Share

Bab. 7 Kemalangan Liu Heng

“Apa yang kalian lakukan di sini?” bentak Zou Cheng.

Dia sangat marah karena hampir semua murid wanita sedang berkumpul di depan pintu masuk. Tidak ada yang berani masuk karena mereka takut dengan Jue Die. Mereka hanya menunggu di sana sambil berharap kalau rumor tentang pria berwajah giok itu benar-benar muncul. Informasi itu menyebar sangat cepat seperti lalat.

Para murid wanita yang ada di baris belakang hanya menatap Zou Chang sebentar, tetapi beberapa detik kemudian mereka langsung memalingkan pandangannya. Mereka kembali fokus dengan pintu masuk dapur.

Zou Cheng marah, tetapi harga dirinya tidak bisa membuatnya memukul seorang perempuan. Dia kemudian menoleh ke arah bawahannya. Zou Cheng memiliki beberapa bawahan yang selalu mengikuti dirinya. Mereka sebenarnya tidak begitu suka dengan Zou Cheng, tetapi mereka butuh. Zou Cheng adalah anak dari tetua murid dalam, tetapi karena dia tidak terlalu berbakat. Dia tidak bisa masuk ke dalam sekte bagian dalam. Dia hanya bisa menjadi murid luar.

“Apa yang mereka tunggu?” tanya Zou Cheng.

“Kemarin tuan Zie Du membawa tiga orang remaja dan salah satunya memiliki wajah yang sangat tampan. Para gadis menjulukinya dengan julukan Pria Berwajah Giok,” jawab salah satu rekannya. “Ah, sebenarnya ada satu lagi yang membuat keributan. Ada gadis yang memiliki wajah yang sangat cantik dan para murid pria menjulukinya dengan julukan wanita berwajah es. Itu karena dia sangat cuek dengan semua orang. Wajah gadis itu selalu terlihat marah kepada semua orang. Selama dua hari ini dia hanya fokus berlatih saja,” tambahnya.

“Siapa nama mereka?” Zou Cheng.

“Kalau tidak salah nama yang laki-laki adalah Liu Heng dan yang gadis adalah Xie Xie,” jawab bawahannya.

Zou Cheng mengerutkan keningnya.

Tiba-tiba semua murid wanita berteriak histeris. Dengan spontan Zou Cheng langsung melihat ke arah pintu masuk dapur. Terlihat ada seorang anak kecil yang sedang berjalan keluar dari sana. Zou Cheng terdiam beberapa detik. Dia bahkan terpesona.

Dia langsung menggelengkan kepalanya, “Itu tidak boleh!” dia marah dengan dirinya sendiri. Tidak ada yang namanya pria kagum dengan wajah pria lain. Itu menjijikkan menurut Zou Cheng.

“Ayo ikut aku!” ajak Zou Cheng.

Dia langsung berjalan. Dia ingin menghampiri Liu Heng dan langsung menyingkirkan murid wanita yang menghalangi dirinya. Mereka menatap tajam ke arah Zou Cheng, tetapi tidak ada yang berani bertindak. Mereka hanya berani menatap dengan kemarahan saja.

Tidak lama dia tiba di depan Liu Cheng. Dia menatap Liu Cheng dan dengan kedua tangannya Zou Cheng langsung mendorong tubuh Liu Heng ke tanah. Liu Heng pun terjatuh. Air kotor yang sedang dia bawah pun tumpah dan membasahi tubuhnya. Liu Heng melihat ke arah Zou Cheng.

“Siapa kau? Aku membenci dirimu!” bentak Zou Cheng.

Liu Heng bangun sambil mengibaskan pakaiannya yang kotor. Dia kemudian tersenyum tipis. Itu membuat murid wanita langsung ikut tersenyum. Beberapa detik kemudian mereka menatap semakin tajam ke arah Zou Cheng. Itu membuat Zou Cheng merasa merinding.

“Aku adalah Liu Heng dan aku adalah seorang bekerja di bawah asuhan tuan Jue Die,” jawab Liu Heng. Die berusaha untuk tetap ramah karena Jue Die sudah memperingatkan dirinya kalau jangan mencari masalah di sekte.

Zou Cheng yang mendengar nama Jue Die langsung panik. Tidak ada yang tidak tahu tentang seberapa galak Jue Die. Dia bahkan pernah memukul anak dari seorang Patriarch. Yang bahkan Patriarch pun tidak berani marah sama sekali. Dia malah menampar wajah anaknya sendiri. Tidak ada yang tahu alasan pastinya, tetapi banyak yang berpendapat kalau Patriarch memiliki hutang budi kepada Jue Die.

“Aku membencimu!” teriak Zou Cheng.

Liu Heng mengerutkan keningnya. Dia tidak pernah merasa pernah melakukan kesalahan apa pun. Bahkan ini adalah pertemuan pertama mereka. Bagaimana bisa dia bisa dibenci. Liu Heng memiringkan kepalanya.

“Kau bisa membuat banyak wanita menyukaimu padahal kau baru datang ke mari. Aku yang sudah lama di sini dan sudah berlatih dengan keras. Tidak ada satu pun yang menyukai ku,” keluh Zou Cheng.

“Apa itu salahku?” tanya Liu Heng dengan wajah kebingungan.

“Benar, itu adalah salahmu.” Zou Cheng membesarkan suaranya. Dia membusungkan dadanya sambil menunjuk ke arah Liu Heng. “Kita buktikan siapa yang terkuat diantara kita. Aku ingin kita berduel dua hari lagi di tempat latihan utama.”

“Aku tidak bisa,” jawab Liu Heng. “Aku hanyalah seorang pesuruh. Aku tidak bisa berkultivasi,” sambungnya.

Semua orang kaget. para murid wanita menjadi kecewa. Beberapa bahkan sudah pergi dari sana. Tidak ada yang bisa diharapkan dari seorang pria yang tidak bisa berkultivasi. Mereka hanya akan menjadi beban. Wajah Liu Heng memang sangat membuat mereka terpesona, tetapi tanpa kultivasi semuanya percuma.

“Aku tidak percaya. Pokoknya kau harus bertarung denganku lusa!” Zou Cheng sudah kekeh dengan apa yang dia katakan.

Liu Heng ingin menolak lagi, tetapi tiba-tiba seseorang muncul seorang pria tua di belakang Zou Cheng dan langsung memukul kepalanya. Zou Cheng langsung meringkuk kesakitan. Dia menoleh ke atas dan ternyata itu adalah Jue Die. Wajahnya langsung pucat.

“Kalau kau ingin bertarung, maka bertarunglah denganku!” tantang Jue Die. Zou Cheng langsung menggeleng pelan. “Kalau begitu pergilah!” bentak Jue Die. Dia kemudian menatap para gadis yang masih ada di sana. Dia menatap mereka. Dengan cepat mereka semua langsung bubar.

“Bagaimana bisa orang buta bisa melakukan itu?” batin Liu Heng.

Dengan bantuan tongkatnya Jue Die mendekati Liu Heng dan mengelus kepada Liu Heng, “Masuklah ke dalam lagi. Biarkan orang lainnya yang melakukan tugasmu,” ucap Jue Die. Dia selalu memperhatikan Liu Heng dan merasa iba dengan nasibnya.

Tanpa pikir panjang Liu Heng langsung masuk. Dia langsung ingin mandi karena tubuhnya sudah kotor.

“Anak yang malang,” batin Jue Die.

***

Hari-hari berikutnya tidak ada lagi murid wanita yang menunggu dia di depan pintu masuk. Mereka semua sudah kecewa dengan fakta kalau Liu Heng tidak bisa berkultivasi. Apalagi beberapa hari terakhir dia sering di bully oleh beberapa murid lainnya. Liu Heng sama sekali tidak membalas. Itu menambah kekecewaan mereka.

“Dasar tidak berguna!” hina salah satu murid yang mengelilingi Liu Heng. Dia langsung menendang tubuh Liu Heng sekali lagi. Dia hanya bisa menerima dan bangun kembali. Murid lainnya melakukan hal yang sama hingga tubuh Liu Heng babak belur.

“Untuk apa kau hidup kalau kau tidak punya masa depan. Lebih baik kau mati saja!” hina salah satu murid lainnya.

Di kejauhan Zou Cheng yang melihat hal itu merasa kasihan, tetapi dia tidak bisa menolong karena itu akan membuat dia ikut direndahkan juga. Apalagi bawahannya ikut tertawa dan bahkan salah satu bawahannya juga ikut menyiksa Liu Heng.

Itu bukan hanya dilakukan sekali, tetapi setiap kali Liu Heng keluar pasti dia di siksa.

“Kalau kalian tidak berhenti, maka aku akan memukul kalian semua!” teriak seseorang dari kejauhan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status