Bella meletakkan gagang telepon kembali ke tempatnya. Kecewa, benar dirinya merasa kecewa. Namun, itu hanya ditelannya sendiri dan tidak diutarakan kepada kekasihnya itu. Bella menghela napas dan kembali duduk di ruang tamu, kembali menjahit mata boneka. Perlahan, air mata mulai membasahi wajahnya. Di lubuk hatinya, Bella tahu Nicholas malu akan dirinya. Namun, ada rasa berhutang yang membuat pria itu tetap bertahan di sisinya.
Seharusnya, waktu itu Bella tidak menyerahkan kesuciannya kepada Nicholas. Hal itu, malah akan membuat Nicholas terikat padanya. Namun, rasa takut ditinggalkan membuat Bella menyerahkannya.
Impiannya yang tersisa, tinggal satu. Hanya satu, yaitu menjadi istri Nicholas Hall. Hanya pria itu yang dimilikinya. Jika, Nicholas meninggalkannya maka dirinya tidak lagi memiliki harapan dan impian. Jadi, karena alasan itulah Bella bersedia menyerahkan kesuciannya, pagi itu. Saat ini, dirinya hanya berharap mengandung dan Nicholas segera meminang
"Crystal, kemarilah!" Tuan Mark Adams meminta Crystal duduk di sofa yang ada di hadapannya. Tentu, malam ini pria itu akan menjaga sikap di hadapan calon tim hukum perusahaannya."Silahkan duduk!" kembali Tuan Mark Adams mempersilahkan mereka.Mereka membahas masalah bisnis dan ternyata Tuan Adams cukup profesional. Begitu juga dengan Crystal, yang sangat cerdas dan kembali membuat Nicholas merasa kagum.Pertemuan mereka berjalan lancar. Pertemuan ditutup dengan jabatan tangan dan senyuman di wajah mereka masing-masing. Tuan Mark Adams tergila-gila dengan Crystal, jadi apapun yang dikatakan oleh wanita itu akan didengarkan dan dipatuhinya.Nicholas merasa semua berjalan begitu lancar dan hal itu membuat rasa percaya dirinya semakin kuat. Setelah selesai membahas bisnis, Tuan Mark Adams menjamu mereka dengan anggur yang mahal. Nicholas minum satu gelas, dirinya tidak pernah minum minuman beralkohol. Pengecualian untuk malam ini, dirinya
Bella bangun saat langit masih gelap. Dirinya membantu menyiapkan sarapan dan ibu sibuk mencuci pakaian. Itulah rutinitas mereka sehari-hari. Crystal di kamar, selesai mandi dan sibuk merias diri dan berganti pakaian.Tok Tok Tok!Pintu diketuk dan itu membuat Crystal keluar dari kamar."Bella, buka pintu!" seru Crystal."Siapa yang datang sepagi ini?" gerutu ibu yang sedang mengepel lantai."Entahlah!" jawab Bella dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Crystal.Bella membuka pintu."Selamat pagi!" ujar dua orang pria bertubuh tegap di depan pintu.Dari postur dan cara berpakaian, Crystal tahu mereka adalah polisi."Pagi!" sapa Bella kembali."Mobil itu milikmu?" tanya salah satu pria itu."Iya! Itu miliknya!" jawab Crystal."Siapa kalian?" tanya Crystal kemudian."Kami kepolisian bagian Barat kota! Ada kecelakaan di persimpang
"Apakah itu Bella?" tanya Crystal.Nicholas duduk di dalam mobil putih milik Crystal. Ya, Crystal langsung datang menjemput dirinya setelah Bella pergi dengan polisi tadi."Aku sudah meminta bantuan Mark Adams dan mencari tahu akan wanita itu!" ujar Crystal dan mencengkeram kemudi mobil dengan kuat.Crystal belok dan menghentikan mobilnya di bahu jalan. Dirinya tidak dapat fokus, karena kejadian ini."Wanita itu meninggal dalam kondisi hamil! Sialnya, wanita itu adalah kekasih Benedict Knight! Pengusaha terkenal itu. Makanya, kecelakaan ini begitu cepat terungkap dan mereka menemukan beberapa saksi. Ada rekaman pada kamera mobil yang lewat, menangkap mobilmu berhenti di dekat lokasi wanita itu tergeletak. Beruntung saat itu kita masih di dalam mobil dan karena hujan lebat, kamera tidak menangkap sosok pengemudi." Crystal menjelaskan apa yang diketahuinya dari seorang polisi, kenalan sugar daddy nya itu.Semalaman Nicho
Mengabaikan ibu yang sekarat, Crystal berlenggak masuk ke dalam kamar dan menyusun barang-barangnya. Lalu, mandi. Ya, Crystal mandi dan menunggu sampai satu jam kemudian, barulah menghubungi ambulans.Tidak lama ambulans tiba dan beberapa staff medis mengetuk pintu."CEPATLAH!" teriak Crystal dengan berlinang air mata."A-aku mandi dan..., dan saat aku keluar Ibu sudah tergeletak di sana!" jelas Crystal kepada salah satu staff medis dengan berlinang air mata."Tidak ada denyut!" seru salah seorang staff yang berlutut di samping tubuh Nyonya Swan yang mulai membiru."Lakukan CPR!"Mengikuti perintah itu, staff medis mulai memompa dada Nyonya Swan. Tidak ada yang berubah."Bawa ke ambulans! Gunakan AED untuk mencoba mendapatkannya kembali!"Lalu, dua orang staff medis memindahkan tubuh Nyonya Swan ke atas tandu dan buru-buru dibawa masuk ke dalam ambulans."Apakah..., apakah Ibuku akan baik
Bella layaknya mayat hidup, air mata sudah mengering dan dirinya tidak lagi memiliki tenaga untuk menangis. Bella hanya ikut kemana dirinya dibawa.Bella didudukan dalam bus tahanan dan dibawa ke rumah tahanan khusus wanita di pinggir kota. Selama perjalanan, Bella menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Kematian sang ibu membuatnya lebih shock, dibandingkan dengan hukuman 5 tahun penjara yang diterimanya.Tiba di rumah tahanan, Bella turun dari bus bersama dengan beberapa tahanan wanita lainnya. Sinar mentari yang terik menyambut kedatangannya. Masih dengan tatapan dan pikiran kosong, Bella hanya mengikuti apa yang diperintahkan padanya.Dimulai dengan pemeriksaan seluruh tubuh, untuk memastikan apakah mereka menyembunyikan benda terlarang. Ya, mereka diperlakukan layaknya bukan manusia, tetapi Bella tidak merasakan apapun dan hanya perasaan mati rasa.Setelah semua pemeriksaan selesai, mereka berbaris untuk diambil fo
Jika Bella lemah, maka selama lima tahun ke depan, inilah yang akan dialaminya. Dirinya tidak menginginkan hal tersebut dan dengan kekuatannya, Bella berdiri dengan kaki gemetar menatap wanita itu."Ha ha ha! Lihatlah ternyata wanita ini cukup berani!" seru wanita gemuk itu, masih mencengkeram wajahnya."Kau ingin tahu apa yang aku lakukan?" bisik Bella disela wajahnya yang dicengkeram begitu kuat."Ya! Apakah kamu pelacur yang menipu harta pria kaya?" ejek wanita itu kembali diiringi dengan tawa orang-orang disekitarnya.Tangan kurus Bella mencengkeram tangan yang memegang wajahnya. Cukup kuat dan itu membuat wanita bertubuh gemuk itu meringis, tetapi masih belum melepaskan wajahnya."Aku pembunuh! Aku membunuh dua nyawa sekaligus. Jadi, apakah kamu ingin nyawamu aku cabut?" ujar Bella dingin. Bulu kuduknya meremang saat mendengar apa yang baru saja diucapkannya. Hal itu juga membuat keadaan menjadi hening. Ya, hening
Satu bulan kembali berlalu dan Nicholas perlahan mulai berubah. Gaya hidup berkelas dan mudahnya memperoleh uang, membuat Nicholas mulai lupa diri. Apalagi, dengan Crystal yang selalu ada di sisinya. Kejadian buruk itu dan Bella, mulai dilupakan dan merasa bahwa wanita itu pantas menggantikan dirinya. Keegoisan dan tamak membuat Nicholas berubah menjadi pribadi yang buruk. Yang mana, sama persis dengan Crystal. Hal itu membuat mereka berdua menjadi pasangan yang sempurna.***Kembali ke penjara.Bella menjalani rutinitas sehari-hari layaknya robot. Dirinya tidak banyak berbicara, apalagi tertawa. Berharap, Nicholas datang menjenguk dirinya. Namun, itu harapan kosong dan tidak pernah sekalipun kekasihnya datang menjenguk atau menelepon.Hari ini cuaca amat terik, saat mereka membersihkan halaman. Tiba-tiba, Bella merasa tanah yang dipijak bergelombang dan dunia berputar. Lalu, semuanya menjadi gelap gulita.Bella berusaha mem
Kembali Bella terbangun di ruang kesehatan dan menatap nanar langit-langit rendah dengan lampu terang. Perutnya masih terasa sakit, tetapi tidak sesakit tadi. Bella menatap ke arah tangannya, ya ada jarum infus tertancap di sana."Sudah sadar?"Bella memalingkan wajah, menatap ke arah wanita dengan jas dokter. Ya, dokter yang sama dengan waktu itu. Waktu dirinya ketahuan hamil.Bella mengangguk lemah. Tubuhnya seakan tidak bertenaga."Kamu keguguran! Bayi itu aku makamkan di pemakaman di dekat rumah sakit tempat aku bekerja. Ini alamatnya," ujar dokter itu, sambil menyerahkan secarik kertas berisi alamat taman pemakaman yang dimaksud.Dengan tangan gemetar, Bella menerima kertas itu dan menggenggamnya erat."Toples itu berisi sedikit tanah di mana bayimu dimakamkan. Aku membawanya untukmu!" Kembali dokter itu berkata, sambil menunjuk ke arah toples kaca kecil yang ada di atas meja kerjanya."T