Kalila mengembuskan napas kasar berulang kali karena harus terjebak di kota ini setelah pertemuan dengan klien.Badai besar yang jarang terjadi ini tiba-tiba saja datang sampai melumpuhkan penerbangan hingga dua belas jam ke depan.Bagus, ia tidak bisa pulang ke Berlin malam ini.“Hotel sudah siap, Nona!” Eva memberitau dan mau tidak mau Kalila harus beranjak dari duduknya di ruang tunggu VIP Flughafen Munchen untuk kemudian bermalam di hotel yang sudah Eva pesan.“Kita makan malam dulu!” cetus Kalila yang kemudian mendapat anggukan Eva dan Axel.Hotel yang Eva pesan tidak jauh dari Bandara dan kebetulan hotel itu memiliki restoran yang menjadi tempat favorite para kelas atas di kota Munich untuk menikmati makan malam.Akan tetapi karena badai yang di mulai tadi sore membuat pengunjung restoran itu sedikit dan hanya beberapa tamu hotel yang menikmati makan malam di sana.Dengan sigap Axel membuka longcoat Kalila yang basah karena terkena air hujan saat turun dari mobil tadi lalu ia si
“Baby girl!!” teriakan Marvin menggema di ruang perpustakaan membuat semua orang beserta penjaga perpustakaan menatap tajam ke arah lelaki tampan itu termasuk Kejora yang dipanggil demikian oleh Marvin.“Marviiin ... jangan teriak-teriak nanti kamu diusir dari sini!” Kejora berbisik sambil mencondongkan tubuhnya yang hampir melewati setengah bagian meja agar Marvin yang duduk di sebrang mejanya dapat mendengar.Pria itu tersenyum manis lalu mencubit pipi Kejora gemas.Sang gadis pun mengaduh lalu mengusap pipinya yang memerah akibat ulah Marvin. Kejora melirik arloji yang ia berikan sebagai hadiah ulang tahun untuk Marvin, pria itu selalu memakainya kemana-mana.Menyentuhnya sebentar kemudian tersenyum. “Kamu selalu memakainya.” “Tentu ... ini pemberianmu.” Marvin lalu mengecup jam tangan itu.“Iiih ... kamu jorok!” Kejora menarik tangan Marvin, menjauhkannya dari bibir sang lelaki.Marvin tertawa pelan karenanya balas menarik tangan Kejora yang kemudian ia berikan kecupan di bagian
“Kamu yakin mau pulang?” Marvin menoleh, menunggu jawaban gadis cantik yang duduk di sebelahnya dengan wajah memberengut kesal.Kejora menganggukan kepala, tatapannya kosong ke arah depan.Helaan napas berat terembus dari mulut Marvin yang kemudian mengembalikan fokusnya pada kemudi lalu menginjak pedal gas cukup dalam.Jalanan yang luas dan lebar membuat Marvin dapat mengendarai supercarnya dengan kecepatan kencang.Ia bermaksud mengambil perhatian Kejora namun sang gadis tidak bergeming, mungkin mati pun saat ini ia tidak peduli dari pada merasakan sakit yang tak terperi pada hatinya setelah melihat Arjuna bersama wanita lain.Sabuk pengaman yang melintang di dada Kejora menghindarinya dari beberapa guncangan saat Marvin melakukan manuver.Kejora diam saja, tatapannya masih kosong layaknya psikopat ia tidak merasakan takut sewaktu Marvin nyaris menabrak mobil di depannya.Tanpa Kejora yang menunjukan arah jalan pulang, Marvin berhasil membawa kendaraannya sampai ke depan rumah Kejor
Hantaman kencang di pintu tidak membuat Arjuna bertanya tentang siapa pelakunya.Sudah pasti sang tetangga depan yang tergila-gila padanya tapi sekarang sedang emosi karena Arjuna mengklaim Hermes sebagai miliknya.Ternyata Kejora bisa marah juga kepada Arjuna, entah kenapa meski Arjuna juga tersulut emosi tapi rasanya ingin tersenyum geli.Coba kita lihat semarah apa Kejora kepada sang Arjuna.Arjuna menarik handle pintu, ia harus menghadapi Kejora.Tatapan nyalang penuh amarah yang pertama kali Arjuna dapatkan dari Kejora, meski begitu wajah berang itu tetap saja cantik karena bersemu merah di bagian pipinya.Merah karena menahan emosi bukan karena tersipu.Kejora melewati Arjuna dengan menyenggol tubuh pria itu, mencari kucing kesayangannya yang kemudian lari menghampiri lalu loncat ke dalam pelukan Kejora.Kejora memeluk erat sambil menggesekan sisi wajahnya di tubuh Hermes.“Mama kangen kamu,” gumam Kejora seraya membalikan tubuh untuk keluar dari rumah sang Arjuna.“Mau kemana?”
Usai sarapan pagi, Kejora memilih kembali ke kamarnya.Masih bersedih karena Hermes belum pulang terlebih petugas keamanan komplek pun tidak ada tanda-tanda telah menemukan Hermes atau memberi kabar mengenai keberadaan sang binatang peliharaan.Selain itu perasaannya masih galau karena Kalila mengatakan jika Arjuna memang sedang meeting di restoran itu hanya saja kliennya dan Leon datang terlambat.Tadi malam Kalila memang ijin untuk bicara dengan Arjuna, sebelum pergi sang Kakak sempat mengancam agar Kejora melupakan pria itu tapi ketika pulang Kalila malah membela Arjuna dan menuduh jika Kejora lah yang cemburu buta.Ck! Sang Kakak memang kadang suka plinplan.Benak Kejora mulai terpengaruh dan bertanya-tanya apakah setelah dirinya mengajak Marvin pulang, tidak lama kemudian Leon dan klien itu tiba?Meski begitu tetap saja Kejora tidak terima karena Arjuna menyentuh Elma.Sebelumnya Kejora memiliki dugaan kuat jika Arjuna menyukai Elma hanya saja belum mengutarakan perasaannya.Suar
“Ice cream?” Arjuna memberikan satu kotak kecil ice cream kehadapan Kejora.Sang gadis tampak diam saja padahal Arjuna tau jika Kejora mendengar pintu rumahnya terbuka juga langkah kakinya menuju ruang televisi jika dilihat dari lirikan mata Kejora.Bukan tidak ada maksud Arjuna membelikan Kejora ice cream yang ia pesan langsung dari toko ice cream terkenal di kotanya kalau bukan untuk meredam emosi maupun kekesalan kemarin yang mungkin masih membekas di hati Kejora.Bagaimana bisa membekas, bahkan rasa sakit dan kecewa masih bercokol di hati Kejora.Box ice cream perpaduan rasa coklat, strawberry dan vanila itu memiliki sendok di dalamnya sehingga Kejora bisa langsung memakan ice cream tersebut.Arjuna yang tangannya sedang memegang box ice cream bagiannya sendiri sambil memasukan ice cream ke mulutnya, sesekali melirik Kejora yang tampak anteng memakan ice cream sambil menonton televisi.Ia duduk di samping Kejora dengan sedikit jarak, menghabiskan ice cream lebih cepat lalu menyimp
P Kemana sih Triliuner membawa kekasihnya jalan-jalan?Ketika Kalila ditawari untuk belanja, gelengan kepala yang diberikannya kepada King.Hidup mewah yang di dapatnya dari lahir membuat Kalila kenyang dengan kemewahan itu sendiri terlebih sekarang ia memiliki penghasilan sebagai pemimpin perusahan dengan jumlah yang terbilang besar tanpa ada tanggungan.Tau kemana Kalila mengajak King akhirnya? Mauerpark Berlin, di sana Kalila dan King berjalan-jalan santai sambil bergandengan tangan seperti orang biasa yang sedang berkencang.“Kakimu tidak lelah?” King melirik heels yang membalut kaki Kalila.“Kalau lelah, apa kamu mau menggendongku?” “Tentu, mau sekarang aku gendong?” Kalila tergelak mendengar jawaban King yang spontan tanpa berpikir, bahkan pria itu sampai melepaskan genggaman tangannya lalu merentangkan kedua tangan agar Kalila yakin jika dirinya sungguh-sungguh.“Belum ... dan lagi, aku sudah terbiasa memakai sepatu seperti ini.” King mengangguk mengerti, meraih kembali tan
Bugh!Sebuah bantal besar menghantam kepala Arjuna cukup kencang membuat kesadaran pria itu ditarik paksa dari alam mimpi.Kejora yang berada dalam pelukan Arjuna dengan posisi tidur membelakangi sang kekasih pun ikut terjaga.“Ngapain lo tidur meluk-meluk adek gue!” Kalila berseru sambil terus memukul Arjuna dengan bantal.“Kak Lila! Stop!” Kejora langsung bangkit, merebut bantal yang digunakan menghantam kepala Arjuna dari tangan Kalila.“Stop Kak, jangan sakitin pacar Kejora!” teriak Kejora memekakan telinga semua orang di ruangan itu.“Lo juga, ngapain mau dipeluk-pekuk Arjuna?” “Memang kenapa? Dia pacar Kejora!” “Nanti kalian kelepasan! Mana enggak ada siapa-siapa di rumah, gimana kalau setan lewat?” “Ya tu setan kalau mau lewat-lewat aja, Kejora enggak akan ngalangin!” Kalila menggeram mendengar jawaban bodoh dari Kejora yang pasti selalu melakukan itu jika sudah terpojok.“Kak Lila suka aneh deh, masa Kakak boleh begituan tapi Kejora enggak boleh ... Kejora udah gede, Kak!”