Share

Bab 2

“Selamat pagi, Tuan!” Daniel menyapa setelah melihat Jack keluar dari apartemennya.

“Apa kau sudah mengurus kontrak dengan Jeremy?” Jack berjalan dengan penuh wibawa menuju mobil yang sudah menunggu.

“Sudah, Tuan! Apa tidak perlu mengkonfirmasi pada sekretaris Anda—“

“Tidak perlu! Kauambil alih.”

“Kemarin Nona Lily menanyakan Anda.”

Jack menahan langkah, ia meniup napas ke udara lalu membalikkan badan.

“Berita tentang pelakasanaan pertunanganmu sudah tersebar di bulletin perusahaan.”

Ekspresi di wajah jack berubah serius. “Pastikan saja acara pertunanganku dan Selena berjalan lancar.”

“Anda tidak mau bertemu dengan Nona Lily?”

“Tidak untuk saat ini. Aku harus menyelesaikan ini secepatnya.”

Daniel mengangguk. “Baik, Tuan.”

Jack melepas satu kancing jas sebelum naik ke dalam mobil.

Daniel yang duduk di samping kursi kemudi, kembali menoleh setelah mobil yang dikemudikan sopir Jack melaju meninggalkan parkiran apartemen.

“Aku baru saja mendapat pesan dari asisten pribadi Nona Selena, Nona sudah ada di ruangan Anda dan menunggu di sana.”

Jack mengeraskan rahang, sorot matanya tajam seraya menjawab, “Katakan aku sedang dalam perjalanan.”

Sementara di sisi lain, Lily bersiap untuk ke kantor setelah kemarin dia izin tidak masuk karena kondisinya benar-benar lemas.

Rose yang menginap di apartemennya, bersiap-siap sarapan setelah membuat oatmeal untuknya dan Lily.

“Kau mau ke mana?” tanya Rose, terkejut melihat Lily sudah berpakaian rapi.

“Aku mau ke kantor. Temui Jack. Ia sudah kembali kemarin.”

“Kau mau memberitahukan padanya?”

“Aku akan menagih janjinya padaku!”

“Pikirkan lagi. Pertunangannya dengan wanita bernama Selena akan diselenggarakan. Aku takut kau—“

“Aku tidak peduli!” Lily menyela, tekadnya sudah bulat.

“Aku tetap akan menagih janji dan memberitahukan soal anak ini padanya. Dengan begitu, Jack pasti akan mempertimbangkan hubungan kami.”

Rose tampak sedih melihat Lily benar-benar berusaha tegar di depannya.

“Makan dulu. Aku sudah buatkan sarapan—“

“Aku tidak berselera makan. Mungkin itu juga efek dari kehamilan ini.” Lily menolak, merapikan rambutnya bersiap pergi.

“Paling tidak makan sesuatu untuk mengganjal perut,” balas Rose tampak khawatir.

“Aku tidak apa-apa, Rose. Tadi aku makan beberapa anggur karena mual saat bangun pagi. Aku pergi dulu. Sampai ketemu di kantor!”

Lily beranjak keluar dengan buru-buru. Dia tahu Jack punya jadwal rapat pukul sembilan pagi.

Tidak memakan waktu lama, Lily sudah sampai di JG Global Ventures. Langkah kakinya bergerak cepat setelah keluar dari lift menuju ruangan Jack.

Lily memperlambat langkah saat melihat Daniel datang menghampirinya.

“Selamat pagi Nona Lily!”

“Pagi, Daniel! Jack ada di ruangannya, ‘kan?”

“Maaf, Nona Lily. Anda tidak bisa masuk sekarang.” Daniel mencegah langkah Lily.

“Kenapa? Ada yang ingin aku katakan padanya.”

“Tuan Jack sedang kedatangan tamu dan Tuan memintaku untuk tidak membiarkan siapapun masuk.”

“Termasuk aku?”

“Maaf.” Daniel tampak menyesal mengatakan itu.

Lily mengembuskan napas kesal, melirik ke arah pintu ruangan Jack. Dia mencoba memikirkan cara untuk mengalihkan perhatian Daniel dan menerobos masuk ke dalam.

“Daniel, sepertinya ada milikmu yang terjatuh!” seru Lily menunjuk ke belakang.

Mendapat celah, Lily segera berlari masuk ke dalam ruangan Jack tak sempat dicegah Daniel. Lily berhasil masuk dan melihat pemandangan di depannya yang begitu menyesakkan dada. Wanita bernama Selena sedang duduk di atas pangkuan Jack.

“Maaf!” Lily tak bisa berkata-kata, rasa sesak di dada tiba-tiba saja menyergapnya.

Seakan ada lem super yang merekat di bawah sepatunya, Lily mendadak seperti manekin bernapas.

“Siapa dia? Mengapa dia bersikap tidak sopan seperti itu?”

Jack dengan tatapan sinis seraya menjawab, “Sekretarisku. Mungkin dia buru-buru masuk karena memberitahukan soal jadwalku hari ini.”

Selena melirik sinis, kembali mengalungkan tangan di leher Jack dengan bersikap manja.

Lily segera berbalik, dia tidak sanggup melihat kemesraan itu di depan matanya. Dengan hati yang hancur, Lily menutup pintu ruangan Jack—menyeret langkahnya menuju meja kerja.

Daniel yang melihat itu hanya bisa menghela napas pelan.

Tak lama setelahnya, pintu ruangan terbuka. Lily menunduk, mengusap air matanya saat melihat Jack mengantar Selena keluar dari ruangannya.

“Malam nanti jangan sampai terlambat. Aku ingin kita segera memilih cincin pertunangan,” ucap Selena, tak lupa dia mencium pipi Jack sebelum pergi.

Lily memilih menyibukkan diri dengan layar komputernya pura-pura melakukan pekerjaan.

Selena melayangkan tatapan sinis saat berjalan melewati meja kerja Lily.

Setelah memastikan Selena pergi, Jack mengirim pesan pada Lily.

My Love : Temui aku!

Lily berdiri dari duduknya, segera masuk ke dalam ruangan.

Tanpa basa-basi, Lily mendekat lalu menampar pipi Jack saat ia membalikkan badan.

Jack tercengang, menatap Lily menyimpan amarah dalam matanya.

“Kau mengingkari janjimu, Jack! Bagaimana bisa kau mengkhianatiku seperti ini?!”

“Aku harus melakukannya. Ini tidak bisa dibatalkan.”

“Lalu aku? Bagaimana denganku? Apa hubungan kita setahun ini sia-sia bagimu?”

“Aku tulus mencintaimu tapi aku tidak bisa membatalkan pertunanganku. Kita bisa melanjutkan hubungan diam-diam meski aku sudah menikah.”

“Aku bukan wanita jalang!” Lily menyanggah, amarahnya menggumpal di ubun-ubun. “Mudah sekali kau mengatakan itu. Sungguh egois!”

“Kau tidak akan mengerti. Aku harus menikah dengan Selena!” Jack menampik, merasa frustasi.

Lily tertawa miris. “Aku kecewa padamu, Jack! Kau mengkhianati cinta kita. Aku bodoh karena percaya pada pria berengsek sepertimu.”

“Kumohon mengertilah! Aku benar-benar—“

“Tidak ada lagi yang ingin aku dengar. Kita selesai!”

Suara debam pintu terdengar saat Lily melampiaskan kemarahannya.

Lily beranjak pergi dengan hati yang terluka. Seiring langkah kakinya membawa kenangan pahit bersama Jack yang masih terpatri di otaknya.

Lily menyesal, memegang perutnya yang rata mengasihani anaknya yang bahkan belum lahir harus mengalami nasib menyedihkan bersamanya.

“Kau bodoh, Jack! Kau melepaskan satu-satunya kesempatan untuk menjadi Ayah dari anak kita. Aku harap kita tidak akan pernah bertemu lagi. Satu-satunya hal yang aku sesali adalah jatuh cinta pada pria seperti dirimu!”

Lily berusaha mengumpulkan kepingan luka yang retak seperti pecahan kaca—dia berjanji pada dirinya tidak akan pernah memaafkan Jack setelah dikhianati.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status