All Chapters of Takdir Cinta Seorang Prajurit: Chapter 11 - Chapter 20
43 Chapters
Bab 11
Mendengar pernyataan Gavin, keluarga Aditama sangat bahagia. Keinginan mereka kali ini tidak di bantah oleh Gavin. Mereka akan mendapatkan menantu yang memang baik dan memiliki sifat yang penyabar. Sena di nilai mampu menjadi penenang Gavin yang mempunyai sifat keras kepala. “Mama lihat kamu sangat bahagia dengan perjodohan ini Gavin. Bukankah tadi siang kamu sempat menolaknya. Ah Mama tahu, apakah karena wanita itu adalah Sena, makanya kamu tidak bisa menolak?” sindir Bu Dila yang membuat Gavin salah tingkah. Apalagi, Sedari tadi Sena terus menatapnya. “Mama tidak perlu meledekku seperti itu,” Gavin menjawab ledekan Mama dengan tenang agar gaya coolnya tidak tercemar. “Tapi sepertinya Sena akan menolaknya Pa, Ma. Karena sedari tadi aku melihat Sena terus diam. Tatapan matanya juga seperti tidak menginginkan perjodohan ini,” tambah Gavin menatap Sena. Sena merasa g
Read more
Bab 12
Saat ini mereka tengah dalam perjalanan pulang. Mobil mewah milik Gavin menerjang dataran kota Jakarta. Di dalam mobil tersebut, mereka diam tanpa mengeluarkan sepatah kata. Di dalam pikiran mereka banyak sebuah pertanyaan yang tersimpan di dalamnya. Ingin bertanya, namun mereka urungkan karena rasa canggung yang menguasai.   Tidak terasa mobil yang mereka tumpangi telah sampai di depan rumah Sena. Kedua insan yang baru saja terikat dalam perjodohan tersebut keluar dari mobil itu. Sepatah kata mereka lontarkan sebelum perpisahan sesaat.   “Terimakasih Mas sudah mengantarkan aku,” Sena memperlihatkan senyum ramah pada Gavin.   “Iya Sena,” Gavin membalas senyuman Sena. Senyuman manis yang membuat Sena semain terpesona pada Gavin.   “Besok saya akan jemput kamu untuk mempersiapkan pernikahan kita,” tambah Gavin mengingatkan Sena untuk melengkapi syarat-syarat pengajuan pernikahan, mengingat Gavin adalah
Read more
Bab 13
Hari semakin cepat berlalu. Persiapan menuju hari bahagia itu semakin dekat. Rasa lelah tidak begitu mereka rasakan karena semua persiapan sudah ada yang menghendel. Pak Arka dan Bu Dila sudah mempercayakan orang suruhannya untuk mengantur segala sesuatu. Seperti gedung, dekor, catering sampai souvenir. Sena dan Gavin hanya datang membawa badan saja untuk masalah pernikahan mereka.   Gavin dan Sena saat ini sedang mengikuti tahapan akhir serangkaian pemeriksaan dan tes dalam mengajukan syarat pernikahan yaitu Menghadap Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad untuk menerima pengarahan dan mendapatkan ijin menikah.   Banyak wejangan yang mereka terima dari Panglima Divisi Infantri. Mereka memberikan pengarahan dan gambaran kehidupan setelah menikah. Terutama kepada Sena yang akan menjadi istri seorang Abdi Negara. Istri prajurit TNI memiliki tanggung jawab yang tidak mudah. Mereka harus mendampingi kinerja sang suami dan turut berga
Read more
Bab 14
Gavin saat ini tengah memarkirkan mobilnya. Setelah tugasnya selesai di kantor, Gavin memilih pulang untuk istirahat. Badan yang sudah terasa pegal, Gavin ingin segera menuju kamarnya. Namun langkah kakinya harus terhenti ketika melihat seorang wanita sedang duduk di halaman belakang. Wanita itu duduk sambil memegang tangannya yang mengeluarkan darah.   Penasaran dengan sosok wanita itu, Gavin mengubah arah kakinya menuju keberadaan wanita tersebut. Baru beberapa langkah Gavin berjalan, Chika menabrak tubuh Gavin dari arah belakang. Tanpa meminta maaf, Chika berlari menghampiri Sena sambil membawa kotak P3K.   “Kak sini tangannya, biar aku obati,” Chika duduk di sebelah Sena lalu membuka kotak P3K untuk mencari cairan anti septik.   Mengetahui wanita itu adalah Sena, dengan langkah lebar Gavin berjalan dan segera mengambil obat itu dari tangan Chika. Di hadapan Sena, Gavin mensejajarkan duduknya dan mulai memeriksa tanga
Read more
Bab 15
Waktu bergerak begitu cepat. Hari pun cepat berlalu. Tak terasa pernikahan Sena dan Gavin sudah sampai di depan mata. Kata orang pernikahan adalah hari yang bahagia. Namun berbeda dengan yang Sena rasakan saat ini. Ada rasa yang tidak bisa ia jelaskan. Sedih, senang, takut dan ragu membuat hatinya bergejolak. Tidak lama lagi Sena akan menyandang gelar sebagai Nyonya Gavin. Menyandang gelar tersebut seperti beban tersendiri untuk Sena. Beban karena di samping Gavin adalah seorang Kapten, Gavin juga akan menjadi penerus perusahaan milik keluarganya.   Acara akad nikah akan dilangsungkan di rumah kediaman Sena dengan penghulu sebagai walinya. Sena tampil cantik dengan riasan hijab Solo. Sena sengaja memilih berhijab saat akad karena jika suatu hari kelak ia memutuskan mengenakan hijab, foto pengantinnya tetap layak untuk dipajang. Walaupun entah kapan, karena saat ini Sena belum berfikir untuk menutup auratnya dengan sempurna.   “Saudara Gavin
Read more
Bab 16
Gavin berdiri dengan gagah dan tampan mengenakan seragam dinasnya. Sedangkan Sena tampil cantik mengenakan gaun pilihannya yang dipadukan dengan anting-anting mewah berliontin berlian serta sebuah mahkota kecil yang tersemat di atas kepalanya. Lagi, Gavin menatap Sena terpesona yang bak putri dari negri dongeng.   Pesta pernikahan Gavin dan Sena sangatlah megah, dekorasi yang di penuhi bunga putih dan hijau menambah kesan elegan pada ruangan itu. Banyak tamu undangan dari kalangan para pejabat dan pembinis menghadiri pernikahan putra sulung pembisnis Arkana Elvaro Aditama tersebut.   Acara prosesi pedang pora pun di mulai, acara Pedang Pora merupakan acara yang di lakukan oleh Perwira untuk melepas masa lajang dan upacara ini hanya di lakukan satu kali seumur hidup. Kini seluruh pandangan tamu undangan tertuju pada Gavin dan Sena. Para undangan menatap takjub Gavin dan Sena karena mereka pasangan suami istri yang serasi. Gavin dan Sena berja
Read more
Bab 17
Sebuah sentuhan di pundak Gavin menyadarkannya dari lamunan. Sudah beberapa kali Sena memanggil namanya namun tidak kunjung ada respon dari Gavin. Sena telah menyelesaikan kegiatan mandinya dan berniat memanggil Gavin untuk bergantian dengannya.   “Mas melamun? Apa yang Mas lakukan dengan ponselku?” Sena menatap Gavin penuh curiga setelah Gavin tertanggkap basah sedang menggenggam ponselnya.   “Ah tidak. Hanya saja ponsel kamu terus berbunyi, saya pikir ada sesuatu yang penting. Makanya saya berniat mengangkatnya, namun ketika akan saya angkat, telfon itu sudah mati,” balas Gavin mencoba tenang saat tatapan curiga Sena.   “Baiklah. Aku sudah selesai mandinya Mas. Sekarang gantian Mas untuk mandi,” perintah Sena yang di angguki oleh Gavin.   Wanita itu kini sedang membuka lemari pakaian, di carinya mukena untuk Sena sholat. Sena melakukan sholat dengan khusyuk. Menurutnya dengan sholat, Sena merasakan
Read more
Bab 18
Membutuhkan waktu tiga jam untuk sampai di Bogor dari hotel tempat mereka menginap. Sena yang masih terlelap akhirnya di bangunkan Gavin. Dengan sedikit tepukan dibahunya sudah cukup membangunkan Sena dari tidurnya. Sepanjang perjalanan Sena memang sering tidur untuk memulihkan badannya. Sebelumnya, Sena terlebih dahulu meminta ijin pada Gavin untuk beristirahat. Dengan pengertian, Gavin memaklumi istrinya tersebut karena badan Sena kurang fit.     “Kita sudah sampai, ayo turun,” ajak Gavin pada Sena yang terlihat sedang mengumpulkan separuh nyawanya.   Sena mengucek mata agar penglihatannya lebih jelas. Setelah di rasa cukup, Sena turun dari mobil. Pengelihatan Sena seketika segar dengan pemandangan alam yang memanjakan. Kabut yang turun dan mengenai kulit, membuat hawa dingin yang menusuk. Meskipun begitu, Sena sangat menyukainya.   Tidak jauh berbeda dengan Sena, Gavin memandang pemandangan sekitar. Rasa ten
Read more
Bab 19
Sena menatap mata Gavin cukup lama. Ia mencari kebohongan pada mata itu. Namun pencarian itu tidak menemukan kebohongan pada mata Gavin. Tatapan Gavin tegas dan yakin dengan apa yang Gavin ucapkan sehingga perkataannya bisa di terima oleh Sena. “Mengapa diam? Apa kamu keberatan?” tanya Gavin karena Sena tidak kunjung membalas perkataannya. “Bukan. Hanya saja aku masih ragu dengan perasaan kamu Mas,” Sena menghindari tatapan tajam Gavin. Entah mengapa tatapan Gavin membuatnya tidak percaya diri mengatakannya. “Ragu? Apa yang membuat kamu ragu?” kening Gavin mengkerut seolah heran dengan keraguan Sena. “Pertemuan tempo hari, saat aku datang ke rumah. Wanita itu mantan kekasih kamu bukan? Rasanya tidak semudah itu kamu melupakan dia,” tebak Sena mengetahui isi hati Gavin. “Benar itu mantan kekasih saya. Dan sangat mustahil untuk
Read more
Bab 20
Tak terasa hari semakin sore, Sena dan Gavin kini sedang berbelanja di salah satu supermarket yang tak jauh dari Vilanya. Disela-sela mereka obrolan tadi, Sena menawarkan agar makan malam mereka, Sena yang memasak. Ide tersebut dapat di terima dan disetujui oleh Gavin. Kebetulan memang Gavin lebih menyukai masakan rumahan dari pada makan di luar. Kebutuhan masak yang Sena butuhkan tidak tersedia di kulkas Villa, sehingga mereka memutuskan untuk berbelanja. Tidak banyak mereka belanja, hanya keperluan untuk memasak malam dan besok pagi. Obrolan mereka di waktu berbelanja cukup ada peningkatan, di lihat dari cara bicara Gavin yang mulai ingin tahu tentang kehidupan Sena meskipun ada sedikit gengsi yang menguasai dirinya. Selesai belanja, mereka langsung pulang menuju Vila. Sena bergegas menuju dapur untuk memulai meracik bumbu. Wanita itu berencana membuat sup sapi, ayam goreng kampung dan sambal tomat. Makanan yang dibuat Sena memang terbilan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status