William Mackenzie menanggalkan gelar dan jabatannya sebagai seorang Jenderal perang di Kerajaan Ans De Lou. Ia menyembunyikan identitas aslinya, memulai hidupnya sebagai orang biasa lalu menikah dengan seorang Nona dari keluarga kaya lantaran sebagai balas budi. Dikarenakan identitas yang dianggap tidak jelas itu, orang-orang kerap menghina dirinya, bahkan istrinya pun tidak menghargainya. 3 tahun berlalu, salah seorang anak buahnya mendatangi dirinya lalu memintanya kembali ke Kerajaan dengan suatu alasan. Lantas, apakah William akan menerima perintah itu? Bagaimana jika keluarga istrinya tahu jika orang yang mereka hina merupakan Dewa Perang yang dipuja-puja?
Lihat lebih banyakSang putri pun segera memutar pandang dan menatap lurus-lurus ke arah cermin. Dia lalu berkata, "Dia calon suamiku. Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang jika aku menolak kedatangannya?"Celia segera membungkukkan badan dan mengerti apa yang harus dia lakukan, "Kalau begitu saya akan meminta penjaga untuk mengantarnya masuk, Yang Mulia.""Hm," jawab Rowena singkat.Celia pun membalikkan badan dan pergi, sedangkan Rowena kembali memerintahkan para pelayan untuk merapikan kembali dandanannya. Sekitar lima menit kemudian, gadis itu pergi menemui Riley di ruang tamunya. Pemuda yang tidak duduk dan masih berdiri itu memberi penghormatan kepadanya dan hal itu justru membuatnya mengernyit.Ditatapnya wajah tampan Riley dan anehnya dia segera menyadari bila ada sesuatu yang ingin disampaikan pemuda itu kepadanya. "Pelayan, penjaga. Tinggalkan kami berdua!" Rowena memerintah.Celia tersentak saat mendengarnya, hingga dengan cepat dia membalas, "Tapi, Yang Mulia. Anda tidak boleh hanya ber
Alen segera celingukan, melihat sekelilingnya, mencoba mencari-cari keberadaan Riley. Akan tetapi, dia tetap tak menemukan keberadaan temannya itu. "Apa dia pergi? Aku tak melihatnya."James menghela napas panjang, "Astaga! Bukankah aku tadi bertanya begitu? Dia pergi tanpa memberitahu kita."Alen segera menanggapi, "Oh, sudahlah. Dia mungkin memiliki hal lain yang ingin dia kerjakan."James memilin dagunya, "Apa ini ada hubungannya dengan dua gadis itu ya?""Siapa dua gadis itu?" Alen bertanya setelah melepas sarung tangannya."Putri Rowena dan Mary Kesley. Siapa lagi dua gadis yang dekat dengan dia selain mereka?" balas James dengan nada jengkel.Alen meringis, "Oh, aku kira ada gadis lain lagi."James mengeryitkan dahi, tapi Alen cepat-cepat berkata, "Biarkan saja! Mungkin dia merasa dia harus segera menyelesaikan masalah asmaranya itu sebelum kita pergi perang.""Oh, benar. Mungkin saja begitu," ucap James yang kini terdengar cuek.Lelaki itu pun memilih untuk menunggu Riley di t
Riley bahkan ikut tersenyum saat mendengarnya."Oh, benar juga. Memiliki kemampuan di dua daerah rasanya tak buruk," sahut seorang prajurit yang tadi menyebut dirinya ahli di bagian udara.Alen pun mengangguk bersemangat, "Oh, aku memang benar."Riley menggelengkan kepalanya dan bergeser sedikit agak mundur untuk berkata, "Kau ... sejak kapan kau menjadi motivator?"Alen menyeringai dan membalas dengan nadap yang begitu sangat pelan, "Bukan seperti itu. Aku hanya tak mau pasukan kita berkurang.""Berbahaya kalau jumlah pasukan calon prajurit menjadi berkurang," tambah Alen.Riley terkekeh pelan, otaknya yang semula sedikit penuh dengan rencananya untuk mendekati Rowena itu kini sedikit bersantai.Dia pun kemudian melihat monitor lagi dan mendengar beberapa calon prajurit memilih mundur. Seketika Riley melihat ekspresi Greg dan saat itu dia yakin ada sebersit rasa kecewa yang terpancar dari wajah pria kaku itu.Tapi, Greg tidak mengatakan apapun mengenai mundurnya mereka. Begitu waktu
Setelah Mary mengatakan sebuah ide yang membuat Riley termenung, gadis itu pun meninggalkan area itu secepat yang dia bisa. Dia tidak ingin ada gosip yang bertebaran hingga membuatnya mendapat masalah.Riley segera mengacak rambutnya karena frustrasi. "Kenapa harus seperti ini?" gumamnya jengkel.Dia bukan orang yang akan memanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri. Akan tetapi, dia membuat dirinya menjadi lebih baik dengan berkata, "Oh, ini bukan untuk kepentinganku. Ini kulakukan untuk membantu menemukan cara lain melindungi kerajaan ini."Dengan pemikiran seperti itu, dia pun memantapkan diri untuk menemui Rowena Wellington setelah dia selesai berlatih secara intensif. "Kau dari mana saja?" James bertanya begitu dia melihat Riley kembali."Dia tidak patah hati kan?" Alen memasang ekspresi prihatin.James mendengus, "Dia dan Mary Kesley belum memiliki status yang jelas. Seharusnya Mary tidak perlu sampai merasa buruk.""Hei, wanita itu adalah makluk yang paling rumit, jadi
Dengan begitu mudahnya Mary Kesley bisa menebak arah tujuan Riley Mackenzie. Gadis itu pun menggelengkan kepala, "Kau tidak bisa masuk ke dalam sana."Mata Riley pun melebar dengan sempurna. Dengan nada penuh rasa kecewa dia bertanya, "Kenapa tidak bisa?"Mary mendesah dan menjelaskan, "Diperlukan kartu identitas kerajaan untuk bisa masuk."Riley pun hanya bisa mengeluh, "Kenapa dipersulit seperti itu?""Peraturannya memang seperti itu. Tapi, tenang saja. Begitu kau memiliki kartu itu, kau bisa masuk kapanpun kau mau," jelas Mary.Riley tersenyum masam, "Aku sangat membutuhkan informasi itu hari ini, Mary.""Yah, maka kau terpaksa harus mengubur rasa penasaranmu itu," balas Mary.Riley mendengus jengkel. "Ini bukan soal rasa penasaran, tapi ini tentang pengetahuan yang mungkin akan membantu dalam perang."Oh, seketika Mary merasa kesulitan menghadapi putra dari sahabat ibunya itu. Gadis itu mendecakkan lidah dan berkata, "Riley, kau baru menjadi calon prajurit. Kau tidak perlu melaku
"Dia hebat, sangat hebat," puji James sambil manggut-manggut sembari terkekeh.Alen menanggapi, "Kau kalah darinya soal ini. Oh, tapi ... kau memang selalu kalah dari Riley.""Alen Smith, kenapa lidahmu tajam sekali?" balas James yang langsung memasang wajah cemberut.Alen hanya tertawa kecil karena puas telah mengejek pria muda itu. Tapi, tawanya langsung berhenti ketika menyadari sesuatu. "James, tunggu dulu!""Kenapa lagi?" James bertanya dengan ketus."Riley sudah menjadi calon menantu raja dan hampir seluruh penghuni istana ini sudah mengetahuinya. Lalu ... bagaimana jika ada yang bergosip tentang dia dan Mary Kesley?" ucap Alen.Mendengar hal itu, James bukannya bingung tapi malah tertawa terbahak-bahak. Tawanya tidak berhenti, bahkan ketika Alen sudah melotot kepadanya. "Kau senang sekali kalau temanmu mendapat masalah!" ucap Alen sembari tersenyum kecut.James mengangguk dengan penuh semangat, "Ini adalah salah satu hiburan paling menyenangkan. Percayalah, masalah asmaranya i
"Besok pagi," Greg menjawab dengan tanpa mengalihkan arah pandangannya pada dua calon prajurit yang paling menonjol di antara yang lainnya.Sungguh, rasa terkejut itu langsung menyergap Riley dan James."Besok pagi, Komandan? Bagaimana bisa kami meningkatkan kemampuan kami dalam waktu satu malam?" tanya James yang kini raut wajahnya terlihat syok meskipun Greg bisa menilai tak ada rasa takut di sorot mata pemuda itu.Greg hanya membalas, "Tidak ada yang tidak mungkin. Lagipula, ini adalah perang yang tidak pernah diprediksi sebelumnya. Kita tidak memiliki cukup banyak untuk mempersiapkan diri."Perkataan Greg Sehel sudah cukup membuat hampir seluruh calon prajurit dengan usia sangat muda merinding. Akan tetapi, ternyata tak ada satu pun dari mereka yang memilih mengundurkan diri dan pulang.Salah seorang calon prajurit berkata, "Aku sudah sampai sejauh ini. Mana mungkin aku pulang?""Orang tuaku akan membunuhku kalau aku pulang karena takut pergi ke medang perang," sahut yang lainnya.
Riley Mackenzie tidak bisa memberikan tanggapannya karena terlalu terkejut. "Oh, jangan menampilkan ekspresi kakumu itu, Wood!" James berkata dengan mengernyitkan dahi.Riley hanya mengangkat bahu, masih terlihat enggan merespon ucapan James.Sementara itu, terlihat begitu banyak para calon prajurit yang memperlihatkan ekspresi seperti ingin pulang.Seorang pemuda yang berasal dari asrama satu bernama Seamus Fork telah mengangkat tangan."Ada apa, Nak? Apa yang ingin kau tanyakan?" Greg bertanya dengan senyuman menyebalkan.Seamus memiliki kulit putih yang sangat pucat, tapi pengumuman yang disampaikan oleh Greg tadi membuat kulitnya terlihat jauh lebih pucat daripada sebelumnya.Dengan bibir bergetar dia bertanya, "Anda serius mengirim kami ke medan perang, Komandan?"Senyum di bibir Greg seketika lenyap, "Apa aku pernah bercanda mengenai hal seperti ini, anak muda?"Seamus ternganga, tapi dia segera mengontrol diri dan bertanya lagi, "Tapi, Komandan. Kami ... hanya calon prajurit.
Tersinggung karena dituduh takut, salah satu dari mereka berkata, "Takut? Astaga, untuk apa kami takut?"Alen tetap tersenyum, "Baiklah, kalau begitu tunggu saja nanti di seleksi selanjutnya."Akan tetapi, pemuda bernama Michael Hickson yang terlihat menjadi pemimpin kelompok anak-anak muda itu berkata, "Apa ada jaminan kalian tidak akan curang?""Curang? Bagaimana bisa disebut curang ketika tak ada yang mau aku di sini?" James berkata tanpa menoleh.Riley meringis.James dengan santai melanjutkan, "Percayalah! Hampir semua orang di sini ingin mengirim aku pulang. Mungkin, kalau bisa justru mereka yang curang agar bisa menyingkirkan aku, bukan aku."Michael tak bisa membalasnya.Sedangkan temannya yang lain masih berujar, "Oh, bisa saja ayahmu masih memiliki orang yang setia terhadapnya. Jadi, orang itu membantumu di sini."Oh, James sudah tidak tahan. Alen pun juga tak ingin menahan James lagi karena dia tahu James berhak membela dirinya. "Apa katamu? Orang kepercayaan ayahku?" Jame
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.