Share

Bab 5 Aksi Pertama Karina

"Makasih, ya, Qia!" ucap Karina sambil keluar dari toko. Ia berjalan sebentar menuju pinggir jalan dan memberhentikan taksi. 

Hampir lima menit dirinya menunggu taksi yang tak kunjung ia temui. "Karina?" tanya seorang wanita yang datang dari arah kanan jalan. 

Karina merasa terpanggil dan menolehkan kepalanya. Ia mampu lihat dengan jelas siapa wanita yang baru saja memanggilnya, Nita. 

"Nita! Kemana aja? Kita baru ketemu!" ujar Karina antusias. Ia benar-benar di pertemukan kembali dengan semua sahabatnya saat kembali. 

"Baik, Rin. Kamu gimana?" tanya Nita. 

"Baik. Lo mau kemana?" 

Nita nampak kesusahan menjawab pertanyaan Karina yang terkesan mudah. Ia menatap pijakan kakinya kemudian kembali menatap sendu wajah Karina. "Mau jemput ke sekolah Siska, Rin." 

"Siska? Keponakan lo?" tanya Karina bingung. Pasalnya ia tahu betul Nita itu adalah bungsu dan tidak mempunyai adik. 

Nita tersenyum tipis. "Dia anak perempuan aku, Rin. Aku tahu kamu pasti kaget, ya?" ucapnya. 

Karina termenung di tempat. Ia kembali mencerna baik-baik perkataan Nita. "A-anak?" 

"Gini, Rin. Nanti aku jelasin kalau ada waktu, ya." Nita bergegas berjalan meninggalkan Karina yang masih terdiam. Pikirannya kacau, sulit untuk menerima kenyataan yang barusan Nita sampaikan. 

Walau usia keduanya memang sudah cukup untuk mengurus seorang anak, tapi jika menjemput anaknya ke sekolah itu berarti umur nya hampir 7 sampai 8 tahun. "Info penting apa lagi yang gue tinggalin di sini, sih!" gumamnya. 

Tak lama, taksi berhenti tepat di sampingnya. Dan tanpa pikir panjang lagi, Karina langsung masuk dan pergi menuju tempat kerjanya, walau dengan pikiran yang lumayan berantakan. 

Saat tiba, Karina mempercepat langkahnya dan memasuki lift kemudian tiba di ruang kerjanya. Tangannya meraih kenop pintu dan perlahan membukanya, ia takut Marcel sudah datang dan menghukumnya dengan cara 'pemotongan gaji'. Itu menakutkan. 

"Loh, si Marcel belum datang nih, ceritanya? Tau gini ngapain buru-buru dateng, coba!?" gerutunya yang lalu mendudukkan bokongnya di kursi. 

Ia sedikit bersantai dengan kopi di tangannya. Belum ada tugas atau jadwal apa-apa selain jadwal harian yang kemarin di berikan oleh Kayla. "Gue harap ini berhasil, sih." 

Karina putuskan untuk mengecek kembali perdataan yang bersangkutan dengan perusahaannya bekerja. Tak hanya itu, ia juga menyiapkan beberapa materi yang akan di bahas di meeting siang ini. Hampir memakan waktu selama 3 jam, jam dinding kini menunjukkan pukul 11 pagi. Ada rasa aneh menyelimuti Karina. 

"Udah jam segini, kemana tuh orang belum dateng?" tanyanya pada dirinya sendiri. 

Karina bangkit untuk mengisi tumbler nya dengan air minum. Ia berjalan menuju dispenser kemudian mengisinya dengan air. Ia menunggu selama beberapa detik, setelahnya tumbler nya penuh dengan air. 

Karina tak mendengar suara lainnya, ia berbalik tanpa perhitungan dan berakhir terkejut akibat Marcel sudah ada di hadapannya. "Astaga! Kapan lo masuk? Gue gak denger bunyi pintu!" ucapnya penuh tanya. 

"Kamu melanggar peraturan nomor satu, dan juga saya mau masuk ada suara atau enggaknya juga terserah saya. Toh, ini kantor saya!" ucap Marcel. 

Karina tertergun, apa yang Marcel bilang memang benar adanya. Tapi rasanya, Karina semakin asing dengan Marcel yang sekarang ia kenal. Waktu memang telah banyak berlalu, begitu juga dengan sikap seseorang. "Lo— Pak Marcel marah? Saya minta maaf kalo gitu," ucap Karina. 

Ia kembali perlahan ke mejanya. "Saya gak marah. Persiapan buat meeting hari ini gimana?" tanya Marcel. 

"Baik, Pak. Semua sudah saya siapkan." 

"Bagus." 

Karina membuka notebook mininya, "Meeting kali ini di mulai pukul satu siang, bersamaan dengan Kepala Manager dan para asisten manager di tiap divisi." 

Karina melirik ke arah Marcel, laki-laki itu melamun. Tatapannya kosong ke arah lantai di hadapannya. "Pak Marcel?" panggil Karina. 

"Marcel!" 

Marcel terperanjat, "I-iya, Rin? Duh, sorry. Kamu bilang apa tadi?" ucapnya sambil mengusap kasar wajahnya. 

"E-enggak, cuman jadwal meeting hari ini." 

Karina bisa lihat wajah Marcel yang seperti sedang di liputi oleh masalah. Karina tak mau memperpanjang nya karena akan berujung masalah lagi. "Istirahat dulu, Cel. Lo gak perlu mendem semua sendiri sampe gila kayak gitu!" ucap Karina asal sambil berjalan keluar ruangan karena sudah jam makan siang. 

"Kak Karina!" 

Karina menoleh perlahan karena tak mau nampan berisi nasi dan lauk pauknya jatuh, oh itu Kayla. "Makan bareng, yuk!" ajaknya. 

Karina tersenyum tipis seraya mengangguk dan berjalan menuju kursi yang kosong. Sepertinya baru Kayla saja yang menjadi temannya di perusahaan ini, tapi itu lebih baik dari pada tidak punya teman sama sekali. 

Kayla melahap satu sendok nasi penuh dengan irisan daging. "Hari ini gimana kak? Usb yang aku kasih bermanfaat gak?" tanyanya dengan mulut penuh. 

"Lumayan, Kay. Cuman si Marcel itu kenapa hari ini telat, ya? Emang biasanya telat?" tanya Karina penasaran. 

Kayla menelan kunyahan di mulutnya, "Enggak, sih, Kak. Kak Marcel eh maksudnya Pak Marcel biasanya rajin kok." 

"Kak Marcel?" 

"I-itu, aku emang sering manggil gitu ke tiap karyawan, tapi enak kan, biar gak canggung," ucapnya penuh dengan penjelasan. 

Karina mengangguk singkat. "Terserah kamu deh, Kay. Dan pastinya semua di perusahaan juga pasti seneng bisa kenal sama kamu." 

"Seneng? Kenapa?" 

"Ya, seneng aja. Kamu itu orangnya asik, dan gampang banget buat nyeritain keseharian kamu," balas Karina. 

Kayla terkekeh pelan, "Gitu, ya?" 

Karina mengangguk semangat. Kemudian bertos ria dengan Kayla yang terlihat sangat bahagia melalui ukiran senyum di wajahnya. 

¤¤¤

Marcel mengusap kasar wajahnya. Ia tak henti-hentinya menatap layar ponsel yang hening. "Ayo dong telepon," ucapnya. 

Marcel menyerah, ia sandarkan punggungnya dan menenangkan kembali dirinya. Semakin ia coba untuk tenang, maka semakin gelisah juga dirinya. "Pak Marcel!" 

Perhatian Marcel teralih, ia lihat Karina yang tengah siap dengan beberapa map di tangannya. Marcel mengangguk dan ikut berjalan bersama Karina menuju ruang meeting. 

Mereka masuk ke ruangan meeting, kedatangan keduanya telah di tunggu cukup lama. "Maafkan atas keterlambatan saya," ucap Marcel saat masuk. 

"Tenang saja, Pak. Kami paham kok jika Bapak sibuk akhir-akhir ini." 

"Baik, kalau begitu. Pertama-tama saya ingin memperkenalkan sekretaris pribadi baru saya." Marcel sedikit mendorong Karina untuk berdiri sejajar dengannya. 

Merasa kurang nyaman, Karina hanya mampu tersenyum kikuk. "H-halo, Selamat siang semuanya. Nama saya Karina Megaswara, salam kenal!!" serunya penuh semangat. 

Semua orang yang ada di ruangan bertepuk tangan akibat takjub melihat kobaran api semangat dari Karina. "Saya Daniel, Asisten manager di sini," ucap seorang laki-laki yang langsung mengulurkan tangannya saat Karina hendak menyapa yang lainnya. 

Karina menerima jabatan tangan Daniel. "Salam kenal, ya." 

Karina tersenyum dan mulai membuka meeting.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status