Share

Kuntilanak Merah

Ini adalah hari pertama Jaka masuk ke universitas, salah satu universitas swasta terkenal di Bandung. Sekolah disini tidaklah murah, akan tetapi untuk keluarga Jaka ini sangatlah kecil.

Seperti kampus kebanyakan, setiap mahasiswa baru akan diperkenalkan lingkungan kampus oleh senior mereka. Hal ini tidak luput dari perpeloncoan yang sudah ada turun menurun tiap angkatan.

Semua mahasiswa baru menggunakan seragam hitam putih, layaknya peserta magang. Menggunakan nama panggilan yang aneh, Jaka mendapatkan nama panggilan beruk. Agak kasar memang tapi seperti inilah adat turun menurun itu.

Mereka disuruh jalan jongkok untuk sampai kelapangan, setelah itu mereka duduk ditengah lapangan dengan panas terik matahari. Kevin, senior sekaligus ketua himpunan mahasiswa program studi hukum, dia yang memimpin acara ini. Menggunakan megaphone dan almamater kebanggaan.

Kevin menginformasikan bahwa besok akan ada kegiatan malam keakraban, dan semua mahasiswa baru wajib mengikuti kegiatan tersebut. Bagi sebagian mahasiswa yang tidak tahu kegiatan ini, mungkin mereka menganggap kegiatan ini adalah hal yang menyenangkan. Tapi bagi mahasiswa yang tahu, mereka memasang muka malas datang untuk kegiatan ini.

Kevin membubarkan barisan mahasiswa baru itu. Jaka pun beranjak pergi, akan tetapi langkahnya terhenti karena dia dipanggil oleh seorang perempuan. Perempuan itu berparas cantik dan tubuhnya pun cukup ideal.

"Misi kang" ucap perempuan itu.

Jaka menoleh dan bertanya "ada apa ?".

Perempuan itu mengenalkan dirinya, dia bernama Lestari. Dia bertanya perihal kegiatan malam keakraban itu, karena sedari tadi dia melihat muka Jaka seperti Jaka malas mengikuti kegiatan itu.

"Kenapa muka akang tadi seperti gamau ikut makrab ?" Tanya Lestari.

"Gapapa, karena pasti akan ada perpeloncoan disana" jawab Jaka.

Jaka heran bagaimana dia tahu kalau dia malas ikut kegiatan itu, lamunan Jaka dibuyarkan ketika Lestari mengajak Jaka untuk tetap ikut kegiatan itu, serta meyakinkan Jaka bahwa besok malam tidak akan ada perpeloncoan yang dilakukan oleh senior. Aneh rasanya hanya dengan kata-kata dari sesama mahasiswa baru, Jaka merasa omongan Lestari cukup meyakinkan.

Malamnya Jaka menyiapkan barang-barang yang perlu dibawa untuk kegiatan malam keakraban besok. Membawa pakaian, minyak angin, senter dan juga air minum. Ketika semua dirasa sudah rapih, Jaka bergegas untuk istirahat.

Didalam mimpinya Jaka bertemu dengan seorang perempuan cantik, dia seperti tidak asing dengan rupa itu, itu Lestari. Dia seperti melambai pada Jaka, seolah mengajak Jaka kesuatu tempat yang sangat terang. Ketika Jaka ingin menghampiri, Jaka pun terbangun karena bunyi alarm handphone.

"Huh mimpi apa gua semalem" ujar Jaka.

Ketika terbangun Jaka heran melihat diatas tasnya ada sepucuk kembang kantil. Jaka langsung bergegas mengecek perlengkapannya yang berada di tas. Tidak ada yang hilang, hanya bertambah kembang kantil.

Jaka heran bagaimana bisa ada kembang kantil padahal di komplek perumahan ini tidak ada pohon kantil. Akhirnya Jaka menghiraukan itu dan segera mandi, serta siap siap untuk pergi ke kampus.

Sesampainya di kampus, waktu masih menunjukan jam 12, sedangkan acara dimulai sehabis adzan ashar. Jaka akhirnya berjalan-jalan mengelilingi kampus, dan akhirnya dia terpaku oleh salah satu pohon besar didepan gedung A.

"Sepertinya pohon rindang itu sangat enak untuk disandari" ucap Jaka.

Jaka menghampiri pohon itu dan berteduh dari terik sinar matahari. Sambil memainkan smartphonenya, Jaka dikejutkan oleh Lestari yang tiba-tiba muncul dan menepuk bahu Jaka. Akhirnya mereka berbincang bersama. Lestari bercerita dulu kakaknya juga kuliah disini, namanya Mentari.

Lestari menunjukan foto mereka berdua, Jaka terkejut bahwa rupa mereka sangatlah mirip. Seperti anak kembar, tapi Lestari bilang bahwa mereka beda 3 tahun.

Paras yang cantik memfokuskan pandangan Jaka kepada Lestari. Seketika dibuyarkan oleh jentikan jari Lestari didepan mata Jaka. Lestari tertawa karena Jaka memperhatikan wajahnya dengan begitu terpana.

Lama mereka berbincang, akhirnya mahasiswa baru diminta untuk berkumpul dilapangan. Malam keakraban diadakan di gedung A, gedung ini memang sangat sepi, karena hanya ada program studi hukum. Ditambah hari ini adalah hari Sabtu, tentunya tidak banyak mahasiswa yang datang kekampus, paling saja anak semester akhir yang sedang sibuk menyusun skripsi.

Ketika mereka dikumpulkan, matahari mulai beranjak terbenam, mereka diberikan tugas oleh para senior untuk menghafal visi misi program studi hukum. Dan bagi yang sudah lulus tes hafalan ini, boleh beranjak pergi untuk mencari barak yang sudah disediakan.

Lima orang berlalu, mereka beranjak pergi dan memasuki gedung A untuk mencari barak peristirahatan. Giliran berikutnya Jaka, dia berhasil melewati tes hafalan itu, dia segera masuk kedalam gedung A.

Gedungnya sangat sepi dan sunyi, akan tetapi lampu lorong bersinar cukup terang, entah kemana mahasiswa sebelumnya telah pergi, Jaka terus mencari kelas yang berisikan namanya.

"Ah ketemu" ucap Jaka lega.

Jaka merasa heran, setelah diperhatikan dengan baik, kelasnya berada posisi tusuk sate. Jaka melihat kanan kiri sudah banyak mahasiswa yang masuk kedalam ruang kelas.

Dia memperhatikan daftar nama di kelas itu, ada tiga orang termasuk dirinya. Bagas dan Adi berada dalam kelas yang sama. Jaka segera membuka pintu kelas, seketika semilir angin berhembus kearahnya. Bulu kuduk Jaka mulai berdiri.

Aneh padahal tidak ada apapun, hanya angin yang berhembus keluar. Jaka menghiraukan hal itu, dia segera masuk dan menaruh barang barang bawaannya. Merapihkan layaknya kamar. Tak berselang lama Bagas dan Adi datang masuk ke dalam kelas.

Mereka berkenalan dan berbincang seperti apa kegiatan berikutnya. 30 menit berlalu, terdengar suara dari speaker kelas, bahwa diinfokan kepada seluruh mahasiswa baru untuk beristirahat dan makan. Setelah itu kembali berkumpul di aula lantai 3 pada pukul 8 malam.

Sambil menunggu waktu kumpul tiba, Jaka dan kawan kawannya makan bersama. Ketika sedang asik makan sambil berbincang, terdengar suara tangisan lirih seorang perempuan. Suara itu terdengar dari lorong didepan kamar mereka.

"Denger ga ?" Tanya Adi.

"Apaan si, ga ada apa apa tuh" ujar Bagas.

Jaka terdiam melihat pintu yang terbuka lebar itu. Jaka melihat ada sosok perempuan yang sedang duduk ditengah lorong, dia menunduk dengan rambut yang terurai panjang. Bagas dan Adi tidak dapat melihat itu, dan Jaka merasa tidak mungkin untuk menceritakan apa yang dia lihat sekarang.

Sosok itu menggunakan gaun berwarna merah darah. Kini kepalanya terlihat terbangun dari tundukkannya, dan sedikit menengok kearah Jaka dengan tatapan bengisnya.

Jaka terkejut dan tanpa sengaja berteriak. Kedua temannya merasa heran dengan sikap Jaka itu, mereka langsung menghampiri Jaka dan menanyakan apa yang terjadi. Jaka hanya terdiam dan menjawab seolah dia hanya terkejut karena ada kecoa terbang.

Ketika Jaka melihat kearah lorong, sosok itu sudah tidak ada. Nafas Jaka berhembus lega. Speaker kembali berbunyi tanda bahwa mahasiswa baru harus berkumpul di aula lantai 3, mereka bertiga bergegas menaiki tangga menuju lantai 3.

Acara malam keakraban pun dimulai, pertunjukan yang dilakukan oleh setiap UMKM, maupun dari para anggota Hima prodi hukum. Acara begitu meriah sampai tidak terasa malam semakin larut. Para senior memerintahkan mahasiswa baru untuk beristirahat kembali ke kamarnya.

Mata Jaka selalu waspada melihat sekitar, dia takut sosok tadi kembali muncul dihadapannya. Benar saja tak berselang lama lampu di gedung A padam. Tanpa ada pemberitahuan apapun mengenai pemadaman ini.

Bagas dan Adi merasa ketakutan, Jaka tetap berusaha tenang melihat teman temannya yang ketakutan, jelas saja, hanya mereka bertiga disana, didekat tangga menuju lantai 2.

Terdengar suara kaki diseret dari lorong dibelakang mereka. Jaka menoleh kebelakang, benar saja sosok itu kembali. Sosok yang tadi mengejutkannya. Bagas dan Adi serentak berlari turun menuju lantai 2.

Jaka hanya bisa terpaku melihat sosok itu, sosok perempuan bergaun merah yang terus mendekat, uraian rambutnya mulai terbuka, memperlihatkan wajah yang sepertinya tak asing bagi Jaka.

Jaka menerka siapa sosok itu, seketika Lestari datang berada tepat didepan Jaka. Meraih tangan Jaka untuk berlari turun kebawah melalui tangga.

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Jaka bertanya pada Lestari.

"Siapa dia ? Kenapa kamu tau aku ada disini ?" Tanya Jaka.

"Dia Mentari" jawab Lestari.

Jaka heran, kenapa Lestari bilang bahwa sosok itu adalah Mentari, kakak kandungnya sendiri. Akhirnya Lestari bercerita, tujuan dia masuk ke kampus ini adalah untuk mencari siapa pembunuh kakaknya, dulu semasa Mentari berkuliah disini, dia selalu di bully oleh senior perempuan, sampai akhirnya ada senior laki laki bernama Kevin yang menolongnya.

Akan tetapi ternyata Kevin sama saja, dia punya maksud tersembunyi saat menolong Mentari, saat terdapat kesempatan, Kevin memperkosa Mentari, sampai Mentari hamil anak dari Kevin. Karena stres, mentari berusaha menggugurkan anaknya dengan berbagai cara. Namun sayang tidak ada yang berhasil. Entah bagaimana dia bisa berfikir untuk mati bersama janinnya, dia lompat dari lantai 3 dan meninggal ditempat.

Jaka heran bagaimana Lestari bisa tahu begitu detail cerita Mentari. Dia menunjukan sebuah diary bertuliskan Mentari dengan sebuah gembok kecil di tengah bukunya.

"Lalu sekarang apa yang harus kita lakuin ?" Tanya Jaka.

"Kita harus bikin Kevin tanggung jawab" ujar Lestari.

Lestari menarik tangan Jaka menuju kearah kamar para senior. Saat didepan kamar para senior, terlihat sosok bergaun merah itu sudah berada di depan Jaka. Dengan tatapan yang begitu penuh amarah. Dia terbang begitu kencang menyambar Lestari.

Seketika Lestari diam. Tatapan mata aneh yang sama seperti milik Mentari terpancar dari mata Lestari. Dengan kasar Lestari, mendorong pintu kamar senior.

Lestari langsung menghampiri Kevin dan mencekiknya begitu keras. Entah bagaimana bisa kuku panjang itu tumbuh begitu cepat pada Lestari. Terlihat leher Kevin yang sudah mulai tergores dan berdarah.

Kevin menangis sembari meminta maaf atas perbuatannya. Akan tetapi sudah terlambat, arwah pendendam sangat lah berbahaya, apalagi sosok kuntilanak merah itu memburu para laki-laki. Lestari terpental begitu keras, dan kini sosok kuntilanak merah atau mentari yang terlihat mencekik Kevin. Mentari melempar tubuh Kevin keluar jendela.

Kevin terjatuh dari lantai 3. Membuat dirinya meninggal ditempat. Sosok Mentari tertawa lepas, serasa ia lega dengan selesai urusannya didunia. Sosok itu mengucapkan sebuah kalimat yang ditujukan kepada adiknya

"Terima kasih telah meminjamkan badanmu" ucap Mentari. Sosok itupun menghilang ditengah cahaya terbitnya mentari pagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status