Hari itu Washington D.C. sedang dilanda hujan dan trotoar dipenuhi banyak orang. Limusin ramping beringsut di antara garis kuning taksi yang bermanuver keluar masuk kemacetan lalu lintas yang sudah padat meruwat. Perusahaan-perusahaan besar yang kaya menghuni blok tinggi jalan itu dan perusahaan tempat Ella Stanford bekerja adalah salah satunya.
Saat Ella masuk ke dalam gedung, dia menyapa petugas keamanan yang kemudian membalasnya dengan senyuman hangat. Petugas itu dapat mengenali sebagian besar karyawan yang bekerja di Summers Industries hanya dengan melihat, beberapa berdasarkan nama.
Ella berjalan menuju gerbang elektronik dan mengetuk kartunya di mesin. Terdengar dengungan sejenak sebelum pintu terbuka dan Ella melangkah masuk. Dia segera pergi ke jejeran lift dan menekan tombol panggil. Begitu dia berada di lantai yang benar, dia berjalan keluar dari lift menuju pintu kaca pelat berat yang bertuliskan “SUMMERS ENTERTAINMENT”. Ella menawarkan sebuah senyum kepada resepsionis muda yang bekerja di belakang meja dan melintasi kantor terbuka sebelum masuk ke pintu kaca buram yang bertuliskan nama "JAVIER SUMMERS". Javier Summers, bos Ella yang juga merupakan CEO Summers Entertainment (orang bisa dengan mudah menebak dengan hanya melihat nama keluarganya), memiliki ruangan persegi besar setelah ruangan Ella dengan pintu yang menghubungkan kedua ruangan mereka.
Ella telah bekerja untuk Javier Summers selama lebih dari tiga tahun. Suasana efisiensi dan profesionalismenya yang tertutup telah menjadi alasan mengapa dia berhasil mempertahankan pekerjaan ini selama itu. Dia sudah sering diberitahu oleh rekan-rekan kerjanya bahwa sebelum Ella bekerja di sini, Javier telah memecat kurang lebih lima orang. Bahkan yang terakhir hanya sempat bekerja selama sebulan.
Waktu menunjukkan sepuluh menit sebelum pukul satu. Ella kembali ke kantor lebih awal dan meluangkan cukup waktu untuk bersiap-siap sebelum bosnya kembali dari makan siangnya. Gadis itu menggantung jaketnya di gantungan baju, di sudut ruangan, dan merapikan rambutnya sebelum duduk kembali di mejanya.
“Bagaimana kabar sekretaris profesional saya yang luar biasa?”
Ella menggertakkan giginya melawan gelombang amarah yang menggelegak. Terkadang bekerja untuk Javier itu melelahkan dan ini adalah salah satu alasannya yakni ketika bosnya itu begitu ceroboh dengan kata-katanya. Javier tidak perlu meletakkan kata 'profesional' di sana hanya untuk membuat Ella terdengar membosankan. Lebih parahnya lagi, satu-satunya alasan kenapa Javier memanggilnya ‘luar biasa’ adalah karena pria itu telah melakukan penaklukan lagi. Bukan hanya kesepakatan bisnis yang bagus, daftar penaklukannya juga mencakup wanita.
Suara Javier dipenuhi dengan keangkuhan, tanda pasti kepuasan seksual. Tanpa diragukan lagi, pria itu pasti telah menghabiskan makan siang yang menyenangkan dengan wanita terbarunya. Satu tanda lain adalah dasinya yang hilang. Ella ingat ketika Javier datang ke kantor pagi ini, laki-laki itu telah mengenakan dasi abu-abu. Tidak hanya dasi itu hilang, tetapi kerah kemeja yang biasanya rapi pun kali ini terbuka.
Namun satu kali melihat Javier, Ella langsung dapat memahami mengapa kaum wanita merasa sulit untuk menolak Javier. Selain penampilannya yang tampan secara alami, dia juga sangat menarik. Matanya sebiru lautan dan terkadang ketika suasana hatinya mendung, matanya akan berubah menjadi lebih gelap, hampir sama gelapnya dengan langit malam. Tulang pipinya bersudut, hampir kaku. Mulutnya lebar dengan bibir bagian atas yang tegas dan terkendali sedangkan bibir bagian bawahnya penuh seolah menyampaikan isyarat sensualitas dan penguasaannya dalam seni berciuman. Wajahnya selalu mencerminkan suasana hatinya saat ini, terkadang penuh dengan kebanggaan saat harus mengintimidasi seseorang (terutama bawahan atau rekan bisnisnya). Di lain waktu, sangat memesona bahkan hati yang sedingin es pun pasti akan meleleh saat melihatnya. Satu hal yang pasti, personanya selalu penuh dengan kekuatan sama seperti Javier sendiri. Terkadang Ella kesal bagaimana Javier bisa berpikir lebih cepat dibanding manusia pada umumnya.
Javier Summers adalah pria yang berbahaya. Dia sama sulitnya untuk ditangani seperti puma liar: buas, tak terduga, dan predator. Dia bekerja keras dan bermain keras. Di usianya yang tiga puluh dua tahun, dia telah berada di puncak kehidupan dan memiliki reputasi yang baik sebagai seorang jenius di bidang entertainment. Selain itu, dia menggunakan daya tarik seksnya yang tidak diragukan lagi tanpa ampun. Namanya telah terlibat dengan beberapa artis ternama. Seorang bintang atau artis baru sering mendapat publisitas gratis hanya dengan difoto bersama Javier keluar dari klub malam. Pria itu juga tidak menunjukkan tanda-tanda untuk settle down dan menikah. Dan tidak satupun hubungan romantisnya yang tampak serius atau bertahan lebih dari beberapa minggu.
“Selamat siang, Sir,” sapa Ella dengan senyum kecil yang sopan.
Alisnya yang gelap dan gagah terangkat karena terkejut. “Sir?”
“Bukankah itu sebabnya kamu menyisipkan kata ‘profesional’ dalam salammu barusan, supaya aku akan menyapamu secara formal?” Ella memiringkan kepalanya ke satu sisi.
Javier tertawa, matanya yang sebiru samudra berbinar senang. Iblis itu jelas menikmati olok-olok kecil ini. “Anda tidak pernah gagal menghibur saya dengan lidah tajam Anda, Miss Stanford.” Satu hal menyebalkan lagi yang selalu dilakukan bosnya. Javier gemar memanggil Ella menggunakan nama belakang Ella, sama seperti ketika pria itu memanggil teman-teman prianya yang lain.
Ia mengabaikan ejekan bosnya itu dan mengambil file yang telah ia siapkan sebelum jam makan Siang untuk diberikan kepada Javier kemudian menyerahkan file itu kepada bosnya. “Ini adalah file yang Anda minta. Anda perlu memeriksanya supaya saya dapat mengatur meeting,” ujar Ella efisien. Setelah Javier mengambil file itu, Ella menawarkan senyum sopan dan bertanya, “Apakah ada hal lain yang Anda butuhkan dari saya?”
“Tidak.” Pria itu menggelengkan kepalanya dan mulai melenggang ke pintu penghubung. Dan kemudian seolah-olah dia baru saja mengingat sesuatu, Javier berhenti, berbalik, dan bersandar di kusen pintu. “Ada satu hal lagi. Bagaimana rencana pesta akhir pekan ini? Apakah semuanya sudah diatur sesuai rencana dan sesuai dengan daftar yang kuberikan terakhir kali?” Ketika Ella tidak segera menjawab, alis pria itu turun. “Kau tidak lupa bukan?”
Tentu saja Ella tidak lupa! Bagaimana bisa dia lupa mengatur acara pesta ulang tahun bosnya akhir pekan ini? Bukan sekadar gajinya atau pekerjaannya saja, kepalanya juga akan dipertaruhkan!
“Tidak, tentu saja saya ingat.” Ella meregangkan bibirnya ke dalam apa yang dia harapkan adalah senyum yang meyakinkan. “Semuanya akan sempurna! Saya telah mengaturnya persis seperti yang Anda inginkan.”
“Bagus, bagus.” Javier menundukkan kepala dan membaca dokumen itu untuk sesaat sebelum mata biru samudera itu sekali lagi tertuju pada Ella. “Kamu tahu bahwa kamu juga harus datang, kan?”
“S-saya—” Ella berdeham lalu menjawab dengan tenang. “Saya rasa itu tidak perlu. Ini bukan pertemuan bisnis, saya rasa Anda tidak memerlukan sekretaris Anda di pesta ulang tahun Anda.”
“Omong kosong!” Javier menggelengkan kepalanya, memberi Ella tatapan tidak setuju. “Aku akan membutuhkanmu di sana. Anggap itu sebagai hadiah untuk semua kerja keras yang telah kamu lakukan dalam bekerja sama dengan Event Organizer dalam mengatur acara ini.”
“Terima kasih,” jawab Ella lembut. “Saya akan menantikan untuk bersantai dan menikmati diri.”
Mata biru itu berbinar berbahaya dan untuk sepersekian detik, Ella melihat sesuatu di mata biru yang belum pernah ia lihat sebelumnya. “Aku akan senang melihatmu menikmati dirimu sendiri, Ella.”
Jika kilatan di mata Javier tidak cukup untuk membuat Ella curiga dengan motif pria itu, fakta bahwa dia baru saja memanggil gadis itu dengan nama depan, dan pertama kalinya sudah lebih dari cukup untuk membuat jantung Ella berdetak lebih kencang.
POV Sang CEO Liar Javier Summers duduk di mejanya dan masuk ke komputernya. Awalnya, pria itu hanya memeriksa emailnya dan memastikan bahwa dia tidak melewatkan berita penting apa pun sebelum membuka file yang diberikan Ella kepadanya. Dia sedang setengah jalan membaca dokumen itu ketika sebuah pertanyaan aneh muncul di benaknya.
POV Sang Sekretaris Ella sangat marah. Gadis itu hampir akan kembali ke kantor Javier dan menampar wajah laki-laki kurang ajar itu. Namun entah bagaimana, ia berhasil menenangkan diri dan ketika bosnya, Javier Summers berjalan di depannya dan mengucapkan selamat tinggal padanya, Ella sanggup memasang senyum sopan yang biasa terpampang di wajahnya seolah-olah tidak ada yang terjadi. Seolah-olah Javier tidak hanya menghinanya dengan berpikir bahwa tipe pria yang bisa Ella kencani adalah akuntan dan penasihat pajak
POV Sang CEO Liar Ella terlambat. Ella Stanford jelas-jelas terlambat. Javier tidak bisa menahan diri untuk tidak sesekali melirik arloji Rolex-nya dan menoleh ke arah pintu masuk. Sepuluh menit lagi dan semua orang yang saat ini menikmati cocktail dan makanan ringan di
POV Sang Sekretaris Ella benar-benar gemetar ketika dia menunggu aba-aba untuk masuk. Mungkin ia seharusnya tidak membiarkan Damon dan Jackie membujuknya untuk melakukan ini. Namun demikian, dia sudah berada tepat di luar pintu besar yang menuju ke ruang makan. Seseorang di dalam sedang berpidato dan begitu pidato itu selesai, Ella akan masuk untuk menyanyi. Sorak-sorai diikuti dengan tepuk tangan, menunjukkan bahwa waktu telah tiba. Jackie memeluk gadis itu sebentar sementara Damon membisikkan kata-kata penyemangat ke telinganya.
POV Sang CEO Ella tampak seperti dirinya yang biasa namun pada saat yang sama, dia terlihat berbeda. Ada sesuatu tentang caranya bergerak, cara pinggulnya bergoyang. Dan ketika Javier memandang Ella, pria itu memperhatikan bentuk sensual bibir gadis itu saat Ella menatapnya dalam-dalam dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. “Ayo, Sayang, tiup lilinnya dong,” desak London di sampingnya, melingkarkan tangannya di lengan Javier. Javier menatap Ella sekali lagi sebelum membungkukkan badan dan meniup lilin. Kerumunan bersorak dan satu per satu tamunya mulai mengucapkan selamat. Beberapa saat kemudian, Javier meninggalkan para tamu untuk bergabung dengan saudara-saudaranya. Dua dari delapan saudaranya ada di sini demi merayakan ulang tahun Javier. Meskipun mereka delapan bersaudara, mereka benar-benar dekat satu sama lain. “Kami masih bel
POV Sang Sekretaris Ella berusaha keras menahan tawanya. Bosnya bungkam tidak berkutik akibat semua komentar Damon dan tidak diragukan juga dikarenakan cara Damon tidak menggubris London Star, wanita terakhir bosnya, dan memusatkan seluruh perhatiannya pada Ella. Meskipun Ella harus mengakui, saat gadis itu melirik punggung London yang terbuka, tidak ada satu pun noda atau selulit di kulit telanjang wanita itu, sesuatu yang tidak bisa Ella katakan tentang dirinya sendiri. Dia dengan cepat menepis rasa tidak insecure-nya. Lagi pula, bahkan dengan begitu banyak hal indah yang dipajang dan tersedia untuknya, mata Javier tetap terkunci dengan aman pada setiap gerakan Ella. Itu sendiri bisa menjadi pujian tertinggi yang pernah ada. “Ella, duduk di sebelahku. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, pronto!” Perintah Javier jelas
POV Sang CEO LiarJavier Summers tidak menyukai malam ini. Dia tidak menyukainya sedikit pun. Pria itu bahkan bisa menganggap hari ini sebagai ulang tahun terburuk yang pernah dia alami. Tidak, dia tidak bisa menyalahkan makanan yang disajikan. Mereka luar biasa enak, dimasak dan disiapkan oleh koki terbaik di Amerika Serikat. Dan dia juga tidak bisa menyalahkan dekorasinya, mereka persis seperti yang dia inginkan: elegan dan berkelas. Band yang memainkan musik saat ini juga memberikan penampilan terbaik mereka, jadi dia juga tidak bisa menyalahkan band itu.Yang paling membuatnya kesal adalah kenyataan bahwa sekretaris kecilnya yang selalu menunjukkan kesopanan tiba-tiba memutuskan untuk bertingkah bebas malam ini dan dia tidak hanya melakukan ini sendiri, dia memiliki seorang pria tampan di sisinya, bersemangat untuk menyenangkan Ella dan tidak bisa menunggu malam yang penuh kenikmatan setelah pesta in
POV Sang Boss Band mulai bermain lagi. Hanya saja kali ini, Lagunya bertempo lebih lambat, sesuatu cocok untuk slow dance. Ella baru saja kembali ke meja ketika dia melihat Javier dan London Star. Untung saja, gadis itu memiliki Damon di sisinya sehingga situasi tidak awkward. Lagipula semuanya selalu lebih baik dengan seorang teman di sisinya dibandingkan menghadapi sesuatu seperti ini sendirian. Mata London berbinar dan wanita itu pun bangkit. “Damon, aku suka lagu ini. Ayo berdansa denganku,” ujarnya, mengaitkan lengannya ke Damon sembari menekan payudaranya yang besar di lengan pria itu. “Kau tidak keberatan jika aku meminjamnya untuk berdansa kan, Ella?” “Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan cewekku sendirian,” jawab Damon, berusaha melepaskan lengannya dari genggaman London dan gagal total karena wanita itu justru memeluknya lebih erat.