Share

5. Perempuan Gila

"Ya ampun, Jo," pekik Kaluna panik dengan cepat ia mendekati Jonathan yang sudah terduduk di trotoar di samping sepedanya. "Astaga ... Jojo maaf." Kaluna dengan cepat mengeluarkan botol minum dari tasnya.

"Gila kamu Kaluna! Argh ... apa ini, panas!" teriak Jonathan sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas bukan main.

Kaluna dengan cepat mengguyur wajah Jonathan dengan air lalu menyekanya dengan celemek yang selalu ia bawa di tasnya, sesekali dia meniup-niup wajah Jonathan entah untuk apa, berharap tiupannya bisa meredakan rasa panas yang Jonathan rasakan.

"Kaluna, ini apa?" tanya Jonathan lagi sambil mengambil celemek dari tangan Kaluna dan mengusap wajahnya, berusaha mengenyahkan rasa panas di wajahnya. "Kamu semprotin air apa?"

"Merica," bisik Kaluna pelan dengan wajah bersalah dan mengambil botol semprotannya lalu memasukkannya sedalam mungkin ke dalam tasnya, mencoba menghilangkan barang bukti.

"Bullshit!" seru Jonathan tidak percaya, "Kalau cuman merica nggak mungkin sepanas ini, Kaluna!"

"Sama cabe burung 5 biji, cabe merah 5 biji dan aku kasih minyak kayu putih terus aku gerus dan campur," bisik Kaluna sepelan mungkin berharap Jonathan tidak mendengarnya.

"Gila kamu Kaluna!" teriak Jonathan kaget dengan apa saja bahan racikan dari semprotan yang Kaluna pakai. "Kamu mau bikin orang buta, hah?" tanya Jonathan sambil merebut botol minuman dari tangan Kaluna dan mengguyur wajahnya berusaha untuk menghilangkan rasa panas yang berangsur-angsur menghilang.

"Ya, maaf," bisik Kaluna dengan wajah polos sambil mengipasi wajah Jonathan, "salah kamu ikutin aku! Bukannya kamu tadi udah pulang?"

Jonathan berdecap kesal, "Gila kamu, sumpah ini masih panas! Ada air lagi?" tanya Jonathan sambil melemparkan botol minuman ke arah Kaluna.

"Ih, nggak usah lempar-lempar," gerutu Kaluna kesal sambil mengambil botol minumannya dan memasukkan ke tasnya, "nggak ada lagi airnya, kalau mau kita bisa beli di sana," ucap Kaluna sambil menunjuk ke minimarket 24 jam yang sudah sangat dekat.

"Aku nggak bisa jalan, penglihatan aku masih nggak bener," ucap Jonathan sambil berusaha berdiri dan meraba-raba di mana sepedanya.

Kaluna dengan sigap merangkul pinggang Jonathan bermaksud untuk memapah Jonathan. "Sini aku bantuin," ucap Kaluna yang merasa bersalah.

"Ayo," ucap Kaluna sambil mendorong tubuh Jonathan yang membuat tubuh mereka mau tidak mau saling bergesekkan.

"Nggak usah, aku bisa sendiri," tolak Jonathan sambil mendorong badan Kaluna hingga wanita itu sedikit terhuyung ke samping.

"Aduh ...," seru Kaluna kesal karena niat baiknya ditolak oleh Jonathan. "Ini monyet satu, emang bagusnya aku tendang aja ampe nyungsep di gorong-gorong!" maki Kaluna di dalam hati.

"Terserah kamu, aku tunggu di mini market," ucap Kaluna sambil menepuk-nepuk pahanya dan berjalan melewati Jonathan dengan mengentakkan kakinya.

Brak!

Dengan cepat Kaluna menolehkan kepalanya melewati bahunya dan kaget saat mendapati Jonathan jatuh bersama sepedanya.

"Nah ... kan, kerasa! Keras kepala sih, kepala batu." Kaluna berlari ke arah Jonathan sambil melihat tubuh lelaki yang pernah menjadi kekasihnya itu, melihat apakah ada luka atau cedera, "dari dulu nggak rubah, susah bener dikasih tau! Omongan aku kaya yang masuk dari kuping kiri keluar dari kuping kanan, dah macam angin aja," cerocos Kaluna tanpa jeda saat memarahi Jonathan.

Cara Kaluna memarahi Jonathan bahkan tidak berubah sama sekali, rasanya 7 tahun perpisahan mereka seolah tidak pernah ada.

"Ayo, berdiri ... udah kaya anak kecil aja sampe bisa jatuh segala," ucap Kaluna sambil membantu Jonathan sambil memeriksa lutut lelaki itu.

"Cerewet," bisik Jonathan sambil melihat seluruh tubuhnya dan saat yakin kalau tidak ada luka sama sekali Jonathan bernapas lega.

"Apa?" tanya Jonathan saat menyadari Kaluna sedang memperhatikan dirinya, "udah sana jalan,” usir Jonathan.

Kaluna mengepalkan kedua tangannya sambil memuntahkan semua kata-kata makian yang ia tahu di dalam hatinya, rasa kesalnya sudah mencapai batas maksimum. Ia sadar kalau terlalu lama bernapas di dekat Jonathan dia akan kembali meledak atau bahkan dia bisa saja melemparkan sepeda yang saat ini sedang Jonathan tuntun. "Sabar Kaluna!" desis Kaluna di dalam hati.

"Bisa jalan nggak?" tanya Kaluna yang mencoba menahan emosinya karena dia sadar kalau kesulitan Jonathan bermuara dari dirinya.

"Aku bukan orang lumpuh, Kaluna, aku bisa jalan," ucap Jonathan dingin sambil berjalan dengan mendorong sepedanya.

"Ampuni aku Gusti!!! Kenapa aku dulu bisa suka dan cinta sama cowok gila ini! Dan kenapa ini cowo walau nyebelin masih keliatan ganteng? Kayanya dikasih baju terbuat dari karung goni juga masih ganteng," gerutu Kaluna di dalam hati sambil berjalan beriringan dengan Jonathan.

Setelah mereka berjalan dan Kaluna membelikan dua botol air mineral, mereka duduk di salah satu kursi yang disediakan minimarket. Kaluna terdiam melihat Jonathan yang membasuh wajahnya.

Entah karena Kaluna terlalu emosi atau sambungan otaknya sudah terputus tapi, melihat Jonathan yang sedang mencuci mukanya seolah sedang melihat salah satu model yang ada dilayar kaca. Tubuh Kaluna menegang saat melihat guratan-guratan halus urat di tangan Jonathan yang terlihat setiap lelaki itu menggerakkan tangannya.

Tanpa sadar Kaluna menahan napasnya sendiri mengingat di mana tangan itu pernah menyentuhnya, "Sadar Kaluna!" maki Kaluna di dalam hati sambil mengalihkan pandangannya.

Sesekali Kaluna mencuri-curi pandang ke arah wajah Jonathan yang entah kenapa terlihat lebih tampan daripada terakhir kali mereka bertemu, wajahnya lebih tegas, kulit lelaki itu masih bersih, rambutnya yang berantakkan malah menambah daya tariknya, rahangnya terlihat lebih maskulin dan sumpah demi apa pun juga guratan halus di tangan Jonathan membuat Kaluna kembali merinding. Satu kata untuk Jonathan, lelaki itu tampan.

"Mulut kamu nggak bisa nutup? Nggak takut ada nyamuk masuk?" tanya Jonathan membuyarkan lamunan Kaluna.

Perkataan Jonathan sontak membuat Kaluna menutup mulutnya, ia bahkan tidak sadar kalau saat ini mulutnya terbuka. Memalukan.

"Udah nutup," ucap Kaluna sambil melipat tangannya di dada lalu membuang mukanya, berusaha untuk mengenyahkan semua daya tarik Jonathan yang masih mematikan untuk dirinya.

"Gimana kabar ibu?" tanya Jonathan tiba-tiba memecahkan keheningan.

"Baik, dia baik ... bahkan dia lebih bahagia sekarang," ucap Kaluna sambil mengalihkan pandangannya melihat wajah Jonathan.

"Syukurlah ayah kamu udah sadar," ucap Jonathan yang tahu dengan apa yang terjadi di keluarga Kaluna.

Kaluna tersenyum simpul sambil menengadahkan kepalanya ke langit, "Orang tua aku cerai, Jonathan."

••

Comments (11)
goodnovel comment avatar
Dyah Murtiningsih
enak dibaca
goodnovel comment avatar
Jenia DCris
bagus ....
goodnovel comment avatar
Latifa Putri
mmmhm bagus..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status