**Warning banyak adegan dewasa 21+, harap membaca dengan bijaksana** Perjodohan? Pernikahan yang terpaksa? Biasa, di kalangan mereka. Yang penting kerja sama perusahaan sudah terjadi. Toh, Noel selalu menganggap Bianca tidak ada. Mereka tinggal bercerai saat waktunya tiba. Tapi … "Nggak, kita nggak bisa cerai!" "Kenapa?" "Karena aku bilang nggak!"
Lihat lebih banyakWanita itu entah mabuk atau bagaimana, tapi lebih berani malam itu. Noel memang mau menarik istrinya agar mendekat padanya, tapi tak menyangka juga kalau Bianca berani naik begitu saja ke atas pangkuannya. Jelas tidak mabuk, mereka tidak minum apa-apa dengan alkohol tadi. Tapi kenapa tiba- tiba wanita itu sudah mulai menggoyangkan pinggulnya. Setiap gesekan yang wanita itu berikan semakin membuat Noel menggila. “Aku suka vanila, wanginya manis dan segar.” ujar wanita itu sambil mengambil air dan menuangnya ke pipi Noeh. rasanya hangat sehangat hati Noel. Wanita itu sungguh cantik menggoda, sempurna duduk di atas pangkuannya. Wanita itu mendesah lalu merebahkan kepalanya di pundak Noel sehingga pria itu tak bisa melakukan apa- apa kecuali mulai mengelus punggung istrinya.“Iya … manis,” gumam Noel sambil berusaha menahan dirinya sendiri, namun dia tau kalau aliran darahnya semakin deras menuju sesuatu di bawah sana. “Apa akan terasa sama Bian ya?” tanyanya sambil berusaha agar ada jar
Karen menatap suaminya yang masih saja tersenyum memandangi hasil lukisan Bianca tadi. Menurut mata Karen, lukisan itu biasa saja. Dia memang tak mengerti apapun tentang lukisan. Walau dia sudah mempelajari dunia suaminya sejak awal mereka menikah, tapi tetap saja Karen tak mengerti mana lukisan yang bagus, mana yang tidak. Semuanya tampak sama. Seperti hasil lukisan Bianca ini. Menurut Karen, lukisan itu biasa saja. Lukisan jarak dekat sebuah bunga di atas tanah. Warnanya pun biasa kuning. Masih banyak lukisan yang lebih bagus, tapi Leon masih saja termenung memandangi lukisan menantunya itu. “Aku dapat merasakan kesepiannya. Apa Noel jahat padanya?” tanya Leon tiba- tiba. Pria itu masih menatap lukisan, tapi karena hanya ada Karen di situ, jadi wanita itu tahu kalau suaminya berbicara padanya. Karen mendesah dan akhirnya menyerah sok sibuk membereskan segala sesuatu. Suaminya tak peduli dengan deretan piring bersih dan meja makan yang mengkilap. Yang dia pikirkan hanya lukisan Bian
Ch. 61Begitu sampai rumah, wanita itu seakan lupa kalau kemarin Noel menguncinya di luar. Mereka bergandengan tangan dan Bianca dengan manja bergelayut dan bersandar penuh di pundak suaminya.Wanita itu bahkan bersenandung sambil berjalan di samping Noel. Walau sebenarnya Noel tak menyukai kedekatan seperti ini, tapi karena suasana hati Bianca sedang baik, Noel pun ikut senang. Kabar Emily sakit saja tak diambil pusing oleh Noel, padahal biasanya jika tak ada Emily, Noel seperti kehilangan pegangan. Mereka berjalan masuk ke dalam rumah sambil tersenyum.Seharusnya setelah mengantarkan Bianca ke kamarnya, Nowela bisa kembali ke ruang perpustakaan yang sudah seperti itu di kamarnya itu. Namun anehnya pria itu bakal ikut bersama Bianca ke ruang baju untuk membersihkan diri lalu mengganti baju tidur. “Aku pasti bau bumbu,” kikik Bianca sambil mulai melucuti pakaiannya tanpa malu.Noel memperhatikan tubuh mulus istrinya sambil menelan ludah. Kali ini tidak hanya hasratnya yang ke mula
Wanita itu duduk dengan senyuman lebar di wajahnya. Bianca adalah wanita yang sangat cantik, tapi kali ini karena suasana hatinya bahagia, wanita itu terlihat berseri-seri. Dia tersenyum saat menerima masakan mama Karen. Karena terlalu lama melukis dan mengajari Bianca, Papa Leon memaksa Mama Karen untuk memasak. Semua itu luar biasa di mata Bianca, kalau seorang yang sekaya Karen bisa melakukan hal remeh seperti memasak. Bianca mengatakan itu hal remeh karena, di rumahnya, Alice tak akan mau menyentuh dapur, tapi ternyata mama mertuanya walau sangan adikuasa tetap saja mau disuruh masak oleh Papa Leon. Ternyata di studio lukis Leon ada dapur kecil yang dilengkapi kulkas dan meja makan untuk empat orang sehingga tiba- tiba saja Leon meminta makan seenaknya pada istrinya. Awalnya Bianca mengira akan muncul beberapa pelayan membawa makanan dari pintu rahasia, karena biasanya memang terjadi seperti itu di kastil Noel, tapi kali ini tak ada pintu rahasia, Mama Karen benar-benar akan m
Noah terus berenang semakin dalam sambil membuka matanya lebar- lebar. Baru kali ini dalam seumur hidupnya, Noah merasa setakut itu. Bukan karena keberadaan Emily di kastilnya adalah tanggung jawabnya, namun, karena dia Emily. “Em … di mana kamu?” tanya Noah dalam hati sambil terus berenang tanpa takut kakinya juga terlilit. Kematian Clara waktu itu membuat danau itu benar- benar terlarang untuk di berenangi. Karena itu juga tanaman di bawah danau itu tak lagi diurus sehingga semakin lebat. Kini mau tak mau pikiran Noah terus tertuju pada tragedi itu. Noah tak akan bisa memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi pada Emily. Noah terus mencari, namun walau dia semakin jauh ke dalam mencari wanita itu, tak ada sekelebat bayangan Emily di dalam air yang gelap itu. “Apalagi dia mabuk,” erang Noah dalam hati sambil naik mencoba mengambil napas. Pria itu mengambil napas lagi untuk kembali masuk ke dalam air, namun sebelum dia sempat masuk ke dalam air ada bayangan putih yang ditangkap sud
Pria itu merasakan tubuh Emily yang halus. Wanita ini memang berbeda, dari awal dia merasakan kulitnya yang mulus dengan jarinya, Noah tak bisa melupakannya. Wanita itu menggeliat saat merasakan sentuhannya. Ini gila, Noah tak pernah merasakan seperti ini terhadap seorang wanita. Tapi makhluk itu kini meringkuk dalam pelukannya dan rasanya sempurna. Noah memang biasa tak berpikir panjang, sepanjang hidupnya hanya bermain- main, namun kini saat merasakan Emily, dia ingin merasakannya saat ini juga. Walau gila, Noah tak segila itu seharusnya. Bagaimana bisa dia menginginkan Emily di tengah taman seperti ini. Namun aroma manis wanita itu benar- benar membuat si tampan Jaggy siap berperang. “Kamu membuatku gila Em,” erang Noah sambil melihat jagoannya di bawah sana. Jaggy sudah menuntut untuk beraksi, padahal mereka berada di tengah taman yang terbuka, di bawah sinar matahari terik. “Eh eh eh, kenapa ya aku buat kamu gila. Aku hanya makan sandwich buatan kamu. Aku ketagihan, sandwich
Pria itu hanya memotong roti tawar secara diagonal menjadi dua bagian. Tentunya dia melepas jas dan hanya mengenakan kemeja putih dibalik celemeknya. Lengan kemejanya dia gulung sampai siku secara asal. Tapi mengapa itu tampak sangat seksi di mata Emily? Wanita itu terus memperhatikan pria itu bekerja sambil bersiul membuat makan siang mereka. Sambil memberikan lirikan kepada Emily di bawah alisnya yang tebal, Noah tersenyum miring ketika mulai memberikan mayonaise di atas daun lettuce.“Daun ini segar sekali,” ucapnya sambil mencomot sedikit dan memasukkan daun hijau itu ke mulutnya ketika ada yang terjatuh. Perhatian Emily segera tertuju pada bibirnya yang tebal. Hal yang lazim tentunya, untuk mencomot makanan jika terjatuh tapi entah kenapa hal itu begitu sensual buat Emily.“Kamu mau coba?” tanya Noah tiba- tiba sambil menyodorkan daun lettuce itu ke mulut Emily. Otomatis Emily membuka mulutnya dan pria itu menyuapi sambil tersenyum. “Enak kan, seger banget!” Pria itu kembal
Pria itu menggandeng Emily dengan lembut lalu segera memberikan semacam tur dari tempat tinggalnya dengan semangat. Pria itu menceritakan tentang apa saja yang terjadi di tiap sudut kastil cantik itu.Awalnya Noah menceritakan semuanya dengan gaya mengejek. Sesungguhnya bagi pria itu, masa kecilnya sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan.Namun seiring dengan melihat antusiasme dari Emily, Noah menjadi sangat semangat untuk menjawab tiap pertanyaan dari wanita itu.“Tangga ini kalau aku nggak salah ingat sudah dari tahun 1800-an,” ujar Noah sambil memamerkan ukiran kayu yang berwarna coklat kehitaman. Pria itu kembali terpesona pada bola mata Emily yang melebar karena melihat keindahan ukiran kayu tangga. Wanita yang pernah dia ajak dulu, tak akan peduli dengan semua keindahan ini. Mereka hanyalah wanita berpikiran dangkal yang tak ada kemampuan memikirkan semua ini. Mereka hanya memikirkan tubuh dan ketampanan Noah dan juga tentunya kekayaan Noah.Mereka semua sangat berbeda dib
Walau menyebalkan, tapi memang Noah seorang Klein. Pria itu sangat tampan dan juga kaya. Saat berada di atas helikopter mewahnya, pria itu dengan santai menawarkan segelas champagne yang segera Emily tolak. Wanita itu tak mau kejadian kemarin terulang lagi. Pria itu tertawa lalu menenggak segelas penuh champagne lalu mengecap dengan berisik.“Rugi, ini enak sekali, aaah segar,” ujar Noah sambil terkekeh mengejek.Emily mendengus lalu duduk bersandar dan memakai sabuk pengaman lalu melipat kedua tangannya di depan.“Begitu kita sampai nanti, kita akan segera pergi,” ujar wanita itu tak menanggapi apa yang Noah katakan.“Hmm kalau dipikir- pikir, tadi aku belum sarapan, dan sekarang jam makan siang pun sudah mau lewat. Clark, aku mau makan,” ujar Noah sambil menatap ke arah pilot.“Rumah atau … ?” Pria berkacamata hitam menoleh ke arah Noah. Senyuman miring yang muncul di wajah Noah membuat Emily merinding karena tanpa bertanya lebih lanjut, sang pilot sudah tahu Noah mau kemana.“Kita
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.