Share

Dua

Alvin melangkahkan kakinya menuju kelas Alin yaitu 10 MIPA 2. Dengan plastik putih ditangannya yang berisi kotak makan dan satu botol air mineral.

Cowok itu melihat Alin sedang tertawa dengan cowok didepannya yang terlihat sedang melakukan hal-hal lucu.

"Aldi!" Teriak Alin nyaring saat cowok itu mencubit pipinya.

"Abisnya suruh siapa lo gemesin?" Tanya Aldi.

Alin memutar bola matanya malas mengusap-usap pipinya yang memerah akibat dicubit.

"Ya udah maaf, gue traktir mau gak?" 

"Ayok! Kantin!" Seru Alin girang. 

Aldi menggenggam tangan Alin lalu tersenyum.

Alvin mengepalkan kedua tangannya. Urat-urat di tangannya terlihat jelas menandakan dia sedang dilanda emosi.

Cowok itu berjalan mendekati Aldi.

Bugh!

"Jangan sentuh milik gue sialan!" Ucap Alvin emosi lalu menarik tangan Alin kasar mendekatinya.

Aldi mengusap darah yang ada di bibirnya bekas tonjokan Alvin.

"Ikut gue!" Alvin menarik Alin supaya mengikutinya.

"Apa-apaan si lo kak?" Tanga Alin melihat Aldi lalu berusaha melepaskan cengkraman tangan Alvin dari tangannya.

Cowok itu membawanya ke taman sekolah.

"Mulai detik ini lo gak boleh deket sama cowok lain kecuali gue!" Tegas Alvin melepaskan cengkraman tangannya.

Alin meringis melihat pergelangan tangannya memerah.

"Gajelas lo!" Alin berjalan pergi meninggalkan Alvin.

"Alin!" Tegur Alvin.

"Berhenti atau gua cium!" Ucap Alvin.

Alin menghentikan langkahnya.

"Basi!" Ucap Alin.

Alvin menaruh plastik yang dibawanya lalu menarik Alin.

Cup!

"Menghapus jejak cubitan cowok sialan tadi di pipi lo," gumam Alvin tersenyum.

Plak!

Alin menampar pipi Alvin hingga mengeluarkan darah di sudut bibir cowok itu.

"Brengsek lo!" Ucap Alin emosi.

Alvin meringis mengusap darah yang keluar di sudut bibirnya. 

"Kak sudut bibir lo berdarah? Aduh!" Alin gelagapan.

"Lo duduk dulu.Tunggu sebentar," Alin menyuruh Alvin duduk di kursi taman lalu pergi menuju UKS.

Alvin tersenyum miring, berhasil membuat cewek itu khawatir padanya. Padahal luka segini sudah biasa baginya. Bohong, dia tidak merasakan sakit sama sekali.

"Tapi kuat juga cewek gue," gumamnya.

___________

"Nih lo obatin sendiri kak," Alin mengulurkan tangannya memberikan kotak P3K.

"Obatin."

"Kalo begitu gue pergi," Alin hendak melangkahkan kakinya.

"Duduk," perintah Alvin.

"Alina! Duduk atau gue--"

"Oke! Gue duduk!" Gadis itu dudyk disamping Alvin.

"Makan," Alvin memberikan kotak makan dan air mineral itu.

"Gamau," tolak Alin.

"Oke fine, makasih!" Pasrah Alin melihat tatapan Alvin yang tidak bersahabat.

"Lo obatin luka lo," ucap nya.

"Nanti juga sembuh sendiri. Luka segini udah biasa." Balas Alvin.

Alin memutar bola matanya malas. Terus ngapain dia tadi pergi ke UKS mengambil obat untuk cowok disampingnya ini.

Gadis itu memakan roti pemberian Alvin dengan emosi.

Alvin tersenyum. Gemas sekali.

"kak." Panggil Alin.

"Hm?" Ucap Alvin.

"Lo mau gak jadi matahari di kehidupan gue?"

Alvin tersenyum," mau doang sayang."

" KALO BEGITU MENJAUHLAH 149,6 JUTA KM DARI SEKARANG!" 

Setelah itu Alin bangkit dari duduk nya lalu menginjak kaki Alvin.

"Rasain!" Alin pergi meninggalkan Alvin yang meringis.

"Mine," gumam Alvin tersenyum licik.

______________

"Buah mangga buah durian," ucap Arya berpantun.

"Lo pulang naik apa?" Lanjut Arya.

"Gak nyambung bego!" Seru Kenzo.

Arya mengangkat bahunya tidak peduli," lo pulang naik apa?"

"Gue pulang terbang." Jawab Kenzo.

"Lo kan gak punya sayap," ucap Ardan.

"Dia terbang menggepakan ginjal kanan dan kirinya." Sahut Arya.

"Gak gitu juga goblok!" Gereget Kenzo.

"Al, liat tuh gebetan lo di boncengan sama siapa?" Ucap Kenzo saat motor Aldi bersama Alin melewati mereka.

Alvian lantas mengalihkan pandangannya dari game di handphone nya.

Tangannya terkepal kuat. Sudah dia bilang Alin tidak boleh dekat dengan cowok lain selain dirinya. 

Alvin tersenyum miring. Rupanya cara halus tidak mempan. Jangan salahkan jika cara yang ia gunakan  sekarang kasar!

"Ikut gue!" Perintah Alvin lalu mereka berjalan menuju parkiran sekolah menghampiri motornya yang terparkir.

_____________

Avin beserta ketiga temannya menghadang jalan Aldi. Refleks Aldi berhenti mengerem motornya mendadak.

Aldi dan Alin turun dari motor itu.

Dengan cepat Alvin menarik Alin untuk mendekatinya.

"Udah gue bilang lo gak boleh deket sama cowok lain. Lo pikir omongan gue tadi bercanda?" Ucap Alvin marah.

"Kalo cara halus gak bikin lo patuh jangan salahkan gua jika mulai saat ini cara yang gue lakuin salah!" Tegas Alvin. Mukanya memerah menahan amarah dengan mata tajamnya yang menatap Alin marah.

Alvin berjalan mendekat kearah Aldi," lo jangan pernah sentuh milik gue lagi!" 

Cowok itu memegang kerah baju Aldi," atau gue habisi lo!"

"Udah-udah kawan! Jika kalian tidak bisa menyelesaikan dengan cara baik-baik, ingat," Arya memotong ucapannya.

"Buat apa diciptakan kedua tangan kalau tidak saling baku hantam." Lanjutnya.

"Orang lagi marah malah lo komporin goblok! Bukanya dilerai." Ucap Kenzo menggetak kepala Arya.

Alvin melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju Aldi kasar.

"Hajar!" Ucap Avin pada ketiga temannya.

"Lah?" Bingung kenzo.

"Gasss!" Ucap Arya semangat langsung menghajar Aldi.

"Itung-itung pemasangan lah. Otot lengan gue lama gak adu jotos," ucap Ardan.

Curang! Tiga lawan satu.

"Mau lo apa sih?" Tanya Alin marah.

Alvin diam dengan ekspresi santainya.Pandangannya lurus melihat Aldi yang sedang di hajar oleh ketiga temannya.

Alin melihat Aldi terkapar lemah lelaki itu tidak sama sekali melakukan perlawanan. Aldi adalah sahabatnya, dia tidak mau Aldi di hajar oleh teman-teman Alvin hanya gara-gara dirinya.

"Mau lo apa kak?" Ucap Alin berusaha sabar.

Alvin tetap diam.

Alin berusaha merendam amarahnya. Menghela nafasnya sabar.

"Mau kamu apa? Alvin maunya apa?" Tanya Alin lembut sambil memegang kedua tangan Alvin.

"Berhenti!" Seru Alvin. Kedua temannya langsung berhenti menghajar Aldi yang sudah tidak berdaya.

Alvin tersenyum.

"Lo jadi pacar gue!"

"Gila lo!?" Jerit Alin.

"Gak!" Tolaknya.

"Terserah kalo lo gakmau sahabat lo itu hari ini terakhir nernafas." Ujar Alvin.

"Gak waras lo!" Seru Alin. Air matanya tidak bisa ia tahan lagi.

"Emang. Gue gak waras karena lo."

"Mulai detik ini gue akan melakukan apapun demi mendapatkan lo. Bahkan itu tindakan kekerasan sekalipun," ucap Alvian serius.

Alin berlari menghampiri Aldi yang terkapar lemah dengan darah disekujur tubuhnya.

"Aldi, Al. Bangun!" Ucap Alin gemetar, air matanya meluruh begitu saja.

"Tolong siapapun bawa Aldi ke rumah sakit!" Ucap Alin.

Tidak ada yang menyahut.

"Anjir kasian anak orang. Mending kita bawa kerumah sakit woy!" Seru Kenzo tak tega.

"Pulang!" Ucap Alvin menarik lengan Alin.

Gadis itu menarik lengannya kasar.

"Alina! Nurut atau gue bunuh sahabat lo!" Ancam Alvin.

Alin bangkit berdiri lalu mengambil serpihan kaca spion motor Aldi yang tadi pecah.

"Kalo gitu gue juga harus mati!" Ucapnya mengarahkan serpihan kaca itu pada lengannya.

"Alin lo jangan macam-macam!" Ucap Alvin marah.

"Lo bawa Aldi ke rumah sakit atau gue mati?" 

"Alah palingan juga bohongan Al," seru Arya yang mendapat getakan dari Ardan.

"Lo gak tau situasi banget sih!" Bisik Ardan.

Alin menggores tangannya dengan serpihan kaca itu membuat cairan kental berwarna merah keluar.

"ALINA!" teriak Alvin langsung merebut serpihan kaca itu lalu membuangnya.

Alvin mengacak-acak rambutnya," bawa orang itu ke rumah sakit!" Perintahnya pada ketiga temannya.

"Ar, gue pinjem mobil lo. Kalian pesen taksi buat bawa dia."

"Soal motor gue sama lo Kenzo, nanti orang suruhan gue kesini buat ambil." Ucap Alvin.

Ardan mengangguk lalu melempar kunci mobil pada Alvin.

"Ikut gue!" 

"Gak, gue mau nemenin Aldi ke rumah sakit," tolak Alin.

"Lo ikut gue atau gue gak bawa temen lo kerumah sakit?" Tanya Alvin.

"Percuma minta tolong sama orang lain! Disini sepi, jauh dari rumah warga." Lanjutnya.

Tanpa banyak kata Alvin menggendong Alin memasuki mobil Ardan. Dia harus segera mengobati luka ditangan gadisnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status