“Oh ya ampun! Itu memang benar, ya itu karena tempat ini... ah bagaimana menjelaskannya ya? Kamu bisa tanya pada Akira soal itu. Aku gak bisa jawab!” jawabnya dengan ekspresi sedih.
“Ya tidak apa jika kamu tidak bisa menjawabnya. Sekarang dia dimana ya?”
“Mungkin dia di ruang kerjanya, tapi kita gak boleh kesana. Dia ingin berkonsentrasi sendirian, kita bisa menunggunya disini. Bagaimana kalau kita duduk dulu? Ya nanti Akira juga akan kesini lagi!”
“Ya baiklah jika begitu, tidak masalah!”
Kemudian aku dan Aresha duduk di sofa. Sofa ini sangat empuk dan nyaman. Warnanya juga cerah, dan ada bunga mawar di atas mejanya.
Sembari duduk, aku memperhatikan seisi ruangan ini dan berbincang dengan Aresha.
“Aresha, kamu tinggal sama siapa disini?”
“Ya aku tinggal sama ayah dan kakak”
“Ibumu?”
“Oh ibu, kata ayah sih ibu ada. Hanya saja kami belum diperbolehkan bertemu dengan ibu. Ayah bilang, ayah akan mencari ibu dan membawanya kembali”
Mendengar jawaban Aresha begitu, aku pun berpikir tentang keluarga ini. Ya sepertinya keluarga ini memiliki masalah soal keluarga dan itu artinya aku tidak boleh terus mempertanyakan soal keluarga ini. Aku harus bertanya tentang hal yang lain dan harus lebih menarik daripada soal keluarga.
“Aresha, rumah ini sangat luas ya? Interiornya juga menarik, semuanya bergaya klasik. Ah, ya aku ingin sekali cepat pulang. Tapi kalau ke apartemen tentu sangat bahaya. Apa aku boleh tinggal disini semalam? Besok, aku akan pulang!”
“Ya tentu saja, aku sangat senang kalau kakak tinggal disini.”
“Dimana ayahmu? Aku harus meminta ijin padanya untuk tinggal disini kan?”
“Ya tentu, tapi jangan khawatir tanpa bertemu pun ayah sudah pasti mengijinkan kakak tinggal disini”
“Hah, begitu? Tapi kan tidak sopan jika tidak meminta izin langsung”
“Tidak apa, tidak masalah. Ayahku tidak bukan pria pemarah, dia penyayang.”
“Ya baiklah jika begitu. Apa pria yang kutemui tadi itu akan lama di ruang kerjanya?”
“Siapa maksudmu? Akira kah?”
“Ya begitu lah!”
“Ya sepertinya, kamu boleh beristirahat di kamar. Ayo aku antar kamu ke kamarmu dulu, besok pagi bicara lah dengannya”
“Ya baiklah, aku juga sudah lelah!”
Putri Aresha pun menunjukan kamarnya padaku, aku mengikuti langkahnya dari belakang. Kami berdua menaiki tangga hingga tiba di sebuah kamar yang luas.
“Ini adalah kamarmu, ya kebetulan kamar ini kosong dan baru saja dibersihkan. Jadi kamu bisa tidur disini.”
“Ya terima kasih, kamar ini sangat luas ya?”
“Ya, begitulah. Ada kok kamar yang lebih luas, mau aku tunjukan?”
“Ah, tidak. Ini saja sudah cukup. Aku sangat lelah, aku tidur disini saja. Disini aman kan?”
“Ya tentu saja, memang siapa yang akan mengganggumu? Disini tidak akan ada yang berani mengganggumu!”
“Ya baguslah kalau begitu, aku istirahat dulu ya? Selamat malam, Aresha!”
“Malam, An. Tidur yang nyenyak ya?”
“Ya!” jawabku segera membaringkan tubuh di kasur yang empuk, lalu kupejamkan mataku dan tertidur dengan lelap namun tetap terjaga.
Sementara itu di ruang utama, dua pria telah menunggu kedatangan Aresha yang telah mengantar gadis itu pergi ke tempat tidurnya.
Aresha yang baru tiba di ruang utama langsung mendapatkan beberapa pertanyaan dari dua pria yang telah menunggu.
“Jadi, apa dia sudah tidur?” tanya seorang pria yang tidak lain adalah pria yang telah ditunggu oleh An. Ia adalah Akira, pria yang mengikutinya dari apartemen dan membawanya kemari.
“Ya sudah, dia terus menanyakan tentangmu. Memang apa yang kamu lakukan tadi bersamanya?”
“Aku tidak melakukan apapun!”
“Hei, apakah benar itu adalah dia?”
“Ya tentu saja, kenapa? Apa kamu pikir aku telah salah membawa orang kemari?”
“Ya aku pikir begitu, lihat saja penampilannya apakah dewi kehidupan itu berpenampilan seperti itu?”
“Hah, kamu memang suka merendahkan orang lain. Jangan pernah menilai dirinya hanya dari segi penampilannya saja, aku sangat yakin jika itu memang dirinya. Aku tak pernah lupa dengan ikatan mimpi dengannya.”
“Ya, baiklah. Aku percaya padamu.”
“Lalu bagaimana dengannya? Dia terus menanyakan tentangmu loh! Dia bilang mau bicara denganmu, dia mau mengatakan terima kasih dan sepertinya besok pagi dia akan pergi meninggalkan tempat ini”
“Hah, kalau begitu cegah dia untuk tidak pergi dari sini. Ajak dia jalan- jalan mengelilingi kota, belikan dia sesuatu yang dia mau. Buat dia penasaran dengan negeri ini sedikit, ya dengan begitu dia akan tetap tinggal disini kan?”
“Ya ampun, memang kamu pikir dia gadis seperti itu? Dia tidak akan seperti itu!”
“Kita lihat saja, dia akan menyukai jalan- jalannya denganmu. Aku yakin itu!”
“Terserah kamu saja, aku akan melakukannya besok pagi!”
“Ya, baiklah” ucap Akira seperti tidak peduli, tetapi Putri Aresha berpendapat berbeda dengan Akira.
Tak terduga oleh Akira, Putri Aresha dengan cepat menghampirinya dan menatapnya dengan tatapan tajam.
“Kamu serius? Kamu akan kehilangan kesempatan bersamanya loh jika aku yang menemaninya!” ucap Aresha menatap Akira sangat dekat, lalu Aresha melangkah mundur.
Akira yang mendapat tatapan itu kaget, dirinya tak dapat bergerak. Pikirannya pun tertuju pada perkataan Aresha. Apa yang diucapkan Aresha ada benarnya. Akira pun menarik napas panjang, ia melihat ke arah Aresha lalu menjawab “Ya aku tahu, tapi jika ia melihat aku begini apa ia tidak ketakutan? Kamu harus mengingat sesuatu, kita ini bukan manusia!”
“Ya benar juga sih, tapi kan tampangmu itu tampan. Kenapa dia jadi takut?”
“Ah, ya ampun! Aku sudah melihatnya hampir ketakutan melihatku tahu!”
“Kapan?”
“Saat aku menjemputnya dan membawanya kemari. Aku pergi meninggalkannya karena dia masih ketakutan, aku tidak mau membuatnya sampai jatuh pingsan. Maka dari itu aku memintamu untuk menemaninya!”
“Akira, ya aku mengerti sekarang. Aku dan Aresha akan menemaninya besok, kamu persiapkan saja dirimu baik- baik. Ya, nanti akan ada waktunya juga untukmu bertemu dengannya. Kami berdua tidak mungkin terus menemaninya” ucap Yasashi.
“Kenapa? Bukankah akan lebih baik kalian berdua menemaninya, dengan begitu dia akan menerima kalian kan?”
“Ya benar sih, tapi dengan begitu pula ia akan menaruh hatinya padaku!” ucap Yasashi tersenyum manis.
Ucapan Yasashi tidaklah lucu bagi Akira, justru Akira di buat kesal dengan ucapan itu.
“Apa maksudmu?” ucap Akira sembari berdiri dan mengepalkan tangannya.
Spontan Yasashi tertawa kecil, “Hahaha.... kalau begitu beranikan lah dirimu untuk menerima dirimu apa adanya. Jika memang takdir seperti itu maka tidak akan ada yang menghalangi kalian berdua kan?”
Akira pun berhenti marah pada Yasashi, Akira kembali duduk di sofa. Ia tersenyum manis dan kala tertawa kecil.
“Ya baiklah- baiklah. Urus saja dia dulu dengan baik, jangan biarkan di pulang lebih cepat!” ucap Akira memutuskan.
Putri Aresha dan Pangeran Yasashi tersenyum manis. Mereka menyetujui keputusan ini sekarang.
“Kapan?” “Saat aku menjemputnya dan membawanya kemari. Aku pergi meninggalkannya karena dia masih ketakutan, aku tidak mau membuatnya sampai jatuh pingsan. Maka dari itu aku memintamu untuk menemaninya!” “Akira, ya aku mengerti sekarang. Aku dan Aresha akan menemaninya besok, kamu persiapkan saja dirimu baik- baik. Ya, nanti akan ada waktunya juga untukmu bertemu dengannya. Kami berdua tidak mungkin terus menemaninya” ucap Yasashi. “Kenapa? Bukankah akan lebih baik kalian berdua menemaninya, dengan begitu dia akan menerima kalian kan?” “Ya benar sih, tapi dengan begitu pula ia akan menaruh hatinya padaku!” ucap Yasashi tersenyum manis. Ucapan Yasashi tidaklah lucu bagi Akira, justru Akira di buat kesal dengan ucapa
Perlahan- lahan kami tiba kota dengan pemandangan yang menarik dan menakjubkan. Kereta kuda ini berhenti, aku pun bergegas keluar bersama Aresha. “Wah, menarik sekali! Apa nama kota ini?” tanyaku padanya. “Ya tentu saja seperti kataku, sangat menarik kan? Nama kota ini adalah Kota Flower” “Apa? Kota Flower?” tanyaku terkejut mendengar nama kota ini, aku merasa tidak asing dengan nama kota ini. Nama kota ini mirip dengan nama kota dalam novel karanganku. “Ya, Kota Flower.” “Oh, apakah mereka semua sedang melakukan festival?” “Festival? Tidak, tidak ada festival di bulan ini. Kenapa kamu bertanya tentang festival?” “Ah ya karena k
Aku pun mulai mengeluarkan handphone dari dalam tasku, lalu mulai menghubungi ibuku. Deringan telpon berbunyi, menunggu beberapa saat untuk terhubung yang tidak lama kemudian telponku diterima oleh seseorang yang tidak lain adalah ibuku. “Hallo, An!” Aku mendengar suara ibu, aku merasa senang bercampur sedih. “Ibu, ini aku An. Aku ingin bicara dengan ibu. Apa ibu punya waktu sebentar untukku?” “An! Syukurlah kamu baik- baik saja, dimana kamu sekarang? Ibu harap kamu tidak kembali. Jangan pernah kembali kemari An. Pergi lah sejauh- jauhnya, jangan pernah kembali An” ucap ibu dengan nada bicara senang bercampur sedih. “Ibu, apa yang terjadi? Katakan padaku, apa yang terjadi?”
Aku yang mendengar ucapan perempuan itu sontak kaget, aku mulai berpikir sesuatu telah menimpa keluargaku disana. Aku berpikir perempuan ini telah membunuh keluargaku. Sontak aku langsung syok, dan menangis. Aku tidak langsung mematikan ponselku, melainkan segera menyimpan rekaman perbincangan yang kudengar lewat ponsel ini. Ponselku selalu melakukan hal otomatis saat menghubungi seseorang. Ponselku telah mengatur rekaman ini sejak awal, dan aku secepatnya menyimpan rekaman ini lalu mengakhiri komunikasi ini. Aku tidak boleh panik dan menduga berlebihan tentang keluargaku, aku pun secepatnya meminta bantuan orang lain yang tidak lain adalah tetanggaku yang dulu, dan kini dia sudah pindah tetapi aku masih menyimpan ponselnya saat aku masih serumah dengan ibuku. Aku pun mengirimkan pesan padanya, “Pagi Bibi Mei, ini aku An. Aku baik- baik saja disini. Aku ingin meminta bantuan bibi, bisakah bibi datang ke r
Dedaunan kembali berjatuhan. Sementara di atas pohon besar ini, diriku telah melihat siapa yang membuat getaran hebat dan hampir membuatku jatuh dari pohon ini. dia tidak lain adalah seorang laki- laki yang memukul pohon dengan sekuat tenaganya, bersama ketiga teman pria. Dia melakukannya lagi, dan aku tidak bisa bertahan dengan baik. Aku terlepas dari pengganganku, dan aku terjatuh dari atas pohon bersamaan dedaunan yang berjatuhan. “Aaaaa......!!!” teriakku dengan ketakutan yang hampir membuatku mati. Aku pikir jatuh dari pohon itu akan membuatku mati, tetapi kenyataannya tidak. Aku jatuh dan menimpa seseorang di bawah. “Brukk!” suara jatuh diriku menimpa seorang pria di bawahnya. Terjatuh menimpa pria itu dengan posisi berada diatas tubuhnya, karena jatuh dari poh
Aku pun segera meminum air pemberian pria ini. Segar dan sejuk, dan aku mendapatkan energiku lagi. Itu lah yang aku rasakan setelah meminum air ini. Aku merasa lega dan kesadaranku kembali. Setelah terasa cukup untuk minum, aku segera mengembalikan minuman ini pada pria itu.“Ini, terima kasih
Brother kedua pun berucap, “Brother, kamu mau kemana?”“Ya pulang lah, kenapa harus terus disana? Apa tidak ada tempat lain?”Dua brother pun segera menyusulnya, sembari berjalan brother kedua berucap “Younger brother, saya dan brothe
“Hei, apa kamu baik- baik saja? An...An!”Aku tertegun dalam lamunan, melihat Kazexian sesaat lalu berucap “Ya, ada apa? Maaf!”