethan dan Evellyne berjalan keluar dari gedung audisi.

"Kamu bisa pulang sendiri' kan, Ethan? Aku tidak bisa mengantar kamu pulang ke rumah. Soalnya aku ada urusan," ucap Evellyne ketika sudah berada di parkiran.

"Oke, aku bisa pulang sendiri. Terima kasih seharian ini sudah menemani aku," ucap Ethan tersenyum.

"Iya sama-sama, Ethan."

***

Ethan mengambil ponselnya untuk menghubungi Maxim. Tak lama kemudian, suara Maxim terdengar dari seberang sana.

"Halo, Maxim," sapa Ethan. "Bagaimana kabar Mama?"

Maxim menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Nyonya Alice belum ada perubahan, Tuan Muda Ethan. Dia masih belum bisa diajak bicara. Depresi yang dialaminya tampaknya cukup parah."

Mendengar itu, Ethan merasa sedih dan cemas. "Aku sangat khawatir dengan keadaan Mama, Maxim. Jika keadaan Mama seperti ini terus, kita akan semakin kesulitan untuk mengungkap orang-orang yang sudah membunuh ayahku!"

"Aku sudah melakukan segala upaya, Tuan Muda Ethan. Tetapi, mungkin sebaiknya kamu kembali dulu ke sini, kamu pastikan saja keadaan Nyonya Alice," ujar Maxim.

Ethan menghela napas panjang. "Baiklah, aku akan kembali secepatnya. Bagaimana dengan perusahaan? Apa ada masalah?" tanya Ethan kemudian.

"Sebenarnya ada, Tuan Muda Ethan," jawab Maxim dengan nada serius. "Ada seseorang yang mencoba menggelapkan uang perusahaan. Kami sedang berusaha menelusuri siapa pelakunya."

Mendengar hal itu, Ethan langsung terkejut. "Apa? Bagaimana bisa? Jadi, kau belum menemukan siapa pelakunya?"

"Belum, Tuan Muda Ethan," jawab Maxim. "Mungkin nanti Tuan Muda bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Kami memerlukan bantuanmu."

Ethan mengepal tangannya, merasa marah atas kejadian tersebut. "Baiklah, besok aku akan ke New York. Kita harus mengungkap siapa pelakunya!"

Maxim mengangguk meski tahu Ethan tak bisa melihatnya.

Ethan menutup panggilan itu dengan perasaan serba salah. Di satu sisi, ia sangat khawatir tentang kondisi ibunya, sementara di sisi lain, ia harus menyelesaikan masalah di perusahaan. Minggu depan, Ethan harus kembali mengikuti audisi. Ethan berharap, seminggu ini dirinya bisa menyelesaikan masalah yang ada di Perusahaan Andersson Grup agar dia bisa kembali ke Manhattan, ikutan audisi lagi.

"Besok, aku akan ke New York," gumam Ethan pada dirinya sendiri, berjanji untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh keluarga dan perusahaannya.

***

Di kediaman keluarga Andersson, tepat pukul 12 malam, suasana sepi dan gelap menyelimuti rumah yang masih diberi garis polisi sejak kasus pembantaian yang menewaskan banyak korban, termasuk Tuan Louis Andersson.

Di depan rumah, terlihat seseorang tak dikenal dengan gerak-gerik mencurigakan. Meski disekitar kediaman itu dipenuhi dengan CCTV tersembunyi, namun orang itu seolah tak menyadari keberadaan kamera-kamera tersebut.

Sementara itu, Maxim yang tengah memantau situasi dari apartemennya menyaksikan kejadian tersebut melalui layar monitor. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menghubungi Ethan lewat video call.

"Ada apa, Maxim?"

"Tuan Muda Ethan coba lihat!" Maxim menunjukkan kameranya kearah layar monitor, "ada seseorang yang mencurigakan di depan rumahmu," lapor Maxim dengan suara serius.

"Apa! Coba perhatikan, orang itu sedang melakukan apa?" kata Ethan dengan nada khawatir.

"Entahlah, dia hanya berdiri di depan rumah dan melihat-lihat sekitar. Tapi aku merasa ada yang aneh," jawab Maxim.

"Max, bisakah kau kesana dan periksa?" pinta Ethan dengan nada cemas.

"Baiklah, aku akan kesana sekarang. Tunggu kabar dariku," ujar Maxim sambil mempersiapkan diri untuk berangkat ke kediaman Andersson.

Maxim menutup video call tersebut.

Sesampainya di rumah, Maxim melihat orang tersebut sudah tidak ada di depan rumah. Ia pun merasa waspada dan mencoba menghubungi Ethan kembali.

"Tuan Muda Ethan, orang itu sudah tidak ada di depan rumah. Aku tidak tahu dia kemana," Maxim melaporkan keadaan saat itu.

"Max, hati-hati. Orang itu mungkin bisa saja masuk ke dalam rumah. Jangan melakukan tindakan gegabah," pesan Ethan dengan suara serius.

"Tenang, aku akan berhati-hati. Aku akan mencoba masuk ke dalam rumah dan melihat apakah ada sesuatu yang janggal," sahut Maxim sambil memasuki rumah dengan langkah hati-hati.

Sementara itu, Ethan merasa cemas dan gelisah di ujung telepon, menunggu laporan dari Maxim. Mereka berdua sadar bahwa kasus pembantaian yang menewaskan Tuan Louis belum juga terungkap, dan kehadiran orang asing ini menambah kekhawatiran mereka.

Kemudian, setelah beberapa menit, Maxim kembali menghubungi Ethan. "Tuan Muda, sepertinya tidak ada yang janggal di dalam rumah. Tapi, aku menemukan jejak langkah kaki yang mencurigakan di lantai."

"Jejak kaki? Apakah itu jejak kaki orang tersebut?" tanya Ethan penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status