Just for today. Let me be free!
Pasting Clara di story salah satu akun media sosial yang paling sering ia buka.Lalu mulai menikmati peselancarannya di media sosial.Clara baru menyimpan ponselnya saat saat Renata mengetuk pintunya dari luar.Tidak sulit mencari mobil Clara. Tidak banyak yang menggunakan mobil jenis ini"Masuk cepat. Kita akan pergi ke suatu tempat.""Kemana?" tanya Renata. Sambil mengambil posisi di samping Clara.Well, ya. Lagi pula hanya itu tempatnya bisa duduk.Clara tidak menjawab. la langsung menghidupkan mesin mobil, lalu menancap gas keluar dari parkiran."Kemana sih kita sebenarnya?" tanya Renata penasaran.Yang ditanya tidak menjawab sama sekali. Clara malah melirik sekilas sahabatnya itu. Lalu tersenyum lebar."Ke rumah Arini." jawabnya santai."What? Ngapain?" pekik Renata bingung. Ada ada saja melakukan sahabatnya itu. Bikin sakit kepala.Namun kondisi Clara, juga apa yang baru saja Clara alami saat ini membuat Renata terbawa perasaan.Seperti yang dikatakannya pada Clara tadi, ia sangat tahu bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintainya balik.Andai saja Clara tau, bahwa orang yang membuat Renata merasa seperti itu adalah kakaknya sendiri. Reno..."Ren... Lo belom jawab pertanyaan gue. Lo lagi dekat sama seseorang? Siapa?" tanya Clara dengan nada lebih menuntut."Bukan siapa siapa. Lupain aja." Renata berusaha mengelak."Nggak bisa. Gue mau tau. Gue ceritain semuanya sama Lo, kenapa juga Lo main rahasia-rahasiaan sama gue? Ada apa sih? Siapa yang lagi dekat sama Lo?" desak Clara keras kepala."Udah ah. Nggak penting juga masalah gue. Sekarang kita fokus ke masalah Lo aja dulu. Setelah apa yang lo lihat tadi, apa Lo yakin mau lanjutin perjuangan Lo untuk ngedapatin Bima?"Diingatkan lagi tentang itu, wajah Clara Kemabli merengut murung.
TEEEEEETTTTTT...Suara bel tanda pulang sekolah berbunyi. Semua siswa siswi Bina Bangsa Senior High School, tempat di mana Clara menuntut ilmu, berhamburan keluar kelas.Mau di sekolah kampung atau kota, mau sekolah biasa atau unggulan. momen seperti ini tidak ada bedanya.Semua menunggu jam istirahat dan pulang.Namun, bagi sekolah Bina Bangga Senior High School. hari ini mereka diminta untuk berkumpul di lapangan. Ada pengumuman yang akan disampaikan oleh pembina OSIS dan dewan guru.Clara keluar kelas paling belakang. Malas berebutan jalan dan lari larian. Belum lagi risiko ketabrak tubuh kawan.Apalagi jika harus ketabrak tubuh teman cowok yang berkeringat.Yiiluuuuhhh!!"Clara!" Renata beriari kecil di belakangnya dan mengalungkan sebelah tangan ke leher Clara."Awh!" pekik Clara hampir terjungkal karena gerakan sahabatnya itu."Masih lesu aja. Happy dong happy!""Tolong. gue masi
Hari keberangkatan acara kemah cinta alam itu tiba.Clara mendapatkan izin dari kedua orangtuanya tanpa susah payah. Karena pihak sekolah memang memberikan surat resmi tentang pemberitahuan kegiatan itu.Pihak sekolah sudah menjamin keamanan kegiatan mereka. Karena kegiatan itu hanya akan diadakan di sebuah perkebunan di daerah puncak.Mama dan papanya Clara bahkan mengizinkan Bima mengambil cutl.Hal itu membuat Clara sedikit kecewa. Kepalanya juga mulai memikirkan hal hal yang dibencinya.Bagaimana kalau Bima kembali ke tempat Arini?Gadis itu menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikiran tersebut. Lalu melirik Bima yang sedang menyetir di balik kemudi.Setelah kejadian melihat Bima berciuman dengan Arini hari itu. Clara memang memilih untuk duduk saja di jog belakang. Menjaga jarak. Demi kesehatan hatinya juga.Sakit sekali rasanya, berada sedekat ini, namun mereka terasa begitu jauh.Mereka tib
"Nona Valerie, kita sudah sampai," kata seorang lelaki yang duduk di sebelah Valerie. Dia membuka pintu untuk Valerie yang baru saja terbangun dari tidur singkatnya. Valerie membuka matanya, dia meregangkan tubuhnya yang sedikit kaku dan melihat ke arah luar dari kursinya. "Apa banyak tamu yang datang?" tanya Valerie. "Tentu saja, ini adalah hari pertunangan Anda. Tuan pasti sudah berusaha keras untuk mengundang semua tamu penting agar datang ke pesta Anda." Valerie tersenyum puas. Dia turun dan melihat hotel megah di depannya menyambutnya. Noah berdiri di belakang Valerie, menjaganya dari serangan tak terduga yang mencoba untuk menyakiti Valerie. Ketika masuk ke dalam ballroom hotel. Valerie langsung menghampiri seorang lelaki yang sebentar lagi akan resmi menjadi tunangannya. "Damian!" panggil Valerie, dia berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri kekasihnya. "Hati hati Nona Valerie, Anda bisa terjatuh." Tangan Noah menangkap lengan Valerie yang hampir saja dahinya menc
Valerie tak peduli dengan orang-orang yang mulai membicarakannya. Dia hanya ingin pergi dari tempat itu secepatnya dan melupakan apa yang dilihatnya tadi. "Anda mau ke mana, Putri Valerie?" tanya Noah saat Valerie masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. "Aku mau pergi yang jauh." "Saya akan mengantarnya." "Tanpa supir. Hanya berdua," kata Valerie. Noah mengangguk mengerti, dia mengambil alih kemudi kemudian membawa Valerie segera pergi dari hotel. Tugasnya jelas untuk melindungi Valerie dari orang-orang yang ingin mencelakainya, bukan untuk kabur dari masalah keluarga. Hanya saja Noah tak mungkin membiarkan Valerie pergi seorang diri dengan hati yang kalut seperti itu. Masih menangis di dalam mobil, Valerie masih tak menyangka jika Damian akan begitu tega kepadanya. Diam-diam berhubungan dengan Ruth yang jelas-jelas sudah membuangnya. "Apa aku kurang cantik, Noah?" tanya Valerie. "Tidak. Anda cantik." "Kenapa Damian begitu? Maksudku... dia sudah putus dengan kakakku.
"Jadi yang dikatakan oleh Valerie itu benar?" tanya Fredison dengan kemarahan yang sudah menggelegak di dalam hatinya. Dia tiba-tiba mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal sebuah rekaman video CCTV di hotel yang menunjukkan jika Damian dan Ruth memang sedang berciuman di depan kamar hotel kemudian masuk ke dalam kamar tersebut. Ruth dengan wajah pucat dan tegangnya melihat rekaman video tersebut. "Ayah... ayah tahu video itu dari mana?" tanya Ruth dengan gugup. "Apa itu penting sekarang? Bagaimana kalau sampai video ini tersebar. Kamu mau dicap sebagai wanita yang sudah merusak pertunangan adikmu!" "Tapi Damian kan dulunya kekasih Ruth." Anne masuk ke ruang kerja suaminya untuk membela anaknya. "Kamu lihat dulu situasinya. Mereka sudah lama putus dan Damian setuju untuk bertunangan dengan Valerie. Kalau sampai media tahu pasti saham kita turun karena tingkah Ruth!" "Lalu mau bagaimana lagi? Toh pertunangan sudah batal. Kamu bisa menyogok pada orang yang sudah mengirimkan video
"Apakah Anda baik-baik saja?" tanya Noah ketika sejak kejadian Damian datang ke rumah tadi Valerie banyak diam dan mengurung diri di dalam kamarnya. "Tentu saja aku tidak baik, bayangkan, dalam satu malam aku dihancurkan oleh Ruth dan Damian," jawabnya dengan jujur. "Anda tidak ikut makan malam di bawah?" Valerie yang sejak tadi duduk di balkon dan memandangi langit yang gelap malam itu kemudian menoleh ke arah Noah. "Mereka tidak menganggap ku ada, untuk apa aku makan di bawah. Lagi pula, aku tidak nafsu makan, Noah." "Tapi Anda harus makan." "Untuk apa?" "Agar Anda tidak sakit." Valerie tersenyum kelu. Dia merasa miris karena di dalam satu rumah hanya Noah yang perhatian padanya. Apalagi sejak kejadian batalnya pertunangan antara dirinya dan Damian. Ayahnya yang mudah terbujuk oleh Anne pun mulai tak percaya padanya. "Temui orangtua Damian di bawah," kata Anne saat masuk ke kamar Valerie. "Kamu harus minta maaf secara langsung karena kejadian tadi malam. Karena meski bagaim
"Noah, bawa kembali Valerie malam ini," perintah Fredison malam itu. Noah pun segera berangkat ke rumah terpencil untuk menjemput Valerie. Dia yang paling tahu bagaimana perasaan Valerie setiap kali dihukum di dalam rumah itu. Ketika sampai di rumah terpencil, Noah tidak menemukan siapapun di sana. Kedua penjaga yang seharusnya berjaga tidak ada di dalam rumah. Lampu di dalam rumah mati dan seluruh barang yang ada di sana berantakan. "Nona Valerie!" Noah bergegas masuk ke dalam rumah, mencari kamar Valerie untuk memastikan bahwa keadaan gadis itu baik baik saja. Akan tetapi, saat melihat pintu kamar Valerie terbuka Noah terkejut. Apalagi Valerie dalam keadaan tak sadarkan diri di atas ranjang. "Nona Valerie! Nona Valerie!" Noah mencoba untuk membangunkan Valerie yang tubuhnya lemas tak berdaya. Namun, dia tak menyadari jika ada orang di belakangnya yang tiba-tiba membiusnya hingga tak sadarkan diri. Valerie merasakan kepalanya pusing, seingatnya tadi malam ada yang mengetuk pint