"Apa maksudmu, Arvan?" tanya Arvin kepada anaknya.Arvan yang mendengar pertanyaan dari ayahnya langsung terdiam. "Ayo katakan saja, Arva, kenapa kamu diam seperti itu, ayahmu bertanya, jawab cepat," ucap Beno yang kesal melihat Arvan tidak mengatakan apapun kepada ayahnya termasuk juga Kahfi anak Pasha. "Ehm, ada pengiriman barang, anak buahku mengatakan penyelundupan barang terlarang dan binatang yang dilindungi, saat ini berada di daerah terpencil ada di Italia," jawab Arvan yang menjelaskan jika ada penyelundupan di daerah tersebut."Benarkah begitu? Wah, berani sekali dia di saat semuanya sedang kacau melakukan itu. Kurang uang atau bangkrut dia, luar biasa sekali dia, masih melakukan penyelundupan, apa tidak bisa kalian gagalkan penyelundupan itu?" tanya Pasha kepada Arvan dan Kahfi. "Bisa saja Dad, kami pasti melakukannya, itu hal yang mudah, aku sudah meminta kepada anak buahku untuk mengawasi mafia ini, aku mencurigai dari dulu satu mafia yang sangat muda dan dia seumuran
Beno dan yang lainnya langsung melihat ke arah jari telunjuk Kahfi. "eh, kok hilang wanita itu! Kenapa bisa hilang, dia tadi bersama anaknya." Kahfi yang memandang ke arah Beno, Pasha, Malik dan yang lainnya. "Siapa? Wanita mana? Anak siapa? Paman, apa kamu punya anak dari wanita lain selain Cakra, Paman?" tanya Beno membuat Tuan Rosario kesal dengannya. "Jaga mulutmu, ya, cucuku sudah besar tidak mungkin aku mempunyai anak lagi. Kahfi, siapa yang kamu lihat, nak?" tanya Tuan Rosario kepada Kahfi."Wanita yang baru saja kita bicarakan dan anaknya, kakek," jawab Kahfi. Sontak saja mereka semua terkejut dan memandang ke arah di mana wanita itu berada tapi wanita itu sudah tidak ada. "Kalian tunggu sini, kami akan ngejarnya, ayo cepat kita pergi kita," jawab Malik. Pasha, Arvin dan Beno menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Malik katakan. Arvan dan Kahfi juga ikut bersama orang tuanya. Yang tinggal hanya Cakra dan Tuan Rosario yang masih berada di sana menunggu operasi Kenzo dan
Beno tidak menemukan keduanya dan pada akhirnya mereka kembali ke tempat dimana Cakra berada saat ini. Cakra memejamkan matanya, dia bingung mau katakan apa kepada Alena. "Sudah selesai?" tanya Beno yang duduk di samping Cakra. Cakra membuka matanya melihat siap yang mengajaknya bicara. Cakra geleng kepala saat Beno ada di sampingnya. "Belum, baru juga masuk dan kalian kenaoa di sini? Mana dia? Apa sudah ketemu?" tanya Cakra mencari orang yang mereka kejar tadi. "Dia sudah tidak ada, makanya kami ke sini," jawab Malik."Ya sudah, kalau tidak ada jangan dipaksa, nanti juga akan keluar, aku yakin saat ini mereka sedang merencanakan yang lain, intinya kita harus hati-hati, perketat penjagaan jangan sampai dia menyerang kita lagi, aku yakin saat ini mereka sedang menyusun rencana entah itu balas dendam atau apapun itu. Intinya, kita harus selalu waspada pengamanan jangan sampai kendor perbanyak pengawal termasuk untuk keluarga kita," ucap Cakra yang dianggukan oleh semuanya. "Bagaima
"Asal tidak ada yang membuat mereka berpisah," jawab Tuan Rosario dengan wajah sendu. "Takdir seseorang tidak ada yang tau Paman, kita sebagai manusia jangan sampai marah pada Tuhan karena takdir dari orang yang kita cintai berbeda dengan takdir orang lain, lebih baik berdoa yang terbaik, Alena pasti kuat menjalani semuanya," ujar Pasha menepuk pundak Tuan Rosario. "Ayo kita kekamar mereka, kita beritahukan kondisi Kenzo!" ajak Beno kepada yang lainnya. Beno dan yang lainnya pergi ke kamar Alena. Mereka ingin menyampaikan kabar baik dari Kenzo karena saat ini mereka yakin kalau para wanita menunggu kabar dari mereka, termasuk Mika yang terus menghubungi Malik untuk menanyakan kabar suaminya. Malik yang tidak tega akhirnya berinisiatif memberitahukan semuanya kepada Mika saat dia sampai di ruangan Mika nanti. Saat mereka masuk, Mika langsung bertanya kepada Malik. "Daddy, bagaimana suamiku, dia selamatkan?" tanya Mika dengan raut wajah yang sendu berharap Kenzo selamat. "Iya, Sa
"Apa yang terjadi saat ini akan aku perhitungkan, tidak akan aku biarkan mereka membuat anakku dan istriku juga kita semua menjadi ajang balas dendam dia, aku akan membalasnya, tapi tidak secara brutal, santai saja akan ada waktunya dia mendapatkan balasan dari aku," jawab Cakra dengan sorot mata tajam dan penuh amarah. Malik bisa melihat Cakra muda itu kembali dan bisa dikatakan kalau Cakra yang dia lihat saat ini benar-benar menakutkan. "Apa kita kalian tau siapa pelakunya?" tanya Merry. "Tau, tapi kita akan memastikannya dulu. Tidak bisa sembarangan untuk kita membalasnya," jawab Malik kepada istrinya. Merry menganggukkan kepala dengan pelan, dia pun tidak bertanya lagi, karena dia tau kalau saat ini suaminya dan suami sahabatnya ini pasti sedang merencanakan untuk melawan musuh lama mereka jadi dia tidak akan ikut campur. "Pesanku satu, jangan ada yang terluka lagi. Kalian harus hati-hati, kalau bisa tanyakan pada dia apakah tidak bisa berdamai, ada sebab kenapa dia lakukan
Mika yang selesai berbelanja terkejut karena dia belanja cukup banyak hingga keranjang yang dia bawa penuh. Mika menepuk keningnya, dia tidak menyangka kalau dia belanja sebanyak ini. "Aduh banyak sekali ini bisa bahaya, uangku hanya satu lembar saja, apa aku letak balik ya. Ais, ini semua karena dia, kenapa dia datang tiba-tiba, perusuh emang dia ini," omel Mika yang kesal dengan pria yang satunya. Mika yang sudah terlanjur berbaris di meja kasir akhirnya memutuskan untuk kembali namun salah satu kasir yang sudah menerima uang dari Alex memanggil Mika. "Mbak, mau ke mana?" tanya kasir tersebut."Mau letak ini balik tenang aja saya tahu kok di bagian mana barang-barang ini saya ambil," jawab Mika yang tersenyum karena dia malu, berpakaian seperti ini tapi dia harus meletakkan kembali barang-barangnya."Jangan Mbak, letak sini saja keranjangnya, biar kami hitung lagi pula ada giveaway jadi orang yang dapat giveaway itu adalah Mbak," jawab kasir tersebut yang membuat Mika terkejut.
Malam ini, Alex hanya menyendiri dia tidak keluar dari kamarnya, untuk saat ini dia ingin menenangkan diri agar tidak terbawa emosi. "Aku tidak percaya kepada siapapun, karena saat ini semua orang sudah membuat aku marah dan kesal. Mereka semua munafik, tidak ada yang bisa membuat diriku percaya padanya. Aku menyesal sudah percaya pada mereka," jawab Alex dengan raur wajah sendu.Alex berdiri dan membersihkan tubuhnya, dia tidak mendengar suara ibunya lagi. Sepertinya ibunya sudah pergi. Maria tidak lagi mengganggu Alex dia membiarkan anaknya itu sendiri di dalam kamar. Panggilan telepon masuk ke ponsel Alex. Alex yang baru keluar dari kamar mandi segera mendekati nakas dan melihat siapa yang menghubunginya. Saat tau yang menghubunginya adalah anak buahnya Alex segera menekan tombol hijau. "Ya, halo ada apa?" tanya Alex dengan suara dingin menjawab panggilan telpon. Alex mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya, dia mengepalkan tangan dengan erat. Alex geram ernyata mereka
Alex yang tidak terima dengan apa yang terjadi dengan keberanian yang dia miliki Alex langsung ke rumah sakit untuk bertemu dengan musuhnya. Alex menuruni anak tangga satu persatu, selama beberapa hari ini, Alex tidak ke markas karena dia sedang mempersiapkan diri untuk menemui musuhnya. Apakah Alex takut? Jawabnya, tidak.Alex tidak pernah takut sudah terlanjur mereka mengetahuinya jadi dia akan bertemu secara langsung. Maria yang melihat Alex turun menatapnya dengan tajam, dia membiarkan anaknya itu duduk dengan tenang dan Maria memperhatikan setiap tingkah laku yang Alex kerjakan. Alex duduk di tempat biasa, dia tidak memperdulikan Maria yang menatapnya. Alex dengan santai mengambil beberapa makanan yang sudah disediakan. Saat makanan Alex ingin meletakkan di piring, terdengar suara Maria."Alex, apa maumu, sebenarnya?" tanya Maria dengan tegas. Mendengar pertanyaan Maria, Alex diam dan tersenyum, dia meletak kembali sendok dan menoleh ke arah Maria. "Apa maksudnya, mau apa?"