Karena paksaan ibu angkatnya, Adinda terpaksa menjadi istri Dimas yang merupakan ayah dari sahabatnya. Parahnya, Dimas yang selama ini dipuja semua orang ... begitu angkuh luar biasa! Haruskah gadis itu memberikan "kejutan"?
View More"Ahahahhaha." Ketiganya lagi-lagi tertawa lepas karena apa yang mereka pikirkan sendiri dan sepertinya isinya semuanya sama. Isi otak bocah itu telah di cuci miring oleh suami mereka yang dewasa dan benar-benar membuat ketiganya akhirnya menjadi dewasa dengan begitu cepat. "Ya, begitu ya, pengantin baru," celetuk Moza. "Kamu kayak nggak pernah," balas Kiara. "Aku ya, begitulah," balas Moza sambil tersenyum pada akhirnya ketiganya pun tertawa terbahak-bahak lagi. "Ahahahhaha....." Tidak pernah terpikirkan oleh ketiganya akan sampai pada titik ini, titik di mana mereka akan bercerita tentang banyak hal. Hal yang berbau dewasa. Sebelum sarjana. Tapi gelar istri telah diberikan oleh masing-masing pria yang mereka nikahi dengan paksa! "Apa lagi, Dinda," kini Kiara pun tersenyum ke arah Dinda. "Aku kenapa?" tanya Dinda penasaran. "Kamu yang duluan dewasa di antara kami!" ujar Kiara. "Iya bener!" Moza juga membenarkan apa yang dikatakan oleh Kiara. "Aku terpaksa
"Hay," sapa Dinda saat melihat wajah Kiara. Kiara yang baru saja melangkahkan kakinya di ruang tamu pun membalas senyuman Dinda. "Hay, kamu apa kabar," Kiara pun seketika itu menghambur memeluk Dinda. Ada kerinduan yang tersimpan setelah beberapa hari ini tidak bertemu. "Hay," seru Moza dengan refleks saat melihat Dinda dan Kiara tengah berpelukan.Bahkan hampir saja Moza melompat-lompat kegirangan jika saja tidak Kiara tidak menunjukkan bagian perut buncitnya. "Kamu tambah gembul ya," ujar Kiara. "Hehe," Moza pun tersenyum malu dan akhirnya ketiganya pun berpelukan dengan erat. Sedangkan Dimas dan Chandra segera pergi ke ruang kerja. Sehingga keduanya akan berbicara di sana untuk urusan pekerjaan. Membiarkan ketiga bocah itu tengah bertemu untuk melepas kerinduan.Bercerita tentang banyak hal yang mungkin menurut mereka sangat bermakna tapi tidak bagi orang lain. "Udah ketahuan perempuan atau laki-laki?" tanya Kiara sambil memegang perut buncit Moza. "Kata dokte
"Mas, mau ke rumah Dimas. Kamu mau ikut?" tanya Chandra yang berdiri tak jauh dari Kiara yang tengah duduk di sofa sambil bermain ponsel. "Ikut," jawab Kiara. "Kamu tidak capek?" "Capek, tapi bosen di rumah terus," jelas Kiara. "Baiklah kalau begitu, ayo kita pergi. Dan, besok orong tua mu kembali," kata Chandra Seketika itu bibir Kiara pun tersenyum mendengar ucapan Chandra yang begitu membahagiakan bagi seorang Kiara. Rasa rindunya terhadap kedua orang tuanya begitu besar. Beberapa hari ini tak bertemu sungguh membuatnya menyimpan kerinduan yang mendalam. Apa lagi ini adalah kali pertama berjauhan, bahkan dengan keadaan ibunya yang tak baik-baik saja. Tidak ada komunikasi sama sekali. Sungguh sangat menyedihkan. Akan tetapi tak lama berselang bibir Kiara yang sebelumnya tersenyum lebar berubah menjadi murung. Perasaan bahagianya berubah menjadi perasaan was-was. Apakah mungkin kedua orang tuanya masih mau bertemu dengan dirinya? Apakah mungkin kebencian itu
"Mas, laper," rengek Kiara. Sejak tadi Kiara tidak makan apapun, ditambah lagi Chandra yang tak mengijinkan dirinya untuk memasak. Akhirnya hanya duduk sambil berdebat dan membuat perutnya semakin lapar. Seharusnya sudah siap memasak jika saja Chandra tak mengijinkannya. "Kiara masak dulu ya," kata Kiara lagi. "Nggak usah, kita pesan saja," Chandra pun menahan Kiara agar tak pergi. "Ya udah, pesan sekarang. Udah lapar banget," kata Kiara lagi. "Iya," Chandra pun segera memesan makanan dari restoran yang menurutnya sangat lezat. Tanpa perlu memasak karena memasak hanya membuang-buang energi dan waktu untuk Kiara yang membutuhkan waktu untuk beristirahat. Agar apa? Agar tenaga tidak terkuras dan semakin kelelahan dan membuat Chandra harus menunggu lagi. Tidak. Hingga saat makanan datang Kiara pun segera memindahkan pada piring dan keduanya makan bersama. "Tidur yuk," ajak Chandra. "Tidur? Baru selesai makan, Mas!" Kiara pun menunjuk sisa makanan yang masih ter
"Bukan aneh, itu nyata," terang Chandra. Kiara pun tersenyum mengejek mendengar jawaban Chandra. Tetapi, mendadak perasaanya semakin tidak karuan karenanya. Entah penyebabnya adalah ucapan Chandra atau bagaimana, Kiara sendiri tidak bisa menyimpulkan dengan pasti. Hingga terasa ada tangan yang mulai melingkar di pinggangnya. Tentu saja itu tangan Chandra hingga membuat Kiara merasa sangat nyaman. Nyaman? Entahlah. Semakin lama semakin sulit untuk menyimpulkan sendiri tentang apa yang sebenarnya dia rasakan saat-saat sedekat ini dengan Chandra.Kiara baru merasakan kehangatan pelukan ini. "Kamu nggak kangen sama, Mas," bisik Chandra. Kiara pun hanya bisa menelan ludah pahit sambil melepaskan diri. Berusaha untuk menjauh agar perasaan aneh itu tidak terus menguasai dirinya. Ini mengerikan dan sulit rasanya untuk mengkondisikan keadaan yang seharusnya baik-baik saja seperti dulunya. "Kiara, masak dulu ya, Mas," kata Kiara. "Nanti saja," Chandra pun langsung saja menahan Kia
Hati Kiara mendadak jadi berbunga-bunga karena mendapatkan bunga dari Chandra. Meskipun bukan Chandra yang memberikan secara langsung tetapi cukup membuatnya bahagia. Ting! Ponsel Kiara pun berbunyi ternyata sebuah pesan dari Chandra. [Udah nggak marah lagi kan?] Chandra. Kiara pun segera menuliskan pesan balasan. [Makasih, Kia suka] Kiara. Kiara pun kembali melihat bunga yang begitu indah dan wangi di tangannya. Kemudian menghirup aroma wangi yang menyeruak. Ting! Kiara kembali mendapatkan pesan dan dia pun segera melihatnya. [Suka apanya?] Chandra. [Bunganya Kia suka. Terima kasih, Mas] Kiara. [Mas pikir kamu suka yang semalam] Chandra. Kiara memilih untuk tidak membalasnya lagi, karena dirinya malu jika membahasnya. "Mau tidur ah, ngantuk," gumam Kiara. Tapi belum juga bergerak menuju kamar lagi-lagi terdengar suara bell yang berbunyi. Kiara pun segera membukanya, ternyata seorang wanita yang berusia mungkin sekitar 35 tahun. Tidak dikatakan muda
Saat pagi harinya Kiara pun terbangun dengan tubuh yang letih dan rambut yang acak-acakan. Kamar terlihat sangat berantakan tapi dimana keberadaan Chandra? "Kemana dia?" gumam Kiara. Kiara pun kini mendudukkan tubuhnya dengan susah payahnya. Rasanya remuk dan sangat tidak nyaman bahkan tidur juga saat hari hampir menjelang pagi. Kemudian dia pun mulai berpikir sesuatu yang mengejutkan. "Apa jangan-jangan dia udah pergi? Dia pergi nggak tanggung jawab!" gumam Kiara lagi dengan segala pikirannya yang penuh dengan kecurigaan-kecurigaan yang tidak jelas. Ah, iya. "Iya, mungkin aja. Buktinya kenapa dia tidak ada di sini? Kemana dia perginya? Aku sudah ternoda." Kiara pun mengacak rambutnya sesaat kemudian mulai menangis keras dengan pikirannya yang benar-benar kacau. "Aaaaaa! Hiks hiks hiks!" Kiara pun menangis histeris seperti sedang berada pada sebuah kondisi yang sangat mengerikan. "Kamu kenapa?" tanya Chandra yang ke luar dari kamar mandi merasa bingung dengan Kia
"Hiks hiks hiks hiks," Kiara menangis keras karena merasa dibohongi oleh Dinda. Sedangkan Chandra tentu saja bingung melihat keadaan Kiara saat ini. Membuatnya jadi bertanya-tanya apakah saat ini Kiara telah sadar tentang apa yang barusan mereka lakukan? Jika demikian artinya Kiara sejak beberapa hari ini benar-benar terkena gangguan mental!? Kemudian, kini sudah kembali pulih dan telah menyadari bahwa dirinya sudah tidak suci? Wah, ini masalah! Chandra terus saja berdebat dengan pikirannya sendiri karena bingung dengan Kiara yang tiba-tiba menangis. "Kenapa menangis? Kamu menyesal?" tanya Chandra. Kiara pun sejenak menghentikan tangisannya sambil melihat Chandra. Tetapi sesaat kemudian malah kembali menangis histeris. "Kiara, kamu baik-baik saja?" Chandra makin panik karena Kiara malah semakin menangis keras. Bahkan Chandra sendiri bingung apa yang bisa dia lakukan agar bisa membuat Kiara meredakan tangisnya. "Kamu menyesal?" tanya Chandra menebak penyebab Kiara menangis,
Beberapa hari kemudian.... Kiara pun segera mandi kemudian dia pun memakai wewangian. Kemudian menunggu Chandra di depan pintu, untuk apa? Tentunya untuk melakukan yang katanya malam pertama. Setelah beberapa hari yang lalu menikah keduanya tidak pernah melakukannya. Sedangkan Kiara sudah berjanji akan berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik. Karena Chandra pun begitu menyayangi dirinya dan juga begitu banyak membantunya. Tentunya juga lebih memilih menikah dengan Chandra dari pada bandot tua pemilik kontrakan. Menjijikkan! Hingga tak lama berselang kini pintu pun mulai terlihat bergerak. Tentu saja Chandra yang pulang. "Door!" seru Kiara yang tiba-tiba saja muncul. Tentunya membuat Chandra terkejut bukan main. Tidak mengira jika Kiara akan bertingkah begitu konyol. Tapi Kiara malah tertawa terbahak-bahak melihat wajah terkejut Chandra. "Ahahahhaha." Kiara tak menyangka jika saja Chandra bisa begitu terkejut. "Dasar kamu ya!" kesal Chandra samb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.