"Kita mau kemana, paman?" tanya Emma mulai khawatir begitu mereka keluar dari lift.
Semua tampak seperti pintu kamar dan tidak ada satu ruanganpun yang tampak seperti ruang pertemuan.
"Seseorang sedang menunggumu di kamar VVIP. Dia adalah teman paman yang makan bersama paman semalam. Apa kau tahu bahwa dia adalah seorang konglomerat? Dia sangat menyukaimu. Layani dia dengan baik, maka kau pasti akan mendapatkan uang yang banyak."
Emma terbelalak. Dia mundur dan menatap Mike Palaru dengan bingung.
"Apa maksud paman? Mengapa aku harus melayaninya? Bukankah hotel ini punya pegawai yang siap melayani setiap tamu?" tanya Emma dengan suara bergetar.
"Emma, dia menginginkanmu. Apa kau tahu betapa sulitnya mencari wanita yang sesuai dengan seleranya? Dia bersedia membayarmu puluhan juta demi melayaninya. Lagipula ini kan juga pekerjaanmu," paksa Mike sambil menarik lengan Emma.
"Paman aku mohon, aku tidak mau masuk ke sana. Aku sudah katakan, aku tidak mau menerima pekerjaan yang paman tawarkan ini," mohon Emma mulai terisak ketakutan.
Wajah Mike Palaru berubah menjadi semenakutkan iblis dan bulu kuduk Emma berdiri karena merinding. Emma memang selalu merasa ada yang salah dengan pamannya itu, tapi untuk pertama kalinya dia melihat wajah asli Mike.
Mike Palaru terus menarik Emma yang tidak memiliki tenaga untuk melawan. Emma terus memohon tapi Mike tidak peduli dan terus menariknya hingga mereka berhenti di depan pintu sebuah kamar. Wajah Mike tampak senang membayangkan uang yang akan dia dapatkan dari pria yang berada di dalam kamar itu.
Mike mengetuk beberapa kali. Emma semakin ketakutan, air matanya semakin deras dan suaranya semakin kuat memohon agar Mike membiarkannya pergi.
Pintu kamar itu terbuka dan seorang pria tua dengan pakaian mandi berdiri di hadapan Emma dan pamannya. Pria berperut buncit itu langsung tertawa senang melihat Emma yang sedang menangis di hadapannya.
"Ada apa gadis kecil? Mengapa menangis? Jangan takut aku ada disini," ucap pria tua itu sambil membelai pipi Emma.
"Ayo, bawa dia masuk," lanjutnya sambil tertawa.
Mike menarik Emma yang terus melawan. Emma sadar kalau Mike sedang menjualnya dan tahu kalau dia sampai masuk, maka hidupnya pasti akan hancur. Emma berusaha sekuat tenaga untuk melawan, namun Mike bukan tandingannya. Pria itu sangat kuat hingga tubuh Emma terseret masuk ke dalam kamar.
"Paman, lepaskan aku paman. Tolong paman!" teriak Emma sambil menangis.
Namun Mike Palaru tidak peduli. Dia hanya memikirkan uang yang akan dia dapatkan. Mike langsung menutup pintu kamar begitu mereka masuk.
"Mana baju pelayanmu gadis kecil?" bisik pria tua itu di telinga Emma.
Emma bisa mencium aroma alkohol yang dari mulut pria itu. Aromanya membuat Emma merasa mual dan jijik.
"Saya sudah siapkan semuanya, Tuan."
Mike segera menyerahkan tas yang dia bawa sejak tadi. Lalu menyerahkan kepada Emma.
"Tidak ada gunanya melawan. Lebih baik lakukan apa yang diperintahkan oleh Tuan Lawson atau kau akan kehilangan nyawamu!" ancam Mike sambil memegang dagu Emma hingga mata Emma menatap matanya.
"Sudah, tinggalkan kami. Pergilah! Aku akan mengabarimu bila kami sudah selesai," perintah pria itu sambil tertawa senang.
Mike mengangguk cepat lalu segera berdiri. Dia baru saja membuka pintu ketika seseorang mendorongnya hingga dia terjatuh kebelakang.
"Siapa kau?" tanya Mike dan pria tua itu bersamaan.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Mike dengan panik.
Emma mengangkat wajahnya dan terkejut melihat pria yang baru masuk itu.
'Bukankah dia pria yang kemarin?' batin Emma lalu segera berdiri dan berlari ke arah pria itu.
"Kau Ethan, bukan?" tanya Emma dengan dada naik turun karena napasnya yang tersengal-sengal karena ketakutan.
Ethan tidak mengatakan apapun dan langsung menarik tangan Emma dan membawanya keluar. Emma mengikuti Ethan tanpa mengatakan apapun. Setibanya di lobi hotel, Ethan segera menghentikan taksi kosong yang baru saja mengantarkan penumpang ke hotel itu.
"Kita akan ke kantor polisi dan melaporkan kejadian tadi," ucap Ethan dingin.
"Tidak! Jangan ke kantor polisi. Pria tadi adalah pamanku. Aku yakin dia punya alasan kuat hingga berbuat seperti itu kepadaku. Aku mohon antarkan saja aku pulang," potong Emma cepat.
"Dimana kau tinggal?" tanya Ethan tanpa menatap Emma.
Emma menyebutkan alamat apartemen Alice, lalu taksi yang mereka tumpangi segera melaju.
"Bagaimana kau bisa ada di sana?" tanya Emma pelan.
Ethan tidak menjawab dan hanya memandang keluar jendela.
"Terima kasih, karena kau sudah menyelamatkan aku untuk kedua kalinya. Aku berjanji akan membayar semua bantuanmu," ucap Emma ragu-ragu.
Ethan tetap diam. Dia sama sekali tidak bergerak atau menunjukkan reaksi terhadap perkataan Emma. Matanya terus menatap keluar.
'Apakah dia bisu?' gerutu Emma dalam hati.
Emma menghela napas perlahan. Dia pun ikut diam dan memandang keluar jendela. Perlahan Ethan melirik Emma yang masih tersengguk sisa-sisa tangisnya tadi.
'Apakah kau polos atau bodoh?' batin Ethan sambil melirik Emma.
Ethan sedang berada di lobi ketika dia melihat Mike Palaru, pria yang sudah terkenal sebagai mucikari yang menyediakan gadis-gadis muda dan perawan bagi para konglomerat dan petinggi negeri ini. Tadinya dia tidak memedulikan pria sampai dia melihat Emma masuk dan menemui Mike Palaru.
Emma tampaknya sangat mengenal Mike tapi tidak nyaman berada di dekatnya. Ethan tadinya ingin mengacuhkan kedua orang itu, namun melihat Emma menghindari rangkulan Mike membuat Ethan penasaran apa yang membuat Emma ada di sini bersama Mike Palaru.
Ethan tiba di lantai 29 sesaat sebelum Emma masuk ke dalam kamar. Dia bisa mendengar teriakan Emma yang panik dan ketakutan. Saat itu Ethan menyadari kalau gadis itu dijebak oleh Mike Palaru. Ethan tidak bisa membiarkan gadis itu dirusak oleh Mike, karena itu dia menolongnya.
"Keluarlah dan beristirahat. Aku akan membayar biaya taksinya," perintah Ethan dengan suara basnya setelah mereka sampai di depan apartemen Alice.
"Terima kasih untuk semuanya," ucap Emma lalu keluar dari taksi.
Dia segera berlari ke dalam apartemen Alice dan melemparkan tubuhnya ke atas sofa. Emma menangis dengan keras hingga tubuhnya bergetar. Dia melepaskan semua emosi yang sudah dia tahan sejak tadi. Emma berteriak sambil menutup wajahnya dengan bantal dan terus menangis hingga kelelahan.
Emma sudah tertidur ketika Alice pulang. Dia melompat kaget begitu mendengar pintu terbuka.
"Ada apa? Apa kau bermimpi buruk?" tanya Alice yang terkejut melihat Emma melompat dan lebih terkejut lagi setelah mendengar jawaban Emma.
"Pamanku ... dia ingin menjualku kepada laki-laki hidung belang."
"Apa? Pamanmu ingin menjualmu?" ulang Alice tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.
"Dia ingin aku melayani pria tua gemuk yang menjijikkan. Alice ... aku takut," ucap Emma kembali menangis.
"Aku ingin pulang saja. Aku tidak ingin tinggal di kota ini," isak Emma dalam dekapan Alice yang ikut merasakan kesakitan sahabatnya itu.
"Aku mengerti, kalau kau memang ingin kembali ke Calamba, besok aku akan mengantarkanmu ke terminal bus."
***
Sementara Ethan segera memerintahkan supir taksi untuk kembali ke Empire. Dalam perjalanan, Ethan menghubungi seseorang.
"Lakukan sesuatu untukku. Usir Mike Palaru dari Empire, jangan sampai aku melihat wajahnya ketika aku tiba disana. Selain itu, peringati pria itu agar tidak pernah muncul lagi di Empire atau aku akan menghancurkannya!"
"Tuan, proyek kita di Calamba mengalami masalah. Sebagian warga terprovokasi oleh beberapa orang yang meyakinkan mereka bahwa kita akan menghancurkan kota mereka," lapor Tony, asisten Ethan begitu pria itu tiba di kantor."Lalu?" tanya Ethan sambil berjalan dengan cepat. Hari masih pagi, tapi berita pertama yang dia dapatkan adalah berita buruk. Suasana hati Ethan memburuk mendengar berita itu, belum lagi dia masih kesal memikirkan apa yang terjadi terhadap Emma di hotel miliknya kemarin. "Mereka menolak pembangunan hotel dan pusat perbelanjaan.""Aku akan kesana hari ini dan memeriksanya langsung. Siapkan saja semua berkasnya!""Baik, Tuan. Berapa orang yang anda butuhkan untuk mengantar anda, Tuan?""Aku akan kesana sendirian, siapkan saja mobilku. Aku akan menghubungimu bila membutuhkan bantuan,""Baik. Tuan," jawab Tony cepat. Dia baru saja akan keluar dari ruangan Ethan ketika Ethan kembali memanggilnya."Bagaimana dengan Mike Palaru?" "Sudah saya bereskan, Tuan.""Baik, ingat
"Sudah berapa lama kau bekerja sebagai asisten?" tanya Emma lagi."Belum lama," jawab Ethan asal-asalan.Emma berhenti bertanya dan mulai sibuk dengan telepon genggamnya. Ethan merasa lega karena akhirnya dia lolos dari pertanyaan-pertanyaan Emma yang menyudutkan."Aku sedang mencari pemilik Empire, ternyata Empire adalah bagian dari Atlantis Grup dan aku tidak menduga kalau ternyata perusahaan ini sangat besar. Pantas saja kau diperbolehkan membawa mobil sebagus ini. Siapa nama bosmu?"Pertanyaan Emma membuat tenggorokan Ethan tercekat. Dia pikir Emma sudah tidak tertarik dengan latar belakangnya, ternyata sebaliknya."Ngomong-ngomong aku lupa menanyakan namamu, Nona ....""Emma. Namaku Emma Cruz. Jadi siapa nama bosmu?" jawab Emma lalu melanjutkan pertanyaannya."Namanya Tuan Francis Lucero," jawab Ethan cepat.Francis Lucero adalah nama paman Ethan, adik ibunya. Tadinya dia ingin menyebutkan nama ayahnya, tapi jika Emma mencari tahu tentang ayahnya maka kebohongan Ethan pasti ketah
"Membersihkan rumahmu?" ulang Ethan masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya."Sudahlah, jangan terlalu banyak berpikir. Aku tahu kau kelaparan. Ayo," ajak Emma sambil menarik tangan Ethan.Ethan mengikuti Emma dengan patuh, dia benar-benar tidak menyangka kebohongannya akan membuat keadaannya memburuk. Dia datang hanya untuk memeriksa proyek yang dia buat dan berakhir membersihkan rumah seorang gadis asing yang akan membayarnya dengan makanan."Ayo masuk."Ethan masuk perlahan, dia melihat sekelilingnya. Rumah sederhana namun sangat apik. Halamannya terlihat tidak terlalu kotor, hanya beberapa tanaman yang tampak layu karena tidak disiram dan beberapa rumput liar yang tidak terlalu mengganggu pemandangan. Ethan merasa tidak akan terlalu masalah membersihkan rumah yang sedikit kotor.Memasuki rumah barulah Ethan melihat debu yang cukup tebal. Ethan adalah penggila kebersihan dan semua orang disekitarnya tahu itu. Dia tidak tahan melihat debu yang memenuhi rumah Emma. Dia mulai
Emma menatap Ethan dengan mata membesar. Ethan membalas tatapan Emma dengan senyum lembut. "Wah, kekasihmu tampan sekali!" seru wanita lain sambil tertawa senang. Emma benar-benar putus asa karena tahu kali ini dia tidak akan lolos dari gerombolan pemangsa gosip ini. 'Ethan bodoh!' maki Emma dalam hati. "Anak muda, dari mana asalmu? Apa kau seorang mahasiswa di Universitas Calamba?" tanya wanita termuda di antara mereka. "Apa wajahku terlihat seperti mahasiswa?" tanya Ethan sambil tersenyum manis. "Ya, kau terlihat sangat tampan dan muda. Aku menduga kau berumur 22 tahun," jawab wanita itu malu-malu. "Nyonya, anda benar-benar berlebihan. 22 tahun? Apa anda tidak melihat keriput di wajahnya? Aku hampir memanggilnya paman, ketika kami baru pertama kali bertemu," sahut Emma yang merasa tersinggung karena para wanita itu menduga dirinya lebih tua dari Ethan. Mendengar kata-kata Emma semua orang tertawa mereka pikir Emma hanya bercanda. "Apa kalian mau makan?" tanya salah satu wan
"Mengapa kau harus melakukan itu, Emma?" tanya Ethan mulai marah."Ini adalah tanah kelahiranku. Kewajibanku melindunginya dari orang-orang yang akan merusaknya!" tegas Emma tidak peduli dengan nada suara Ethan."Lalu apa kau tidak peduli dengan keuntungan yang akan didapat oleh tanah kelahiranmu ini? Oleh orang-orang yang kesejahteraannya akan meningkat karena pembangunan itu?" tanya Ethan mencoba mempengaruhi Emma."Keuntungan? Apa menurutmu mereka mau, tanah tempat mereka hidup dijadikan tempat perzinahan?" "Darimana kau tahu hotel itu akan dijadikan tempat perzinahan? Kalau orang mau melakukan hal itu, maka hotel bukan satu-satunya tempat! Apa di Calamba tidak ada prostitusi? Apa tidak ada yang berzinah disini? Apa hanya orang-orang suci yang hidup disini?" bentak Ethan tidak tahan lagi dengan Emma yang sangat keras kepala.Emma menatap Ethan dengan tajam. Dia tidak suka dengan kata-kata Ethan tapi tidak dapat membantahnya."Kau benar-benar anjing penjaga yang setia. Pantas saja
Emma dan Ethan baru saja tiba di alun-alun ketika sekelompok wanita meneriaki mereka."Itu Emma dan kekasihnya!""Hei, kalian berdua, cepat ke sini!" panggil wanita keriting yang tadi mereka temui di rumah makan.Emma dan Ethan segera berjalan ke arah para wanita itu."Selamat malam nyonya. Kami mau menemui kepala desa, tadi dia meminta bantuan kami," ucap Emma sopan."Dia sudah memberitahu kalau kalian akan datang membantu. Sekarang kalian berdua tolong bantu kami untuk membereskan semua meja ini. Acaranya akan mulai setengah jam lagi," perintah Nyonya pemilik rumah makan.Mereka segera bergerak dengan cepat. Ethan lega karena sebenarnya tidak terlalu banyak hal yang harus mereka lakukan, sebagian besar sudah dibereskan oleh para warga. Dia masih tidak mengerti mengapa Emma merasa sangat tertekan datang ke acara ini, padahal Ethan merasa baik-baik saja.Kepala desa mulai menyalakan mikrofon dan memberitahu semua warga yang hadir bahwa acara akan segera dimulai."Bersiaplah!" ucap Emm
"Sepertinya anda menerima laporan palsu, Tuan," jawab Emma sambil tersenyum sinis, lalu menarik Ethan untuk meninggalkan pria tua yang tampak marah itu."Emma!" bentak pria itu dengan suara menggelegar.Emma membalikkan badannya lalu menatap pria tua itu tanpa minat."Aku bersyukur kau dan Oliver putus, karena kau benar-benar tidak memiliki sopan santun!" hina pria tua itu sambil menatap Emma dengan kebencian."Saya juga bersyukur karena tidak jadi memiliki mertua seperti anda," balas Emma lalu segera meninggalkan tempat itu dengan cepat."Apa dia ayah dari mantan pacarmu?" tanya Ethan setelah mereka berjalan dengan santai dan Emma tampak lebih tenang.Emma menggangguk pelan sambil terus menatap ke depan. Dia adalah wanita yang berani dan menggebu-gebu. Meski begitu dia selalu menghormati warga senior dan tidak pernah memiliki keberanian untuk melawan mereka. Tapi entah bagaimana, setiap kali Ethan ada di sisinya, Emma seperti memiliki keberanian yang ajaib untuk membalas orang-orang
"Aah!" teriak Emma yang tidak percaya dengan apa yang dia rasakan terhadap Ethan."Mungkin ini cuma perasaan sementara yang muncul karena aku baru saja kehilangan ibuku, lalu aku bertemu dengan Oliver dan aku dikhianati oleh paman Mike. Dia datang memberikan perhatian yang aku butuhkan jadi aku merasa senang!" ucap Emma kepada dirinya sendiri. "Ditambah lagi dia cukup tampan. Bukan, dia bukan cukup tampan. Tapi dia adalah pria paling tampan yang pernah aku temui di dalam hidupku," guman Emma lalu kembali menyadari kalau dia sedang membayangkan Ethan dengan perasaan berbunga-bunga."Emma berhenti! Dia dan kau terlalu berbeda. Bahkan pria seperi Oliver saja mencampakkanmu, apalagi pria dengan penampilan sesempurna Ethan. Emma kau harus berhenti!" perintah Emma kepada dirinya sendiri.Emma melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dan mencoba untuk tidur, namun bayangan Ethan yang sedang membersihkan lukanya kembali melintas. Emma segera menutupi kepalanya dengan bantal dan memaksa dirinya u