Suara ledakan keras yang di timbulkan benda itu memekakkan telinga Alena dan Bagus.
Dengan cepat Alena meloncat untuk berlindung, air yang tadi ada di dalam baskom membasahi tempat itu.
Benda yang ada di dalam air itu meledak tidak meninggalkan sisa sedikitpun, seperti menguap di udara benda itu menghilang begitu saja.
Alena yang keluar dari balik kursi karena berlindung menggelengkan kepalanya menyaksikan benda di hadapan mereka itu meledak tanpa sebab.
Begitu dia bangkit dia melihat di pintu seperti ada kelebat orang berlari meninggalkan runah kediamannya.
Dengan cepat Alena berlari menuju pintu dan mengejar ke arah bayangan orang tersebut hilang.
Cukup lama Alena mengejarnya namun sampai di ujung lorong yang tak jaih dari rumahnya dia tidak menemukan orang yang dia kejar.
Merasa kesal karena orang yang dia kejar tidak dapat di temukan,
"Mbak, gawat kenapa mbak?" tanya Alena di telpon."Warga mengamuk tanpa sebab, pasukan kewalahan menghadapinya kami sudah mendatangkan pasukan cadangan namun belum bisa menangani situasi," jelas Mbak Devi dengan napas yang memburu sama seperti Kapten Japar."Kalau begitu ada baiknya bawa mundur pasukan, dan adakan penjagaan di luar lokasi warga mengamuk, sambil selamatkan warga yang tidak mengamuk," jelas Alena lagi."Ini sedang kami upayakan, kamu di mana?" tanya Mbak Devi."Aku sedang menuju pusat kota, dimana lokasi warga mengamuk?" tanya Alena."Sekarang hampir di semua wilayah kota warga mengamuk, kita harus mencari solusinya," jawab Mbqk Devi."Baik mbak, aku menuju ke pusat kota membantu menangani wilayah itu," jawab Alena sambil mematikan hanphonenya.Dengan cepat Alena bersandar dikurdi penumpang mobil yang di kemudikan Bagus, se
Alena yang sudah bersiaga, dengan cepat membungkus dirinya dengan sinar berwarna merah terang.Ketiga lawan melihat tubuh Alena terbungkus sinar merah terang sejenak terkesiap namun tetap nekat meneruskan serangannya.Ketika tubuh ketiga orang itu menghantam cahaya terang yang membungkus tubuh Alena dalam sekejap ketiga tubuh itu terbanting kebelakang."Sudah aku bilang kalian tidak ada apa-apa sebab kalian tidak lebih dari kacung, namun kalian masih nekad menyerangku," ejek Alena melihat ketiga orang itu terbanting.Mendengar ejekan Alena dengan cepat ketiga penyerang tanpa memperdulikan rasa sakit dari hantaman Alena segera bangkit dan kembali menyerang Alena.Namun kali ini Alena memakai Cahaya merah yang berbentuk tali namun pada ujung cahaya itu berbentuk lancip.Lawan yang menyerang Alena begitu tali cahaya tersebut bergerak segera berhamburan untuk men
Kota Palembang malam itu terlihat sepi dikarenakan banyak penduduk yang berada di dalam rumah, sebab hujan deras sepanjang sore melanda kota itu. Walaupun begitu masih banyak penduduk yang berada di luar rumah karena kesibukan pekerjaan yang mereka lakukan. Saat hening di Kota Palembang di karenakan hujan yang habis mengguyur kota itu, tiba-tiba di langit terlihat cahaya terang yang memenuhi angkasa. Cahaya itu memenuhi angkasa membuat penduduk yang masih berada di luar seketika mendongakkan kepala mereka ke langit. "Cahaya apa itu, jangan-jangan ada meteor yang jatuh di kota ini," Sarmin seorang penjual rokok keliling berkata kepada kawannya. "Entahlah, semoga saja bukan pertanda kalau kota kita sedang di serang oleh makhluk luar angkasa, seperti yang sering di katakan di berita," Jawab kawannya cuek sembari masih memakan sisa kacang rebus. "Cahaya itu seperti menuju bangunan gedung yang baru di buat," Jawab kawan Sarmin yang lain.
Amor segera memarkirkan mobilnya di garasi yang ada di samping rumahnya, sebelum membuka pintu mobil dia berkata kepada Alena."Untuk sementara kamu bisa menginap di sini, sampai kamu tahu kemana kamu akan pergi," Amor berkata pada Alena.Alena segera mengikuti Amor turun dari mobilnya, dia memperhatikan seluruh bagian yang ada di rumah itu.Pembantu Amor datang menghampiri untuk membantu Amor membawakan barang-barangnya."Bik Suti siapkan kamar tamu, dan tunjukkan Alena kamar itu, sementara dia akan menginap di sini," Amor berkata tegas."Baik non, mari non Alena bibik tunjukan kamarnya," Bik Suti berkata kepada Alena."Waduh cantik sekali, pasti sahabat non Amor di kantor ya?" Bik Suti berkata kepada Alena sewaktu mereka berjalan."Bukan bik, nemu di jalan," Jawab Alena sekenanya."Ahh non bisa saja, masak secantik ini nemu di jalan," Jawab Bik Su
Tubuh Amor tergolek lesuh di kasur, matanya terlihat sayu, mata yang biasanya bercahaya nampak redup seperti hilang cahaya hidup.Sementara orang-orang yang mengangkat tubuhnya tadi satu persatu pergi, sekarang hanya tinggal satu laki-laki di sana.Alena yang melihat pria itu segera tahu kalau orang yang tersisa ini merupakan pacar dari Amor yang kemarin dia lihat di dalam pikiran wanita itu."Kamu pasti Riki pacarnya Amor," Sapa Alena kepada pria itu."Iya," Jawab Riki yang bingung melihat Alena sebab dia belum pernah melihat wanita ini."Aku saudara Amor yang baru datang," Jawab Alena yang melihat kebingungan di wajah pria itu."Oooo," Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Riki."Apa yang terjadi dengan Amor, apakah sudah di bawak ke dokter?" Tanya Alena kepada Riki."Itulah yang membuatku bingung, kami sudah membawanya ke dokter namun kata d
Setelah bunyi ledakan keras di atap, air yang berada di dalam botol nampak bergoyang-goyang.Berapa tetes air ada yang tertumpah membasahi lantai rumah, melihat air yang ada di dalam botol bergoyang seperti mendidih, Alena yang dari tadi duduk santai berdiri dari duduknya.Tangan kanannya terangkat ke atas kemudian dengan cepat tangan yang terangkat ke atas itu menarik ke bawah.Bukkk!Terdengar bunyi tubuh tak kelihatan jatuh di hadapan mereka, setelah bunyi suara terjatuh kedua tangan Alena terbentang kesamping.Tangan itu bergerak bertemu di atas kepalanya seperti menepuk sesuatu, dari empat penjuru rumah secara ajaib air yang berada di dalam botol melesat cepat membentur tubuh tanpa wujud.Dalam sekejap di tempat itu terlihat satu sosok tubuh yang berdiri dengan raut muka seram dan seluruh tubuhnya berwarna hitam."Jin gompalda ternyata kalian tidak berubah, mas
Suasana yang hening di dalam kamar Amor tiba-tiba di hancurkan oleh suara kaki berjalan cepat di ikuti suara bantingan pintu kamar.BRAKKKK!Riki masuk ke dalam kamar dengan muka pucat, begitu sampai di dalam kamar dia langsung mengambil botol air mineral di meja dan menenggaknya."Ada apa?" Tanya Amor yang kaget melihat kelakuan Riki.Berbeda dengan Amor yang kaget di pihak lain Alena hanya tersenyum saja melihat kelakuan Riki.Seakan-akan dia sudah tahu apa yang menimpa dan di di alami oleh Riki yang tadi dia suruh menyiramkan air pada sebatang pohon."Api besar menghantam pohon," Jawab Riki dengan napas memburu."Biarkan saja, itu serangan balasan dari si dukun karena kekuatannya berhasil di patahkan, serangan itu membentur pohon tempat air di siramkan sebab air itu menjadi alamat rumah ini secara gaib," Jelas Alena.
Mendengar Bik Suti berteriak dengan kencang, Riki buru-buru memarkir mobil Amor yang dia kendarai.Begitu mobil berhenti Alena dan Amor langsung berlari mendekati Bik Suti yang meringkuk ketakutan di dekat pagar rumah.Dengan cepat tangan Alena mengusap kepala Bik Suti yang mengirimkan kekuatan yang bisa membuat Bik Suti merasa tenang."Ceritakan apa yang terjadi bik," Alena berkata lembut kepada Bik Suti."Anu non, di dalam ada keanehan yang Membuat bibik merasa takut," Jawab Bik Suti yang sudah merasa tenang."Keanehan bagai mana bik?" Tanya Alena lagi dengan lembut."Di dalam tiba-tiba tercium bau busuk yang menyengat di sertai suara seperti menggembor marah, namun bibik tidak melihat apapun, makanya bibi ketakutan dan berlari keluar rumah," Jawab Bik Suti dengan tubuh gemetar."Sudah sekarang bibik tenang saja," Jawab Amor yang